Share

Honeymoon

Penulis: Ara putri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 13:16:36

Sudah lima hari dirinya menikmati menjadi seorang istri dari Affan Saputra, bagi Nana sungguh bahagia karena setiap membuka matanya di pagi  ia akan melihat orang yang dicintainya begitu pun saat ingin tidur ia akan memejam mata dalam pelukan hangat sang suami. 

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, hari ini keberangkatan Nana bersama Affan ke Bali untuk honeymoon. Terlihat wajah bahagia wanita itu saat ingin melangkah masuk pesawat yang akan mengantar mereka ke tujuan. Senyumnya bahkan tak luntur dari pagi tadi sampai sekarang, entah apa yang membuat ia begitu antusias?

Sedangkan Affan hanya bisa saja, ia malah terkesan berat hati untuk melangkah ke kota impian istrinya itu.

Tapi bagaimana lagi? Acara ini sudah disusun jauh-jauh hari, tidak mungkin dirinya mengecewakan impian sang istri. Bagaimana ia bisa membuka hati wanita yang dicintainya terluka? Lagi pula ia tidak punya alasan yang logis untuk menolak, tidak mungkin ia berkata tak mau pergi karena firasat buruknya.

“Ayo, mas. Pesawatnya sudah mau  lepas landas,” ucap Nana sambil menarik kopernya yang tidak begitu berat.

“Iya, sabar. Kita gak akan ketinggalan kok,” balas Affan sambil berjalan santai di belakang Nana.

Setelah banyak pemeriksaan akhirnya mereka sampai di dalam pesawat, gadis itu semakin tersenyum cerah membayangkan kota Bali yang begitu ia impikan dari dulu, akhirnya sekarang ke sapai juga dirinya mengunjungi tempat indah itu. Apalagi momen yang seperti sekarang, sangat tepat rasanya jika ia memadu kasih disana, menciptakan kisah mereka untuk diceritakan anak-anaknya nanti. Ahhh ... Kenapa pikirannya terlalu jauh? 

Asyik dengan lamunan sendiri membuat ia tersenyum-senyum sendiri tanpa sadar.

“Bahagia banget, dek?” Affan terkekeh geli.

“Sudah gak sabar aku mas, pasti tempat itu sangat indah. Oh ya, nanti kita disana harus berfoto ya mas, gak boleh nolak!” 

“Kamu itu ya ... Kita datang ke sana kan untuk honeymoon, sayang. Kok kamu malah mikirin Selfi sih?” goda Affan seolah tak terima dengan ide istrinya.

“Ya, sekalian. Lagi pula gak mungkin loh kita seminggu Cuma di kamar hotel?” 

“Kenapa tidak? Padahal rencana mas seperti itu tadi.” Ucapnya santai. Tapi Nana tidak bisa santai mendengar ucapan suaminya, bahkan wajahnya sudah berubah memerah karena membayangkan Ucapan Affan, memang otaknya mesum sekali.

“Terserah! Kalau mas gak mau, aku pergi sendiri!” ucap Nana ketus yang disambut tawa membahana sang suami.

Nana memilih untuk memejamkan matanya untuk tidak melihat wajah ngeselin suaminya yang masih saja tertawa.

“Diam lah! Kamu menyebalkan, mas!”  Affan tak ingin mengganggu nya lagi, ia dekap wanita yang sedang dalam mode galak itu ke pelukannya.

Pesawat sudah lepas landas dari tadi. Mungkin karena merasa sepi Nana tertidur nyenyak di bahu sang suami. Begitupun dengan Affan ia juga ikut terlelap dalam mimpinya. Ia mendekap erat tubuh kecil itu agar tidak merasa kedinginan.

Setelah melewati waktu yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di kota yang sangat ingin dikunjungi Nana, Bali.

Wanita itu sudah bersorak gembira saat sampai di hotel tempat mereka menginap, karena tempatnya yang dekat dari pantai membuat pemandangan dari balkon itu terlihat sangat indah. Dari baru datang tanpa merasa lelah gadis itu langsung mengeluarkan ponselnya untuk berselfi ria, menimbulkan decak kesal dari mulut suaminya.

“Kamu mau bulan madu sama mas atau ponselnya? Kok dari tadi Cuma benda itu yang kamu pegang!” Kekesalan Affan hanya dijawab dengan dengusan sang istri.

“Sama ponsel aja cemburu ... Namanya juga wanita, mana bisa kalau gak berfoto melihat pemandangan indah begini?”

“Terserah!”  ucap Affan sambil berlalu ke kamar mandi. Tidak mau membuat honeymoon mereka malah berubah menjadi perang dingin nanti, bisa gawat dengan masa depannya yang tidak bisa berbuka puasa.

****

Ternyata acara berbuka puasa Afgan lagi-lagi terganggu dengan rengek Nana, sekarang wanita itu malah meminta untuk berkeliling dulu sebelum mangrip, biar bisa lihat mata hati terbenam. Dan disini lah sekarang, dipinggir pantai yang agak jauh dari hotel. Nana yang sibuk berselfi ria, sedangkan sang suami yang dari tadinya hanya berdecak kesal sambil menjadi fotografer dadakan.

“Sudah mau malam, kita makan dulu yuk mas?” ajak Nana sambil menarik tangan Affan menuju penjual jajanan dipinggir jalan.

“Kamu bungkus saja, Dek. Kita makan di kamar hotel nanti.” Nana mengangguk setuju.

Setelah semua makanan yang mereka pesan datang, mereka langsung menuju mobil sewaan mereka terparkir. Affan mulai melaju mobilnya meninggalkan tempat indah itu. Asik saling menggoda sang istri dan begitu pula dengan Nana, membuat dua sejoli itu tidak begitu fokus dengan laju mobil mereka.

Mungkin karena masih pengantin baru dimana-mana ingin selalu bermesraan, membuat Affan dari tadi tak melepaskan tangan sang istri dari genggaman.

“Kamu harus selalu bahagia ya, seperti ini ... Meskipun tanpa aku nanti,”

Deg

Nana mengerjap tak mengerti, kenapa suaminya  berkata seperti itu?

Alih-alih bertanya, wanita itu memilih mengangguk saja, mungkin dirinya tidak ingin terlalu memikirkannya, ia memilih menepiskan semua pikiran buruk itu.

“Jika kamu bahagia Pasti aku juga akan bahagia, nanti. Meskipun aku tak disisi mu tapi aku akan selalu menjagamu dengan caraku sendiri,” ucapan Affan semakin mengawur membuat Nana tidak bisa Tinggal diam lagi.

“Maksud kamu gimana sih, Mas? Kok jadi aneh,” ucap Nana tak suka. Wanita itu mencoba melepaskan tautan tangan mereka, tapi Affan malah semakin mengeratkannya.

“Aku tidak tahu, tapi perasaan ku mengatakan aku akan membuatmu sedih suatu saat nanti. Entah lah, jangan bertanya kenapa? Karena aku sendiri tidak tahu.” Kembali ia mengecup tangan istrinya dengan mesra.

Tidak ada lagi yang bersuara, larut dengan pikiran sendiri membuat Affan kehilangan fokus pada kumudinya membuat ia hampir saja menabrak sebuah sepeda motor.

“Mas! Awas!”

Terlambat, sangat terlambat. Niat hati untuk menghindari motor dirinya malah bertabrakan dengan sebuah bus wisata yang datang dari persimpangan. Setelahnya hanya kesunyian, dan pandangan gelap, itu yang dirasakan Nana saat merasa mobil sudah berhenti merengsek tertarik bus besar itu. Setelah itu kesadaran wanita itu hilang bersamaan dengan suara orang yang beberapa datang dengan berteriak, terdengar seperti meminta untuk menolong dirinya.

Mangkinkah ini yang kamu maksud, mas? Apa secepat ini kita berpisah? Jika Allah tidak mengizinkan kita bersama, aku rela. Tapi aku mohon jangan secepat ini.... Kisah kami belum dimulai, tapi kenapa malah berakhir secepat ini?

Dihari ini mungkin kisahnya bersama sang suami akan berakhir, tapi mungkin dengan begini pula Kisah baru akan terlukis. Karena rencana Allah itu tidak ada yang bisa menentukan, takdir akan ditentukan olehnya, maka dia pula yang bisa mengakhirinya.

Ingin rasanya ia menjerit keras atas takdir yang tidak perpihak ini, kenapa kebahagiaannya begitu cepat terenggut?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta dan Dilema   Mudah tersinggung

    Sore hari ternyata Adri benar-benar membawa Nana keliling dengan sepeda motor. Tak tahu kemana tujuan mereka akan pergi, tapi bagi mereka lebih memilih menikmati perjalanan ini dengan berkeliling saja.Nana awalnya ingin protes, karena dari tadi motor Adri tak kunjung berhenti, tapi saat pria itu berkata 'kita nikmati saja senja dengan begini, akan terasa indah' Dan wanita itu malas membantah, toh begini lebih baik.“Mau makan apa?” tanya Adri saat mereka mulai bosan.“Terserah kamu aja,”Adri terkekeh geli mendengar jawaban Nana, “cewek memang gitu ya, setiap aja jalan pasti bilang terserah. Tapi kalau gak sesuai dengan keinginannya pasti pas pulang mengambek.”“Gak kok. Aku serius, terserah kamu pilih aja.” Jawab Nana meyakinkan.Adri membawa Nana ke sebuah restoran yang cukup terkenal, untuk hari ini ia ingin membuat perempuan ini terkesan padanya. Setelah sampai mereka langsung masuk.

  • Cinta dan Dilema   Penakluk hati

    Jika rasa sudah sudah tumbuh, tak ada yang bisa melarang lagi. Adri sadar ia sudah dewasa, tak ada gunanya lagi berlagak seperti ABG yang sedang jatuh cinta. Tapi ia sendiri juga merasa bingung bagaimana cara menyampaikan isi hatinya, karena kesalahannya sekarang menyukai sang tetangga sendiri. Ia tak ingin merusak hubungan yang sudah beberapa lama ini terjalin baik dengan dia.Adri bertanya-tanya, apa gadis itu juga menyukainya?Itulah kegelisahan yang dirasakannya, ia bahkan tak tahu apapun tentang Nana, tapi ia bisa memastikan jika benih-benih cinta sudah tumbuh dihatinya untuk sang tetangga cantik.“Dokter Adri, kenapa melamun?”Dokter Farah mengguncang pelan bahu pria yang asyik melamun itu. Adri gelagapan sendiri. Iss, kenapa ia bisa melamun saat bertugas seperti ini.“Ada apa dokter Farah?”“Dari tadi saya memanggil anda, dokter. Kita harus memeriksa pasien sekarang.”Adri mengang

  • Cinta dan Dilema   Surat cinta

    Nana tersenyum manis melihat pria didepannya, sedangkan yang dipandang hanya berwajah datar saja, tak peduli dengan yang dilakukan Nana.“Kenapa kamu memandang ku seperti itu?” Tanya dokter tampan itu jutek. Ia mulai merasa risih saat ditatap begitu intens.“Gak ada ... Hanya melihat ciptaan Allah yang sempurna,” Ucapnya tanpa malu.Wajah Adri langsung memerah. Jangan salah, meskipun dia seorang pria tapi tidak dilarang untuk baper kan? Toh, dirinya punya perasaan.“Kamu gombal saya?”“Gak kok, dokter. Hanya berkata jujur.” Entah apa yang merasuki Nana hari ini, tapi ia suka saat mengganggu Adri.Setelah membaca novel romantis tadi ia menjadi ingin menjadi gadis di novel itu, yang selalu mengejar cinta. Ah betapa anehnya wanita ini.“Kamu sehat kan? Atau jangan-jangan setelah kecelakaan itu otak kamu geser.”Nana mendengus kesal mendengarnya, mana mun

  • Cinta dan Dilema   Ternyata kakak ipar

    Nana mengusap wajahnya pelan, ia merasa lelah setelah seharian bekerja. Karena terlalu lama libur bekerja membuat pekerjaan menumpuk, dan sekarang ia harus menyelesaikannya.Seminggu sudah berlalu. Nana maupun Intan sudah kembali bekerja seperti biasa. Tapi belakangan ini Nana sedikit terganggu dengan gosip tentang dirinya, permasalahan waktu pak Panji membawanya ke rumah sakit menyebar luas, bahkan banyak pula dari mereka yang menambah-nambahkan membuat gosip itu semakin menarik, padahal kenyataannya tak seperti itu.Tapi Nana tidak ambil pusing, selagi hidupnya tidak diganggu dan tidak berlebihan ia akan memilih untuk diam saja.“Na, makan siang yuk?”Nana melihat Lisa sudah berdiri menunggu dirinya, “Iya ... Aku simpan dokumen ini dulu.” Lisa mengangguk setuju.Setelah itu mereka menuju kantin kantor yang sudah mulai terlihat penuh, semua karyawan sepertinya sudah siap untuk menyantap makan siang mereka.

  • Cinta dan Dilema   Dokter mesum

    Nana mengerang saat merasakan cahaya matahari menerpa wajahnya. Dia mengerjap matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya, seketika matanya melebar saat melihat jam yang ada didinding.“Astagfirullah! Aku telat bangun lagi!” pekik wanita itu penuh kesal.Nana segera menghambur masuk kedalam kamar mandi. Setelah lima belas menit berlalu Nana sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapinya. Ia segera menuju taksi yang sudah dipesannya, seperti biasa.Saat diruang tamu ia melihat Intan yang sedang bersantai menikmati sarapan bersama jus buahnya, Nana mendengus kesal. “Dasar teman durhaka! Bukannya membangunkan ku, kamu malah bersenang-senang,” ucap Nan kesal. Sedangkan gadis itu malah tertawa bahagia.Intan masih menikmati masa liburannya yang masih tersisa empat hari lagi, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh gadis itu, katanya waktu dirumah orang tuanya ia tak bisa bersenang-senang. Jadi sekarang gadis itu sungguh

  • Cinta dan Dilema   Tak ada kesempatan

    Nana dan Adri sampai di bandara setelah lima belas menit berlalu. Mereka segera mencari keberadaan Intan yang katanya menunggu di lobi bandara. Wanita itu dengan gesit melihat setiap orang-orang yang ada Disana, tapi ia tak kunjung menemukan keberadaan Intan. Merasa sedih putus asa wanita itu kembali mencari di tempat tunggu penumpang, akhirnya yang dicarinya ketemu juga.Tepat di sebuah kursi panjang tempat penumpang menunggu, terlihat seorang perempuan yang tertunduk diam disana, Nana yakin itu pasti intan yang masih menangis. Dengan cepat aku segera mendekati gadis itu agar bisa lekas pulang.“Itu dia!” Nana segera menghampirinya. Sedangkan Adri tak ikut karena ia malas ikut campur urusan para wanita. Iya yakin sekali pasti ada drama yang terjadi jika suasana sudah seperti ini.“Intan?” Panggil Nana dengan pelan.Perempuan yang dipanggil itu segera menonggak melihat siapa yang memanggilkannya, ternyata dia memang intan yang terl

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status