Gagal dalam sebuah pernikahan membuat Nana merasa trauma untuk menjalin sebuah hubungan, sehingga ia memutuskan untuk hidup dalam kesendirian selama hampir dua tahun ini. Sudah lama ia menutup hati untuk cinta baru yang datang, sampai suatu hari ia menyadari dirinya mulai menyukai tetangganya sendiri. Harapan demi harapan ia pupuk setiap hari untuk menyakinkan hatinya, dan akhirnya ia yakin bahwa dia benar-benar sudah jatuh cinta kembali. Tapi itu tidak bertahan lama, sampai suatu hari ia menyadari jika sahabatnya juga menyimpan rasa pada pria yang sama. Nana merasa putus asa dan dilema antara memilih, haruskah ia merelakan cintanya untuk sang sahabat atau sebaliknya? Dalam kebingungan ia malah tak menyadari jika ada cinta baru yang datang, seseorang yang tidak disangka-sangka nya selama ini. Pria yang selalu dapat dipandang tapi tak dapat digapai, tapi tiba-tiba malah datang mengatakan cinta. Mampukah ia memilih antara dua cinta itu? Atau ia memilih untuk kembali ke zona nyamannya seperti dulu?
Lihat lebih banyakAisyah syafana, Gadis yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Nana. Ia anak kedua dari tiga bersaudara, kakak dan adiknya laki-laki, menjadi anak perempuan satu-satunya di keluarga harmonis membuat gadis itu dipenuhi oleh kasih sayang dari anggota keluarga.
Memasuki usia dua puluh tiga tahun, ia sudah menyelesaikan kuliahnya tahun ini dengan nilai yang memuaskan. Dan sepertinya ia tidak berniat untuk melanjutkan pendidikannya atau pun memilih untuk bekerja, ia lebih tertarik untuk nikah muda.
Zadam, dia kakak laki-laki Nana yang sekarang berumur tiga puluh tahun, ia sudah berkeluarga dan memiliki anak perempuan yang baru berumur satu tahun.
Aditya, adik laki-laki Nana. Mereka berdua tidak pernah akur jika dirumah, karena sikap adiknya yang jahil membuat Nana selalu menjadi sasaran empuk untuk dijahili Aditya. Laki-laki yang memasuki masa remaja itu adalah kesayangan Nana, bukan berarti sama kakaknya tak sayang, hanya saja sang kakak sudah ada yang lebih menyayanginya.
Sedangkan kedua orang tua Nana, dia seperti orang tua pada umumnya, mungkin bedanya hanya dalam mendidik anak-anak mereka saja, mereka berdua adalah panutan bagi hidup Nana.
......
Ada sesuatu yang membuat gadis manis itu berbeda untuk hari ini, senyum manisnya sudah tak berhenti dari tadi, membuat orang-orang disampingnya ikut merasa bahagia.
"Udah gak sabar ya, dek?" Goda zadam pada Nana yang sudah dibaluti dengan baju kebaya modern itu.
"Apa, Bang? Gak usah goda-goda aku," rajuk Nana tak terima.
Zadam hanya terkekeh geli melihat adiknya yang malu-malu, tapi mau.
Hari ini adalah hari pernikahan Nana bersama sang pujaan hati, Affan. Setelah tamat kuliah Nana memilih untuk menikah setelah mendapat lamaran dari sang pujaan hati, tentu saja dirinya tak akan susah-susah menolak, karena itu juga keinginan dirinya.
Bunda mengusap lembut rambut anaknya yang sudah tertata rapi khas seorang pengantin, wanita setengah baya itu tak kuasa menahan haru saat melepaskan anaknya nanti.
"Kamu cantik sekali hari ini nak," ucap bunda.
"Bunda bisa aja ... Bun? Apa mas Affan sudah datang?" Tanya Nana. Ada rasa cemas dalam hatinya memikirkan sang calon suami.
"Kamu tenang saja, sebentar lagi juga akan datang." Nana menganguk mengerti.
Ia kembali duduk diam didalam kamar bersama bunda dan kakaknya, sedangkan para perias pengantin Sudah keluar dari tadi setelah selesai merias Nana.
Rumah berlantai dua itu mulai terdengar riuh dengan suara orang-orang, sepertinya pengantin pria sudah datang karena itu banyak yang bersorak heboh.
Tangan Nana semakin terasa dingin antara gugup dan senang. Sebentar lagi ... Ya sebentar lagi ia tidak lagi seorang gadis, tapi statusnya akan berbuah menjadi seorang istri dari Affan Saputra.
"Tukan, nak Affan nya datang. Kamu gak perlu kwatir lagi, tenangkan dirimu, nak," ucap bunda yang menenangkan kegelisahan putrinya.
"Iya, Bun. Kan biasa pengantin cemas, namanya juga kwatir,"
Zadam dan bunda tertawa mendengar jawaban Nana.
Zadam menggeleng melihat tingkah adiknya, "makanya kurangi baca novel, jadi menghayal terus kan," Ucapnya sembari terkekeh geli.
Nana mengerucut bibirnya kesal, kakaknya ini selalu saja mengejeknya, padahal apa salahnya ya kan?
Mendengar suara tamu yang mulai banyak, bunda dan zadam pamit untuk turun ke bawah untuk menyambut tamu. Nana sendiri ditinggalkan bersama dengan saudara sepupunya untuk sementara sebelum ikut turun kebawah.
Terdengar para penghulu yang mulai mengucapkan berbagai kata bijak untuk sang calon suami sebelum ijab kabul diucapkan. Setelah itu berlanjut dengan suara ayahnya yang terdengar lantang mengucapkan ijab Kabul, yang tak berapa lama dijawab lagi oleh sang pengantin pria.
Kata 'Sah' mulai menggema di ruang tamu, bersama dengan Nana yang mulai digiring turun tangga oleh zadam dan Aditya. Para tamu undangan terlihat berdecak kagum dengan paras cantik sang pengantin wanita.
"Assalamualaikum ... istriku," bisik Affan ditelinga Nana saat baru duduk disampingnya.
Nana tersipu malu mendengarnya, "waalaikum salam, suamiku." Balas Nana ikut berbisik pula.
Acara berlanjut dengan hikmat. Para tamu Mulai menghabisi hidangan yang sudah disiapkan, adapula yang setelah mengucapkan selamat mereka langsung bergegas pulang, mungkin ada urusan penting.
Affan menggenggam tangan Nana dengan lembut. Senyum manisnya kedua insan itu tidak luntur dari tadi meskipun sudah berdiri begitu lama mungkin karena hati senang bahagia.
"Aku sangat bahagia ... Bisa memilikimu seutuhnya. Akhirnya penantian kita tercapai juga," ucap Affan penuh haru.
"Aku juga bahagia, Mas." Balas Nana malu-malu.
******
Akhirnya ... Kasur empuk yang dirindukannya seharian ini ketemu juga, Nana langsung menghempaskan tubuhnya saat baru sampai didalam kamar. Seharian tubuhnya berdiri serasa remuk redam, bahkan untuk makan saja ia tidak bisa karena banyaknya para tamu.
Affan menatapnya dengan geli. "Mandi dulu, dek."
"Capek mas. Nanti aja mandinya,"
Affan mendelik mendengar ucapan istrinya," gak ada! Jangan jorok kamu, dek." Affan menarik tangan Nana agar segera bangun, "kalau gak, mas aja yang mandiin kamu,"
Nana yang melihat senyum menyeringai suaminya langsung meloncat dari kasur, ia merasa ngeri sendiri sekaligus.
"Mana boleh! Aku sedang datang tamu bulan, jadi jangan macam-macam!"
Affan melotot mendengar ucapan istrinya, apa katanya tadi? Tamu bulan? Astaga!!! Apa dirinya akan berpuasa lebih lama lagi, padahal dirinya sudah berencana menghabiskan malam indah ini untuk bercinta dengan istrinya, tapi sekali harapannya pupus sudah.
Nana keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya, sepertinya ia sudah menyiapkan semuanya. Affan kembali menarik nafas panjang melihat semua itu.
"Kamu kenapa, Mas?" Tanya Nana bingung dengan sikap Affan. "Kok wajah mas Affan tegang begitu? Ada apa?"
Pria itu semakin mengeram kesal. "Ini karena kamu, dek. Malah ditanya lagi," rengeknya bercampur kesal.
"Loh, kok Nana?"
"Ya, siapa suruh halangan dimalam pertama kita? Padahal mas ...," Pria itu tak lagi melanjutkan ucapannya, karena ia sendiri merasa malu m ngakui nya. "Sudahlah ... Lebih baik kamu istirahat duluan, dek. Mas mau mandi dulu," ucap Affan. Pria itu beranjak meninggalkan Nana yang masih melongo.
'gak sabaran amat, Suamiku' pikir Nana geli.
Sedangkan didalam kamar mandi Affan sedang mengguyur seluruh tubuhnya, dengan begini ia bisa menyembunyikan Semuanya, menenangkan diri dari pikiran liar yang dari tadi sudah berkelana di otaknya.
'untung honeymoon satu Minggu lagi." Pikir Affan.
Merasa sudah cukup segar, Affan keluar dari kamar mandi dengan air yang masih menetes di pipinya. Affan kembali mendengus kecewa saat melihat istrinya sudah lebih dulu tertidur di kasur tanpa menunggu dirinya, padahal tadi ia ingin menghabiskan waktu berdua dengan wanita itu.
Ia mendekati Nana yang terlihat pulas dalam tidurnya, dengan lembut ia usab Surai hitam istrinya. Ahhh, ternyata dirinya benar harus puasa lebih lama lagi atau ...,
Karena sudah merasa bosan memandang wajah cantik itu, Affan ikut tertidur disamping-Nya. Dengan lembut ia menarik sang istri untuk masuk ke dalam pelukannya, agar bisa saling berbagi kehangatan untuk malam pertama mereka ini.
Tidak apa-apa sekarang dirinya gagal, tapi besok-besok ia akan melakukannya sampai puas. Astagfirullah ... Affan mengutuk dirinya sendiri dari pikiran gilanya itu, sejak kapan ia berubah begitu mesum sekarang. Tapi memang begitulah jika pengantin baru, pikiran tidak akan lepas dari berbau mesum.
Sore hari ternyata Adri benar-benar membawa Nana keliling dengan sepeda motor. Tak tahu kemana tujuan mereka akan pergi, tapi bagi mereka lebih memilih menikmati perjalanan ini dengan berkeliling saja.Nana awalnya ingin protes, karena dari tadi motor Adri tak kunjung berhenti, tapi saat pria itu berkata 'kita nikmati saja senja dengan begini, akan terasa indah' Dan wanita itu malas membantah, toh begini lebih baik.“Mau makan apa?” tanya Adri saat mereka mulai bosan.“Terserah kamu aja,”Adri terkekeh geli mendengar jawaban Nana, “cewek memang gitu ya, setiap aja jalan pasti bilang terserah. Tapi kalau gak sesuai dengan keinginannya pasti pas pulang mengambek.”“Gak kok. Aku serius, terserah kamu pilih aja.” Jawab Nana meyakinkan.Adri membawa Nana ke sebuah restoran yang cukup terkenal, untuk hari ini ia ingin membuat perempuan ini terkesan padanya. Setelah sampai mereka langsung masuk.
Jika rasa sudah sudah tumbuh, tak ada yang bisa melarang lagi. Adri sadar ia sudah dewasa, tak ada gunanya lagi berlagak seperti ABG yang sedang jatuh cinta. Tapi ia sendiri juga merasa bingung bagaimana cara menyampaikan isi hatinya, karena kesalahannya sekarang menyukai sang tetangga sendiri. Ia tak ingin merusak hubungan yang sudah beberapa lama ini terjalin baik dengan dia.Adri bertanya-tanya, apa gadis itu juga menyukainya?Itulah kegelisahan yang dirasakannya, ia bahkan tak tahu apapun tentang Nana, tapi ia bisa memastikan jika benih-benih cinta sudah tumbuh dihatinya untuk sang tetangga cantik.“Dokter Adri, kenapa melamun?”Dokter Farah mengguncang pelan bahu pria yang asyik melamun itu. Adri gelagapan sendiri. Iss, kenapa ia bisa melamun saat bertugas seperti ini.“Ada apa dokter Farah?”“Dari tadi saya memanggil anda, dokter. Kita harus memeriksa pasien sekarang.”Adri mengang
Nana tersenyum manis melihat pria didepannya, sedangkan yang dipandang hanya berwajah datar saja, tak peduli dengan yang dilakukan Nana.“Kenapa kamu memandang ku seperti itu?” Tanya dokter tampan itu jutek. Ia mulai merasa risih saat ditatap begitu intens.“Gak ada ... Hanya melihat ciptaan Allah yang sempurna,” Ucapnya tanpa malu.Wajah Adri langsung memerah. Jangan salah, meskipun dia seorang pria tapi tidak dilarang untuk baper kan? Toh, dirinya punya perasaan.“Kamu gombal saya?”“Gak kok, dokter. Hanya berkata jujur.” Entah apa yang merasuki Nana hari ini, tapi ia suka saat mengganggu Adri.Setelah membaca novel romantis tadi ia menjadi ingin menjadi gadis di novel itu, yang selalu mengejar cinta. Ah betapa anehnya wanita ini.“Kamu sehat kan? Atau jangan-jangan setelah kecelakaan itu otak kamu geser.”Nana mendengus kesal mendengarnya, mana mun
Nana mengusap wajahnya pelan, ia merasa lelah setelah seharian bekerja. Karena terlalu lama libur bekerja membuat pekerjaan menumpuk, dan sekarang ia harus menyelesaikannya.Seminggu sudah berlalu. Nana maupun Intan sudah kembali bekerja seperti biasa. Tapi belakangan ini Nana sedikit terganggu dengan gosip tentang dirinya, permasalahan waktu pak Panji membawanya ke rumah sakit menyebar luas, bahkan banyak pula dari mereka yang menambah-nambahkan membuat gosip itu semakin menarik, padahal kenyataannya tak seperti itu.Tapi Nana tidak ambil pusing, selagi hidupnya tidak diganggu dan tidak berlebihan ia akan memilih untuk diam saja.“Na, makan siang yuk?”Nana melihat Lisa sudah berdiri menunggu dirinya, “Iya ... Aku simpan dokumen ini dulu.” Lisa mengangguk setuju.Setelah itu mereka menuju kantin kantor yang sudah mulai terlihat penuh, semua karyawan sepertinya sudah siap untuk menyantap makan siang mereka.
Nana mengerang saat merasakan cahaya matahari menerpa wajahnya. Dia mengerjap matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya, seketika matanya melebar saat melihat jam yang ada didinding.“Astagfirullah! Aku telat bangun lagi!” pekik wanita itu penuh kesal.Nana segera menghambur masuk kedalam kamar mandi. Setelah lima belas menit berlalu Nana sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapinya. Ia segera menuju taksi yang sudah dipesannya, seperti biasa.Saat diruang tamu ia melihat Intan yang sedang bersantai menikmati sarapan bersama jus buahnya, Nana mendengus kesal. “Dasar teman durhaka! Bukannya membangunkan ku, kamu malah bersenang-senang,” ucap Nan kesal. Sedangkan gadis itu malah tertawa bahagia.Intan masih menikmati masa liburannya yang masih tersisa empat hari lagi, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh gadis itu, katanya waktu dirumah orang tuanya ia tak bisa bersenang-senang. Jadi sekarang gadis itu sungguh
Nana dan Adri sampai di bandara setelah lima belas menit berlalu. Mereka segera mencari keberadaan Intan yang katanya menunggu di lobi bandara. Wanita itu dengan gesit melihat setiap orang-orang yang ada Disana, tapi ia tak kunjung menemukan keberadaan Intan. Merasa sedih putus asa wanita itu kembali mencari di tempat tunggu penumpang, akhirnya yang dicarinya ketemu juga.Tepat di sebuah kursi panjang tempat penumpang menunggu, terlihat seorang perempuan yang tertunduk diam disana, Nana yakin itu pasti intan yang masih menangis. Dengan cepat aku segera mendekati gadis itu agar bisa lekas pulang.“Itu dia!” Nana segera menghampirinya. Sedangkan Adri tak ikut karena ia malas ikut campur urusan para wanita. Iya yakin sekali pasti ada drama yang terjadi jika suasana sudah seperti ini.“Intan?” Panggil Nana dengan pelan.Perempuan yang dipanggil itu segera menonggak melihat siapa yang memanggilkannya, ternyata dia memang intan yang terl
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen