Home / Pendekar / Cinta dan Misteri / PERNIKAHAN PUTRA MAHKOTA

Share

PERNIKAHAN PUTRA MAHKOTA

Author: WINE
last update Last Updated: 2024-05-02 02:53:04

Kun Shian merenungi nasibnya sebagai Pengawal Pangeran Kesebelas, Pangeran Nian. Sudah seminggu berada di istana dan hanya berada di sekitar kediaman Pangeran kesebelas, tidak pernah keluar.

“Ini bukan lagi istana tapi penjara.” Gerutu shian yang seperti biasanya, berada di atas atap kediaman utama pangeran sambil memandangi setiap bangunan istana. Ia melihat Pangeran Nian sedang berdiri di bawah pohon, “Ckckck... Nasibnya malang sekali, tapi nasibku juga jadi ikut malang.”

“Kun Shian!” Panggil Pangeran tanpa menengok ke arahnya.

Shian langsung berdiri dari duduknya, lalu segera melompat dari atap, menghampiri Pangeran. ”Yang Mulia!” Jawabnya dengan posisi menunduk.

“Bersiaplah!” Perintah Pangeran.

Bersiap?

Ia sedikit bingung, tetapi tetap mengikuti perintah Pangeran. Ia segera mengambil busur dan barangnya yang selalu dibungkus kain. Setelah Shian datang, merekapun mulai beranjak. Ahan memimpin jalan sedangkan Shian berjalan di belakang Pangeran.

“Yang Mulia, ini...” Shian tampk kebingungan karena jalan yang mereka lalui bukan jalan utama yang ia lalui ketika datang ke istana. 

“Kita akan keluar istana.” Ucap Pangeran dengan santai.

Baru seminggu tiba di istana dan sudah menyelinap keluar istana bersama pangeran. Menurut Shian, ini bukan hal yang baik, tetapi ia tetap mengikuti pangeran tanpa protes karena sudah merasa bosan di istana. Shian menjadi panik karena teringat di luar istana, banyak yang mengenalnya. Jika dia keluar bersama pangeran, pasti akan menimbulkan masalah.

“Gawat!” kata Shian, merasa panik.

Pangeran dan Ahan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Shian.

“Ada apa?” Tanya Pangeran.

“Yang Mulia, Ini tidak baik. Orang-orang di luar istana banyak yang mengenalku.” Jawabnya merasa frustasi. 

“Mereka pasti sudah mengetahui bahwa saat ini aku berada di istana dan jika mereka melihatku pasti akan menimbulkan masalah.” Lanjutnya.

Pangeran mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. “Gunakan ini untuk menutup wajahmu!” katanya sambil menyerahkan sapu tangan tersebut pada Shian.

“Terimakasih, Yang Mulia!” ucap Shian sambil menerima sapu tangan tersebut. Ia segera menggunakan sapu tangan tersebut untuk menutup wajahnya dan tak lupa ia juga melepaskan ikat kepalanya yang memiliki lambang keluarga Kun. 

Shian tampak terkejut melihat suasana di luar istana yang lebih ramai dari biasanya padahal ia baru saja masuk istana seminggu yang lalu. ia mendekati Ahan lalu berbisik, ”Kenapa ramai sekali?”

“Kau tidak tahu?” Ahan balik bertanya dan Shian hanya menggeleng.

“Besok Putra mahkota akan menikah.” Lanjut Ahan.

Bahkan rakyat biasa pun merayakannya…

“Oh, aku pikir pernikahannya bulan depan.” jawab Shian.

Pangeran memasuki sebuah toko kain dan memilih beberapa kain. Shian terkejut melihat Kain yang dipilih oleh Pangeran adalah Kain yang sangat murah. Seorang pangeran, anak sah raja membeli kain dengan harganya murah, benar-benar diluar dugaan Shian. Meskipun tampak aneh, Shian tidak berani mengungkapkannya. 

Sepertinya informasi yang selama ini ku kumpulkan mengenai Pangeran Nian tidak begitu akurat. 

Ketika kembali ke istana, mereka kembali melalui jalan yang sama seperti saat mereka menyelinap keluar. Namun, kali ini Pangeran berjalan lebih dulu sedangkan Ahan dan Shian berjalan di belakang Pangeran dengan membawa belanjaan pangeran. Shian tidak begitu terkejut melihat bagaimana pangeran menjalani hari-harinya karena sebelum datang ke istana, ia sudah mengumpulkan berbagai informasi tentang Pangeran. Meskipun tidak begitu akurat. Dia merasa semua perlakuan yang diterima oleh Pangeran Nian terasa sangat tidak adil.

Pangeran segera memberikan perintah pada Ahan untuk mempersiapkan semuanya. 

“Anda akan datang?” Tanya Ahan, terkejut mendengar perintah dari Pangeran. 

Pangeran mengangguk.

“Bukankah biasanya...” Ahan tidak melanjutkan ucapannya.

“Ini pernikahan Putra Mahkota.” kata pangeran sambil menatap semua barang yang telah dibelinya. 

Sementara itu, Shian berdiri sambil bersandar di tiang penyangga kediaman, ia hanya menyimak pembicaraan serius Pangeran dan Ahan.

“Tapi itu sangat berbahaya. Bagaimana jika Pangeran lain menyudutkan Anda?” ucap Ahan, merasa khawatir akan keselamatan Pangeran Kesebelas, “Sekarang pengawal Anda memang sudah bertambah satu, tapi…” Ahan mengarahkan pandangannya ke arah Shian. Meskipun Shian berasal dari Keluarga Kun, tetapi Ahan tetap merasa khawatir karena dia baru saja tiba di istana, tentunya belum tahu banyak mengenai istana dan orang-orang di dalamnya. 

Shian hanya diam di tempatnya berdiri. Tidak berkomentar apapun, mengenai pembicaraan Ahan dan Pangeran. 

“Siapa yang akan mempersulit anak seorang jenderal terhormat di kerajaan Yun?” kata Pangeran Nian sambil menatap Shian, membuat Shian terkejut hingga tidak tahu harus bagaimana. 

Hari itu, Pangeran mengajak mereka berdiskusi mengenai kedatangan mereka ke pernikahan Putra Mahkota agar tidak menimbulkan masalah yang dapat merusak pernikahan Putra Mahkota. Pangeran sangat berhati-hati akan hal ini, mengingat bahwa saudaranya banyak yang tidak menyukainya. Raja sendiri sulit untuk membelanya bila terjadi sesuatu padanya. Beginilah nasib Pangeran Kesebelas. Berbeda dengan anak bungsu pada umumnya akan sangat disayangi, dirinya malah sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari Raja maupun permaisuri. Tidak memiliki pelayan dan istana yang mewah.

Di saat yang sama, di istana putra mahkota semua orang tengah sibuk mempersiapkan berbagai macam hal untuk upacara pernikahan yang akan diadakan besok. Pangeran kedua, kelima, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh turut membantu putra mahkota.

“Sayang sekali, kak Yuan tidak ada di sini.” Ucap Pangeran Kesembilan.

“Yuan dan Huan sedang menjalankan tugas dari Ayahanda.” Pangeran Kedua menanggapi Pangeran kesembilan yang terlihat murung saat menyebut nama Yuan, yang tak lain adalah Pangeran Keempat dan merupakan Pangeran tertua yang dekat dengannya. Sementara, Huan adalah Pangeran Ketiga. 

Putra Mahkota melihat mereka dari kejauhan sambil tersenyum. Ia segera menghampiri adik-adiknya itu lalu ikut dalam pembicaraan, “Mereka akan kembali besok.”

“Akan jauh lebih baik jika semua datang.” Lanjut Putra Mahkota. 

“Sepertinya Nian tidak akan datang.” Pangeran kesepuluh menanggapi ucapan Putra Mahkota.

“Apa yang bisa diharapkan darinya?” Ucap Pangeran kelima dengan sinis. “Kedatangannya hanya akan merusak pernikahan kakak.”

“Kak Suan, Benar.” Dukung pangeran kedelapan.

“Suan, Jangan bicara sembarangan!” Pangeran kedua menegur pangeran kelima.

“Bagaimanapun dia adik kita.” Lanjutnya.

Putra Mahkota menatap saudara-saudaranya dengan wajah sedih karena melihat saudaranya saling membenci hanya karena ucapan orang di luar sana dan lebih menyedihkan lag,  ia tidak bisa menghentikan konflik ini karena ucapan orang-orang mengenai Pangeran Nian sudah mempengaruhi mereka. Hal itu membuat Putra Mahkota selalu dihantui oleh bayang-bayang saudaranya yang mungkin saja suatu hari nanti akan dimanfaatkan oleh orang lain hingga saling menyakiti. 

Di hari pernikahan Putra Mahkota, Pangeran kesebelas harus berangkat dari kediamannya lebih awal karena kediamannya sangat jauh dari kediaman Putra Mahkota. Ahan dan Shian mengikuti dari belakang dengan membawa kotak yang telah dibungkus rapi. Kotak tersebut adalah hadiah pernikahan yang disiapkan oleh Pangeran Kesebelas untuk Putra Mahkota. Di sepanjang jalan, Shian sangat memperhatikan sekitarnya karena setelah sekian lama masuk ke istana, ini pertama kalinya, ia berjalan-jalan ke istana lainnya. Selain itu, ia juga harus memperhatikan setiap sudut istana sehingga dirinya dapat menyesuaikan diri bila terjadi sesuatu yang genting.

“Nian..” Seseorang memanggil Pangeran Kesebelas.

Pangeran Kesebelas segera mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan tampak di hadapannya berdiri Pangeran Ketiga. Bertemu dengan Pangeran Ketiga bukanlah suatu kebetulan karena jalan menuju ke kediaman Putra Mahkota dari kediaman Pangeran kesebelas harus melewati kediaman beberapa pangeran lainnya.

Ketika melihat pangeran Ketiga, Ahan dan Shian membungkuk sebagai tanda menghormati Pangeran ketiga.

“Pangeran Ketiga.” sapa Pangeran Kesebelas sambil tersenyum lalu membungkuk sejenak.

Pangeran Ketiga tertawa, “Kau masih sama seperti sebelumnya.”

“Tidak pernah memanggilku Kakak.” Lanjutnya.

Pangeran Kesebelas tersenyum. “Nian hanya menunjukkan rasa hormat sebagai Pangeran Bungsu.”

Pangeran Ketiga hanya tersenyum mendengar ucapan Pangeran Kesebelas. Kemudian, Ia mengalihkan pandangannya pada Shian sambil berkata, “Dia..”

Pangeran Kesebelas memotong ucapan Pangeran Ketiga, ”Dia Kun Shian, pengawal baru yang Ayah pilih.”

Shian segera memberi hormat kepada Pangeran Ketiga. 

“Ahh, Dia orangnya.” kata Pangeran Ketiga. Ia kemudian, sedikit membungkuk di hadapan Shian, sebagai tanda penghormatan, membuat Shian merasa canggung. 

“Anda tidak perlu melakukan itu. Aku sama sekali tidak pantas menerimanya.” kata Shian meminta Pangeran Ketika tidak memberi hormat padanya. Dihormati oleh orang dari berbagai kalangan karena berasal dari keluarga Kun merupakan nilai tambah, tetapi di sisi lain hal itu juga menjadi beban besar bagi Shian, terutama bila yang melakukannya seorang Pangeran.

Tak ingin berlama-lama, Pangeran Ketiga dan Pangeran Kesebelas menuju ke kediaman Putra Mahkota bersama-sama. Ahan dan Shian merasa sangat cemas karena mereka masih akan bertemu Pangeran Kelima dan Ketujuh jika keduanya belum berangkat. Bila mereka bertemu, Pangeran Kelima pasti akan sedikit menyulitkan Pangeran Kesebelas.

Benar saja, Pangeran Kesebelas bertemu dengan keduanya sekaligus di depan kediaman pangeran kelima. Tidak hanya pangeran kelima dan Tujuh yang berada di sana, ada pangeran keenam dan delapan.

Ahan dan Shian saling bertatapan melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Pangeran Nian Segera memberi hormat dan salam kepada keempat Pangeran, yang merupakan Kakak-kakaknya. Di belakangnya, Ahan dan Shian ikut memberi salam dan hormat, namun sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang membalas sapaan dari Pangeran Kesebelas. Majah mereka tampak terkejut melihat Pangeran Kesebelas, mereka seperti baru saja melihat hantu.

“Kak Zian Datang bersama Nian?” Pangeran Kedelapan terkejut melihat Kedatangan Pangeran Ketiga dan Kesebelas.

Semua mata tertuju pada Nian, juga kepada Shian. Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya mereka melihat Shian secara langsung, begitu juga Shian. Ia akhirnya bisa melihat satu persatu pangeran di istana. Rasa penasaran di kedua belah pihak akhirnya terbayarkan.

“Jadi, dia anak Jenderal Kun?” Tanya Pangeran Keenam.

“Sepertinya begitu.” Jawab Pangeran Kedelapan.

“Menarik.” Jawab Pangeran keenam sambil tersenyum tipis, seolah-olah senyumnya itu memiliki maksud tersembunyi.

“Menarik? Apa kakak tidak bisa melihat penampilannya terlalu jauh dari ucapan-ucapan pejabat yang memujinya. Dia seperti pengawal kelas rendahan.” Pangeran kedelapan kesal mendengar Pangeran Keenam memuji Shian.

“Aku juga berpikir seperti itu.” Pangeran Ketujuh menanggapi ucapan Pangeran kedelapan.

Ahan sangat cemas karena keadaan saat ini sangat tidak menguntungkan Pangeran Kesebelas. Belum lagi ada pangeran kedelapan dan kelima yang secara terang-terangan membenci Pangeran Kesebelas. 

Pangeran Ketiga melihat suasana semakin tegang, membuatnya segera mengambil tindakan dengan mengajak Pangeran mereka semua untuk berjalan bersama menuju kediaman Putra Mahkota.  Sebenarnya, mengajak mereka berjalan bersama juga belum tentu menjadi hal yang baik, tetapi setidaknya hal tersebut dapat mengendalikan suasana yang tadinya mulai tegang.

“Apa kak zian tidak ingin mengadakan kontes berburu lagi?“ Tanya Pangeran Kedelapan.

“Kontes berburu? Sepertinya ide bagus.” Pangeran ketiga menanggapi pertanyaan Pangeran kedelapan dengan antusias.

“Jika aku mengadakannya Nian harus ikut.” ucap Pangeran Ketiga sambil menoleh ke arah Pangeran Kesebelas yang berada di belakang. 

Pangeran Kesebelas hanya membalas pangeran ketiga dengan senyuman. Ia sengaja berjalan di belakang dengan langkah yang lambat untuk menjaga jarak dari saudaranya yang lain dengan maksud menghindari pertikaian yang bisa terjadi kapan saja. 

“Ikut?” pangeran kelima tertawa geli, “Memegang pedang saja tidak mampu.” lanjutnya, meremehkan Pangeran Kesebelas.

Shian sangat kesal mendengar Pangeran Kelima meremehkan Pangeran Kesebelas. Ia hendak mengeluarkan pedangnya, tetapi Ahan segera menatapnya sambil menggeleng pelan sebagai isyarat “Jangan”. Shian menarik napasnya perlahan untuk menenangkan dirinya. Dia sangat tidak suka melihat orang yang suka meremehkan kemampuan orang lain.

Dia sama sekali tidak pantas disebut Pangeran.

Suasana kediaman Putra Mahkota sudah ramai ketika mereka tiba. Raja dan Permaisuri sudah duduk di Altar, beberapa Pangeran dan Putri sudah berdiri di samping kiri dan kanan secara berurutan menurut kelahiran masing-masing. Baris depan kiri kanan akan dimulai dari Pangeran kedua dan Ketiga hingga di akhiri oleh pangeran Sepuluh dan sebelas di dekat pintu masuk. Lalu di belakang mereka berdiri para pejabat kerajaan, sedangkan Anak perempuan raja berada di paling belakang di balik tirai yang sudah di tata.

“Nian juga datang.” ucap Permaisuri yang sangat senang melihat kedatangan Pangeran Kesebelas.

Semua mata tertuju pada Pangeran Kesebelas, ia menjadi pusat perhatian. 

“Yang mulia Raja dan Permaisuri…” Pangeran Nian tidak dapat melanjutkan ucapannya karena dipotong oleh Pangeran Keempat dengan kalimat yang menyindir, “Sepertinya dia sudah tidak menganggap siapapun yang berada di sini sebagai keluarganya.” 

“Yuan!” Raja menegur Pangeran Keempat.

Setelah semua orang berkumpul, upacara pernikahan Putra Mahkota pun dimulai. Putra Mahkota dan Putri Mahkota memasuki Altar pernikahan. Keduanya berdiri di hadapan Raja dan Permaisuri lalu melakukan sumpah pernikahan serta melakukan penghormatan kepada Raja dan Permaisuri.

Setelah upacara selesai dilakukan Jamuan. Namun, Pangeran Kesebelas memilih untuk beranjak dari kediaman Putra Mahkota. Sebelum pergi, Ia menghampiri Putra Mahkota dan Istrinya untuk memberikan hadiah pernikahan yang telah disiapkan olehnya.

“Yang Mulia, Putra Mahkota dan Putri Mahkota,” Ucapnya sambil memberikan penghormatan kepada keduanya, ”Selamat atas pernikahan Anda!”

“Nian.. Tidak perlu memanggilku seperti itu.” Pinta Putra Mahkota.

Pangeran Kesebelas tersenyum sambil berkata, ”Itu sudah kewajibanku sebagai Pangeran Bungsu.”

Shian dan Ahan menghampiri Pangeran Kesebelas dengan membawa kotak hadiah untuk Putra Mahkota, lalu meletakkannya bersama dengan hadiah lainnya. Hadiah dari Pangeran Kesebelas tentu menarik perhatian karena sangat sederhana.

“Sangat tidak sopan!” bentak Pangeran Keempat melihat hadiah dari Pangeran kesebelas. “Kau ingin mempermalukan Putra Mahkota dengan memberinya hadiah murahan seperti itu?” Lanjutnya.

“Yuan...” Putra Mahkota menatapnya sambil menggeleng sebagai perintah agar ia tidak melanjutkan ucapannya. Sayangnya, Apa yang telah Pangeran Keempat lakukan memicu Pangeran Lainnya turut mengkritik.

“Lihat Para pejabat golongan rendah saja memberikan hadiah yang lebih bagus!” ucap Pangeran Kedelapan.

“Ckckck… benar-benar merusak reputasi  keluarga kerajaan.” kata Pangeran Kelima, menimpali.

Shian sangat kesal melihat adegan yang ada di hadapannya dan yang membuatnya lebih kesalnya karena Pangeran Kesebelas tidak melawan mereka. Pangeran lain juga hanya menonton dan tidak ada satupun yang membelanya. Ia menggenggam pedangnya sangat kuat untuk menahan amarahnya yang menggebu-gebu.

Satu kata lagi akan kucabut pedangku!

“Tidak ada aturan dalam memberi hadiah. Apapun itu, aku sangat menghargainya, terutama bila hadiah tersebut dari kalian.” ucap Putra Mahkota sambil tersenyum. Ia sedang mencoba untuk mencairkan suasana yang mulai memanas. Setelah itu, ia memberikan arahan kepada pelayannya untuk menyimpan hadiah yang diberikan oleh Pangeran Kesebelas.

Meskipun Putra Mahkota berusaha untuk meminimalisir pertikaian diantara saudaranya, tetap saja Pangeran lain tidak kehilangan akal untuk membuat Pangeran Kesebelas mendapat masalah. Banyak sekali ide-ide jahat yang muncul di hati dan pikiran para pangeran lain yang tidak menyukai Pangeran Kesebelas.

“Kak.. Bukankah hari ini hari bahagiamu dan kali ini semua lengkap.” ucap Pangeran Kelima.

“Bahkan Putra Bungsu Jenderal terhormat berada di sini. Aku dengar Putra Bungsu Jenderal Kun sama hebatnya dengan Dua putra jenderal Kun yang saat ini bergabung di kemiliteran. Bagaimana jika di hari bahagia Kakak, kita melihat kemampuannya.” Lanjut Pangeran Kelima sambil menatap Pangeran Kesebelas dengan senyum tipis.

Pangeran yang lain menyetujui ucapan dari Pangeran Kelima Karena mereka juga penasaran dengan kemampuan Shian.

Gawat...Gawat.... Mereka benar-benar tidak berhenti mengganggu Pangeran Nian.

Shian Segera bersujud dan menolaknya, ”Yang Mulia, tidak baik mengeluarkan pedang dari sarungnya di hari yang bahagia seperti ini!”

Pangeran Kesebelas ikut bersujud di hadapan Putra Mahkota, ”Yang Mulia, Shian benar.”

“Tidak baik?” Pangeran Kelima menanggapi ucapan Shian, ”Jika di hari bahagia seperti ini tiba-tiba ada penjahat yang datang lalu pedang dikeluarkan sebagai perlindungan. Apakah itu juga tidak baik?”

Pangeran Kesebelas menghadap Pangeran Kelima dengan posisi tubuh masih bersujud, ”Itu adalah situasi yang berbeda.”

“Jika berbeda, maka anggap saja ini untuk hiburan...” Ucap Pangeran Kelima Sambil tersenyum. Pangeran yang lain setuju dengan ucapan Pangeran Kelima.

Ahh… mereka benar-benar tidak memberikan celah.

Putra Mahkota belum sempat berbicara mereka sudah mendorong Shian ke halaman.

“YANG MULIA!” Teriak Shian yang didorong paksa ke halaman, Ia panik.

Pangeran Kesebelas masih memohon kepada Putra Mahkota untuk menghentikan Saudara-saudaranya itu, ”Yang Mulia, Aku mohon hentikan mereka!”

Pangeran Sebelas terus bersujud di hadapan Putra Mahkota, berharap sujudnya membuat hati Putra Mahkota tergerak untuk menghentikan saudara-saudaranya yang mencoba menyulitkannya. “Kau berdirilah!” Pinta Putra Mahkota sambil berjalan keluar menyusuli saudaranya yang berulah.

Semua sedang bersorak melihat Shian yang hanya mematung di tengah halaman, hingga secara tiba=tiba, seseorang berdiri di hadapannya. 

“Moran?”

“Shian?”

Keduanya sama-sama terkejut. Para Pangeran juga terkejut karena mengetahui Kedua Pengawal itu ternyata saling kenal. 

Ah mengapa harus anak Jenderal Luo.

Keduanya pernah beberapa kali bertemu ketika masih kecil karena ayah mereka adalah teman baik. 

Putra Mahkota mendekat Pangeran Kedua dan Ketiga, ia mencoba membujuk keduanya untuk membantunya menghentikan pertarungan tersebut. “Bantulah aku menghentikan ini sebelum ketahuan Ayahanda!” Pinta Putra Mahkota.

“Kak, kau tidak penasaran melihat pertandingan Shian dengan Moran?” tanya Pangeran Ketiga yang penasaran juga dengan kemampuan Shian. 

“Kita lihat dulu, jika sampai menimbulkan masalah yang serius aku yang akan bertanggung jawab.” kata Pangeran Kedua sambil tersenyum. 

“Sebagai Putra Jenderal Luo dan Pengawal Pribadi Pangeran Keempat, kemampuan bela diri dan kekuatan Moran yang dahsyat sudah sangat terkenal di berbagai kalangan. Kita semua juga sudah mengakui kemampuannya itu, berbeda dengan Shian. Kita sering mendengar kemampuannya, tetapi kita belum melihatnya.” lanjut Pangeran kedua, tidak melepaskan pandangannya dari Shian.

Putra Mahkota sudah tidak bisa membujuk Pangeran Kedua dan Ketiga untuk membantunya karena mereka berdua sudah bertekad untuk membiarkan Shian dan Moran saling berhadapan. 

Di sisi lain, Pangeran Keempat mulai memberi isyarat kepada Moran untuk memulainya. Moran tentu menuruti perintah Tuannya, ia mengeluarkan pedang dari sarungnya dan langsung melayangkan serangannya kepada Shian secepat kilat, membuat semua orang bersorak untuknya. Dalam pertarungan ini shian tidak melakukan perlawanan, hanya menghindar dan menangkis serangan Moran dengan Pedang yang masih di dalam sarungnya.

“Hanya seperti itu?” kata Pangeran Ketujuh, melihat Shian hanya menghindari serangan Moran.

“Sepertinya Pengawal Pangeran Kesebelas tidak bisa menggunakan pedang!” Pangeran Kelima memprovokasi Shian.

Terus menghindar dan menangkis serang hingga Moran mengubah arahnya serangannya secara tiba-tiba, menuju ke arah pangeran kesebelas. Semua orang terkejut melihat adegan itu, begitu juga shian. Ahan sudah bersiap untuk menahan serangan Moran. 

Pangeran Kedua hendak bergerak menghentikan Moran, namun langkahnya terhenti ketika dalam sekejap mata, Shian sudah berdiri menghadang Moran yang hendak menghunuskan pedangnya pada Pangeran Kesebelas. Ia menangkis pedang itu sambil berkata, “Lou Moran!” Suara sangat datar namun terdengar Tegas dan mampu membuat semua orang merinding, termasuk Moran. 

“Ouuhhh..” Pangeran Ketujuh mengelus tubuhnya yang merinding, semua bulu di tubuhnya mungkin sudah berdiri saat ini.

“Dia benar-benar membuat semua orang gemetar ketakutan.” Ucap Pangeran Ketiga.

pangeran sangat puas melihat Shian berhadapan dengan Moran. “Dia seperti berubah menjadi orang lain dalam sekejap.” Katanya sambil tersenyum tipis. 

“Sayang sekali pedang sebagus itu kau arahkan pada orang yang salah.” Ucap Shian sambil menatap Moran. 

“Dia baru bahkan belum melakukan apapun, tetapi Moran sudah tidak berkutik.” kata Pangeran Kedua. 

Di sisi lain, Putra Mahkota mengambil kesempatan itu untuk menghentikan pertarungan Shian dan Moran. ”Semua bubar!” teriaknya.

Semua orang sudah bubar kecuali Shian yang masih berdiri di tengah halaman. Sementara itu, Pangeran Keempat sudah bergabung dengan Pangeran Kedua dan Ketiga. Mereka memperhatikan Shian yang masih berdiri di tengah halaman.

“Kau hampir saja membuat pertumpahan darah di hari pernikahan Putra Mahkota.” kata Pangeran Ketiga sambil menepuk pundak Pangeran Keempat. 

Sebelum menghampiri Shian, Pangeran Kesebelas pergi menemui Putra Mahkota bersama Ahan untuk berpamitan. Setelah berpamitan, mereka berdua menghampiri Shian yang masih berdiri di tempatnya.

”Kenapa kau masih berdiri di sini?” Tanya Pangeran Kesebelas. 

Shian tampak terkejut mendengar suara Pangeran Kesebelas. “Oh, Yang Mulia!” katanya. 

Mereka kembali ke istana Pangeran Kesebelas. Dalam perjalanan, Shian merasa khawatir mengenai nasib Pangeran Kesebelas setelah ia berhadapan dengan Moran. Ia khawatir Pangeran Keempat akan merasa dendam dan menargetkan Pangeran Kesebelas.

Di Kediaman Putra Mahkota para tuan putri yang masih berkumpul sedang membicarakan Shian. Mereka merasa terpesona dengan aksi Shian tadi.

“Sayang sekali dia harus menjadi pengawal!” Ucap Putri Liyu, Putri Kedua Raja dengan selirnya.

Hubungan diantara Para Tuan Putri sangat berbeda dengan hubungan Para Pangeran. Mereka semua sangat akur, tidak ada persaingan atau rasa benci diantara mereka. Hal ini, karena mereka sama sekali tidak memiliki pengaruh apapun. Jadi, mereka hanya perlu menikmati apa yang mereka miliki saat ini.

Di halaman belakang kediaman Putra Mahkota, Pangeran keempat sedang berhadapan dengan Moran. Ia tampak kesal setelah Moran dikalahkan oleh Shian. Namun, dia berusaha untuk menahannya. “Dia berbeda dengan kedua saudaranya..” Ucapnya sambil mengepal tangannya.

“Sebenarnya seperti apa kekuatannya?” 

Isi Kepala Pangeran Keempat dipenuhi dengan pertanyaan mengenai Shian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta dan Misteri   Roh Jahat "Ritual Pemanggilan dan Pembebasan Roh"

    Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat. “Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya. Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang. “Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian. “Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir. “Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat y

  • Cinta dan Misteri   Serangan Roh Jahat

    Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha

  • Cinta dan Misteri   Xu Fei dan Xu Sue bersedia bersaksi

    Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan

  • Cinta dan Misteri   Kedatangan Xu Fei dan Xu Sue

    Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb

  • Cinta dan Misteri   Kota Doulan

    Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s

  • Cinta dan Misteri   Pertemuan

    Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status