Home / Pendekar / Cinta dan Misteri / DIUSIR OLEH PANGERAN (1)

Share

DIUSIR OLEH PANGERAN (1)

Author: WINE
last update Last Updated: 2024-05-06 03:29:39

Setelah kejadian di pernikahan Putra Mahkota, Pangeran Kesebelas mulai memperhatikan Shian yang lebih sering menghabiskan waktunya di atas pohon dan juga di atas atap kediamannya. Pada dasarnya, Pangeran tidak begitu menerima kedatangan Shian di istananya karena ia merasa dengan adanya Ahan dia tidak memerlukan pengawal lain. Selain itu, dia juga tidak bisa mempercayai siapapun selain Ahan yang memang sudah bersamanya sejak kecil, terlebih lagi Shian merupakan anak bungsu dari seorang jenderal terhormat, tidak mungkin cocok dengannya.

Saat itu, Pangeran sedang berdiri di halaman rumahnya, menatap Shian yang tertidur di atas Pohon. Ahan menghampiri Pangeran dan ikut menatap ke arah Shian. “Dia pasti sudah menyadari Anda memperhatikannya.” Bisiknya pada Pangeran.

Pangeran segera mengalihkan pandangannya setelah Ahan membuatnya teringat bahwa Shian dapat menyadari hal-hal tertentu, seperti ketika pangeran kelima dan kedelapan datang ke kediamannya.

“Sepertinya akan ada yang berkunjung!” Ucap Shian yang masih berada diatas Pohon dengan mata terpejam. 

Pangeran dan Ahan saling memandang, mereka berdua terkejut karena baru saja membicarakan kemampuan Shian dalam menyadari kehadiran seseorang meskipun orang itu masih sangat jauh. Ahan segera menuju pintu gerbang kediaman Pangeran untuk menyambut orang yang akan datang, tetapi belum ada yang datang. 

Kemampuan Shian yang satu ini menjadi keuntungan bagi Pangeran karena dapat mempersiapkan diri menyambut siapapun yang datang. Meskipun tidak semua orang yang datang akan dibiarkan masuk ke kediaman oleh Pangeran Kesebelas.

Shian segera turun dari pohon dan berdiri di samping Pangeran. Namun baru saja menjejakkan kaki, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dan ya, tiba-tiba tubuhnya tersentak, seolah sesuatu yang tak terlihat menabrak tubuhnya. Matanya terbelalak, warna korneanya berubah sesaat, lalu tubuhnya mulai lunglai dan jatuh tak berdaya ke tanah. Samar-samar, ia melihat Pangeran menatap wajahnya, mulutnya bergerak. Namun, ia tidak mendengar suara Pangeran. 

Ketika membuka matanya, Shian mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidurnya. “Apa itu tadi?” gumamnya sambil mencoba mengingat kejadian sebelum ia pingsan. 

Ketika Shian keluar dari kamarnya, ia melihat seorang pria tua berpakaian pejabat sedang berpamitan pada Pangeran di depan kediaman utamanya. 

“Mengapa aku tidak pernah melihatnya?” gumamnya sambil memperhatikan pria tua yang mulai melangkah menuju ke pintu keluar. Mata Shian tidak lepas dari pria tua itu. Karena penasaran, Ia berjalan mengikuti pria tua itu dari kejauhan, menyusuri lorong dan serambi dengan langkah hati-hati agar keberadaannya tak disadari. “Ada yang tidak beres dengan pria tua itu.” gumamnya lagi. 

Saat berdiri melihat pria tua yang sudah melangkah keluar, Shian menyadari bahwa Pangeran dan Ahan telah memperhatikannya. Ia pun segera berbalik, menghampiri Pangeran dan Ahan yang berdiri tak jauh darinya. 

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Pangeran, mendahului Shian yang hendak memberi hormat dan salam padanya..

“Ya, Yang Mulia!” Jawabnya tegas. 

“Aku harap kau lebih memperhatikan kesehatanmu dan jangan sering berada di atas sana.” Ucap Pangeran sambil menunjuk pohon dan atap kediamannya. “Sangat sulit memanggil tabib untuk datang kemari dan belum tentu ada tabib yang ingin datang kemari.” Lanjut Pangeran, berpikir Shian sedang sakit.

“Baik, Yang Mulia!” jawab Shian sambil menundukkan kepala. 

“Mengapa kau mengikuti Wakil Menteri?” Tanya Pangeran Kesebelas, merasa penasaran dengan gerak-gerik Shian.

Wakil menteri? Pria tua tadi wakil menteri? 

Shian segera menunduk dan menjawabnya, ”Hamba hanya penasaran.”

Mengetahui bahwa yang datang adalah seorang Wakil Menteri, rasa penasaran di dalam diri Shian semakin bertambah. Ia kemudian menemui Ahan untuk bertanya mengenai Wakil Menteri. 

“Jika berkaitan dengan wakil menteri, lebih baik kau bertanya pada Pangeran.” Ahan menolak untuk menjawab pertanyaan Shian.

“Aku rasa, aku sudah tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Pangeran jika aku bertanya.” kata Shian, menghela napas sambil menatap Pangeran yang sedang duduk sambil membaca buku di dalam kediamannya. “Terlebih lagi, Pangeran sangat menjaga jarak denganku.” lanjutnya. 

Akhirnya, Ahan mengerti mengapa Shian lebih sering berada di atap kediaman pangeran. Benar, sejak awal Shian sangat sadar bahwa Pangeran tidak mengharapkan kehadirannya.

Pangeran memperhatikan Shian yang sedang berlatih halaman kediamannya. Shian sangat lihai menggunakan pedang, benar-benar sesuai dengan reputasinya sebagai Putra Jenderal Kun. “Bukankah dia sangat hebat, Yang Mulia?” tanya Ahan, yang sudah berada di samping Pangeran.

“Sejak kapan kau berdiri disampingku?” Tanya Pangeran, terkejut melihat Ahan yang entah sejak kapan berada di sampingnya.

Ahan tertawa kecil sambil berkata, “Aku sudah berdiri di sini sejak tadi, Yang Mulia.”

Ahan kemudian teringat beberapa hari yang lalu Shian bertanya mengenai Wakil menteri kepadanya, ia pun menyampaikannya kepada Pangeran “Shian sudah menemui Anda?” tanyanya, mencoba memastikan. 

“Menemuiku?” tanya Pangeran sambil mengerutkan keningnya, membuat Ahan tahu bahwa Shian belum bertanya mengenai wakil menteri pada Pangeran. 

“Beberapa hari yang lalu dia bertanya padaku mengenai Wakil Menteri, tapi aku memintanya bertanya langsung pada Anda.” jelas Ahan. Pangeran segera mengarahkan pandangannya ke arah Shian. 

“Ahan, setelah dia selesai. Suruh dia datang menemuiku.” Pinta Pangeran. 

Sesuai perintah Pangeran, Ahan segera menyuruh Shian untuk menghadap Pangeran. Tanpa banyak bicara, Shian pun langsung menuju ruang baca tempat Pangeran menunggunya.

“Yang Mulia!” kata Shian memberi salam pada Pangeran.

Pangeran berdiri dari duduknya, menghampiri Shian yang berlutut di hadapannya. Tiba-tiba Pangeran menarik keluar pedang Shian, lalu mengarahkan ujung pedang tersebut ke leher Shian. Sejak awal Shian bisa saja menghindari pedang tersebut tetapi ia memilih untuk bertahan pada posisinya sebagai loyalitasnya kepada Pangeran.

“Apa yang sedang kau rencanakan?” Tanya Pangeran, penuh rasa curiga terhadap Shian. 

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Apakah alasanmu disini sama seperti yang lainnya?”

Pangeran menghujani Shian dengan berbagai pertanyaan, tetapi tidak menjawab satupun pertanyaan Pangeran. 

“Atau jangan-jangan kau dikirim untuk memata-matai istanaku?” rasa curiga di benak pangeran semakin dalam. 

Shian mulai kesal dan tidak tahan dengan tuduhan yang dilayangkan Pangeran terhadap dirinya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan suara pelan namun tegas, “Jika aku menjelaskannya, apakah Yang Mulia akan mempercayainya?”

Pangeran menjatuhkan pedangnya dan segera membelakangi Shian. “Segera tinggalkan kediamanku!” Perintah Pangeran dengan tegas. “Mengenai Raja, kau tidak perlu khawatir. Dia akan mengerti.”

“Aku tidak bisa meninggalkan kediaman Anda kecuali Raja yang mengusirku.” Shian menolak perintah Pangeran.

"Saat kau menginjakkan kaki di istanaku, kau sudah sepenuhnya menjadi bawahanku. Jadi, apapun yang aku perintahkan, kau harus mengikutinya, termasuk meninggalkan istanaku." Tegas Pangeran, lau segera berjalan keluar dari kediamannya, meninggalkan Shian yang masih berlutut.

Aku merelakan kebebasanku untuk datang ke tempat ini tanpa niat apapun selain menjaga keamanan Pangeran. Bukannya mendapat penghargaan, aku malah dituduh yang tidak-tidak oleh Pangeran. Sial Sekali!

Di dalam kamarnya, Shian duduk sambil menertawakan dirinya. Ia tidak menyangka akan diusir secepat ini oleh Pangeran. 

Sementara itu, Pangeran sedang berada di belakang kediamannya bersama Ahan. Perasaannya sedang bimbang, ada rasa bersalah, juga rasa curiga terhadap Shian. "Ahan.. Apakah menurutmu yang kulakukan ini benar?" Tanyanya.

Apakah yang kulakukan ini kejam?" Tanyanya lagi. 

“Bukankah Anda sudah sering melakukan hal seperti ini terhadap pelayan maupun pengawal yang dikirim raja kemari. Mengapa kali ini Anda tampak berbeda?” jawab Ahan. 

Pangeran menatap ke langit, "Aku hanya takut."

"Apa yang Anda takutkan? Anda takut ternyata Shian benar-benar datang sebagai mata-mata?” tanya Ahan, tetapi Pangeran hanya diam. 

“Yang Mulia, Shian berasal dari keluarga Kun. Ayahnya adalah Jenderal terhormat di kerajaan Yun. Dia tidak mungkin melakukan sesuatu yang buruk, kan? Dia pasti seperti Jenderal Kun yang bijaksana.” lanjut Ahan, memberi pendapatnya kepada Pangeran. 

Setelah mendengar pendapat Ahan, Pangeran segera kembali ke kediamannya untuk menemui Shian. Namun, Shian telah pergi. Kamar tempatnya biasa tinggal telah kosong, tak ada satupun barang yang tersisa. Shian benar-benar telah meninggalkan istananya.

"Dia pergi." kata Pangeran dengan suara pelan kepada Ahan yang berdiri di depan pintu kamar Shian. 

"Haruskah aku memanggilnya kembali?" Tanya Ahan. 

Pangeran menggeleng, meminta Ahan tidak perlu melakukannya. 

Saat itu, Shian sudah berada di luar istana. Ia dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Dia seharusnya senang karena akhirnya dia bebas  dan tidak terkurung di istana yang membosankan, tetapi nyatanya dia malah ketakutan. Ia takut hal ini akan berdampak buruk pada keluarganya. Selain itu, dia juga takut dihukum oleh Ayahnya. Jika dia dihukum oleh Ayahnya, sudah pasti hukuman itu sama seperti hukuman yang diterima prajurit di camp militer.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin mantap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta dan Misteri   Roh Jahat "Ritual Pemanggilan dan Pembebasan Roh"

    Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat. “Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya. Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang. “Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian. “Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir. “Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat y

  • Cinta dan Misteri   Serangan Roh Jahat

    Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha

  • Cinta dan Misteri   Xu Fei dan Xu Sue bersedia bersaksi

    Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan

  • Cinta dan Misteri   Kedatangan Xu Fei dan Xu Sue

    Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb

  • Cinta dan Misteri   Kota Doulan

    Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s

  • Cinta dan Misteri   Pertemuan

    Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status