Share

ISTANA

Author: WINE
last update Last Updated: 2024-04-30 01:59:20

Seorang pria tua berpakaian merah maroon dengan beberapa orang yang datang bersamanya, memasuki pintu gerbang sebuah rumah mewah. Di depan gerbang rumah tersebut bertuliskan “Kediaman Jenderal Kun”. 

Ketika tiba di halaman, Sepasang suami istri beserta penghuni kediaman lainnya, termasuk pelayan, telah berdiri menyambut pria tua berpakaian merah maroon tersebut.  "Jenderal Kun, terima titah dari Raja!" Ucap pria tua berpakaian merah maroon, yang akrab disapa Kasim Xiu. Dia adalah orang kepercayaan Raja. 

"Baik!" Ucap Jenderal Kun sambil bersujud diikuti anggota keluarganya di halaman rumahnya yang luas. 

Sebelum membuka gulungan yang dibawanya, Kasim Xiu memandang satu persatu orang-orang yang bersujud bersama Jenderal Kun dan Istrinya. Dia sedang mencari seseorang diantara orang-orang yang bersujud di hadapannya, tetapi orang tersebut tidak ada. “Di mana Tuan Muda kediaman ini?” tanyanya, tidak melihat orang yang dicarinya. 

Jenderal Kun dan Istrinya yang akrab dipanggil Ny. Kun saling memandang. “Waktunya telah tiba.” gumam Jenderal Kun sambil menghela napas panjang. 

“Tuan, Tuan Muda Bungsu sedang tidak ada di kediaman.” ucap Ny. Kun kepada kasim Xiu.

“Sudahlah, lagipula Jenderal Kun ada disini.” jawab Kasim Xiu sambil membuka gulungan yang ada di tangannya secara perlahan, kemudian membacanya dengan lantang dan tegas di hadapan seluruh penghuni kediaman jenderal Kun. 

Titah Raja:

Dari generasi ke generasi, keluarga Kun telah menjadi pelindung bagi keluarga kerajaan. Sejak kerajaan Yun berdiri, Keluarga Kun telah terikat sumpah untuk menjaga pangeran yang membawa tanda langit. Oleh karena itu aku menetapkan, putra Jenderal Kun, sebagai pengawal pribadi Pangeran Kesebelas. Pengangkatan ini bukan sekadar bentuk penghormatan, tetapi pemenuhan ikatan lama antara garis darah kerajaan dan darah para pelindungnya. Sebagaimana leluhur Kun menjaga pangeran pilihan pada zamannya, demikian pula kini Putra Jenderal Kun akan melindungi Pangeran Kesebelas dengan segenap jiwa dan raganya, hingga ajal memisahkan, atau takdir menuntun ke kejayaan.

Setelah menerima Titah dari Raja, Ny. Kun tidak lagi menyembunyikan rasa khawatir yang tergambar jelas di wajahnya. Ia berdiri di ambang pintu sambil berkata, “"Tuan, Apa tidak ada cara lain?" 

“Raja sudah menurunkan titahnya.” jawab Jenderal Kun yang duduk di kursi kebesarannya sebagai kepala keluarga dan pemimpin di keluarga Kun.

"Tuan, Anak kita…" Ucap sang istri yang wajahnya mulai memucat ketakutan. 

Jenderal Kun diam sejenak, lalu menarik napas panjang, "Takdir keluarga ini sudah terikat dengan keluarga kerajaan." 

Ny. Kun tidak lagi dapat menahan air matanya, ia menangis di depan pintu. Sebenarnya, ia sangat sadar bahwa Titah Raja tidak dapat ditentang dan Takdir ini memang sudah pada dasarnya juga mengikuti keluarga Kun. Hanya saja ada kekhawatiran yang menyelimuti keluarga ini, sesuatu yang tersembunyi.

“Ibu, Jangan khawatir!” Ucap seseorang dari luar sambil tersenyum. Ia berjalan masuk dengan pedang di tangan kanannya. Pakaiannya yang dominan merah membuat penampilannya menjadi lebih menawan. 

“Kun Shian!” Panggil Jenderal Kun dengan nada bicara yang keras. 

Bentakan keras dari jenderal Kun membuat Shian segera menundukkan diri. Ia sangat sadar bahwa Ayahnya sedang merah. “Ayah..” katanya dengan nada merayu, berharap amarah ayahnya meredah.

“Kau ini,” Ucap Jenderal Kun menahan amarahnya. Ia menarik napas lalu melanjutkan ucapannya, ”Raja baru saja memberikan titahnya dan kau malah sibuk bersenang-senang di luar sana. Kau tidak takut Raja marah dan langsung memenggal kepalamu?”

“Ehhh… Raja tidak akan memenggal kepala perisai pertahanannya.” Jawabnya dengan kepercayaan diri yang penuh, membuat Jenderal Kun merasa geram. 

“Berhenti bermain-main dengan ucapanmu!” kata Jenderal Kun, penuh penekanan. “Bersiaplah, tiga hari lagi orang dari kediaman pangeran Kesebelas akan datang menjemputmu.” Lanjut Jenderal Kun.

“Tiga hari? cepat sekali.” katanya, terkejut mengetahui bahwa sisa waktunya di kediaman jenderal hanya tinggal tiga hari. Kemudian, ia berdiri dan segera beranjak dari Aula. Ia tidak berkomentar apapun terkait titah Raja seolah-olah ia sudah mengetahui bahwa hari ini akan tiba. 

“Semua yang kulalui selama ini sampai pada puncaknya.” Ucapnya sambil memandangi pohon bunga sakura yang tumbuh dengan kokoh di luar kamarnya.

“Takdir memang mempermainkan.” Lanjutnya sambil menutup jendela kamarnya.

Tiga kemudian, Seseorang dari kediaman pangeran Kesebelas datang menjemput Shian. “Kau?” kata Shian dengan ekspresi penuh tanda tanya melihat pemudah yang tampak seumuran dengannya berdiri di halaman rumahnya. 

“Aku Ahan, pengawal Pangeran Kesebelas.” katanya memperkenalkan diri dengan sopan. 

“Ahhh…” Shian melihat sekitarnya dan hanya melihat satu orang pemuda yang berdiri di hadapannya, tidak ada orang lain. “Hanya kau yang datang?” 

Ahan mengangguk. 

Kun Shian berangkat berpakaian serba hitam, pengikat kepala lambang keluarga kun berwarna emas dan sesuatu yang dibungkus kain merah polos menggantung di punggungnya, tampak seperti sebuah pedang, tetapi ukurannya lebih panjang. Ia juga membawa busur dan pedangnya. 

Selama perjalanan, Kun Shian hanya diam memandangi sekelilingnya. Ia menyadari bahwa mulai hari ini semua kesenangannya sudah berakhir dan waktunya hanya akan dihabiskan sebagai pengawal yang setiap hari mengikuti Pangeran Kesebelas, Pangeran Nian.

Sebelum menuju kediaman pangeran, Kun Shian harus menghadap raja terlebih dahulu.

“Kun shian memberi hormat kepada Yang Mulia, Raja. Hamba telah mendengar banyak sekali kebajikan yang mulia.” Ucapnya lalu sujud di hadapan Raja.

“Sudah.. Sudah... Aku juga telah mendengar banyak tentangmu dari pejabat.” Ucap Raja sambil tersenyum.

Sial, sepertinya semua kegilaanku di luar rumah sudah sampai ke telinga Raja.

“Pejabat sangat memuji kemampuanmu jadi jagalah Pangeran Nian dengan baik bersama Ahan.” Pinta Raja.

Memuji kemampuanku? Ahaha… para penjilat itu.

“Baik, Yang mulia.” Ucap Shian dengan tegas.

Setelah bertemu Raja. Ahan segera menuntun Shian menuju ke istana pangeran Nian. Hanya saja, ia cukup terkejut karena Ahan menuntunnya dari Aula utama istana yang berada di depan dan kini mereka berjalan semakin menjauh dari istana depan. “Tunggu.. Kau tidak sedang mengerjaiku, kan?” Tanya Shian yang heran karena Jalan yang mereka lalui untuk sampai ke kediaman Pangeran Nian sangat jauh dan terlihat tidak seperti jalan lainnya di istana.

“Anda sedang berpura-pura atau benar-benar tidak tahu?” Tanya Ahan.

Sambil berjalan dengan langkah cepat Shian menjelaskan kepada Ahan, ”Hmm… Aku tahu, tetapi tidak pernah menyangka bahwa Istana Pangeran Kesebelas sangat jauh dari Aula Utama Istana.”

Ketika tiba, Shian mengamati sekeliling Istana Pangeran Nian. Jalan menuju ke tempat ini memang sangat tidak terawat, ada banyak lumut dan rumput liar yang tumbuh, tetapi Istananya sangat bersih dan terawat meskipun berada di paling belakang dan jauh dari istana pangeran lainnya. Ada banyak bunga dan pohon yang rindang. Selain itu, tatanan pekarangannya juga rapi, semua tatanan ini membuat hati tentram ketika melihatnya. 

 Apa yang ada di Istana sangatlah di luar dugaan.

Tiba-tiba angin bertiup dan di saat yang bersamaan kornea mata Shian berubah memutih keabu-abuan, hanya sesaat namun perubahan itu dapat dipastikan karena pantulan cahaya cahaya matahari. Itu murni perubahan warna secara mendadak dan hanya hitungan detik.

Huhh.... Apa itu tadi?

Dengan perasaan gelisah, Shian segera menghadap Pangeran Nian. Ia melihat Pangeran Nian sedang duduk di depan mejanya yang tampak sederhana. Wajahnya menawan tetapi tampak tidak berekspresi.

Shian segera berlutut di hadapan Pangeran Nian sebagai bentuk penghormatan. Ia mengangkat kedua tangannya sejajar dengan dadanya, lalu menyatukannya sambil menunduk. “Yang Mulia, Pengawal Pribadi Anda Kun Shian datang memberi salam kepada Anda.” Katanya dengan sangat sopan. 

“Um.. Lakukan saja tugasmu seperti yang Ayahanda pinta.” Jawab Pangeran Nian dengan nada datar, kemudian menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Shian segera berdiri.

Shian segera berdiri sesuai perintah Pangeran Nian. Ia menunggu Pangeran memberinya arahan, tetapi Pangeran hanya diam, membuatnya berdiri cukup lama. Ia mengarahkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, mencari seseorang, tetapi di dalam ruangan hanya ada pangeran dan dirinya. 

Ia mengangkat tangan kirinya menatap gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Gelang yang terbuat dari kain berwarna hitam merah dengan aksesoris berbentuk bulat kecil berwarna hijau. Ia teringat saat baru tiba di istana ini, ia merasakan ada sesuatu yang aneh di tempat ini. Ia segera melepas gelang tersebut. Kemudian, menatap pangeran yang sedang sibuk membaca.  

“Yang Mulia, sebelum aku datang kemari. Aku membeli hadiah untukmu.” katanya sambil meletakkan gelang tersebut ke atas meja pangeran Nian. 

Pangeran Nian tidak mengatakan apapun, hanya matanya yang bergerak sesaat untuk melihat gelang tersebut. 

“Gelang ini tiada duanya di dunia ini.” lanjut Shian sambil berjalan mundur. 

Tangan Pangeran Nian melambai, meminta Shian segera keluar dari ruangannya. Tentu saja, Shian segera keluar sesuai perintah Pangeran karena sejak tadi dia sudah tidak tahan berdiri di hadapan Pangeran yang mengacuhkan dirinya. 

Di luar, Shian bergabung dengan Ahan yang sedang berdiri sambil bersandar di dinding, di samping pintu masuk. 

Kun Shian.. Siapa sangka nasibmu menjadi penjaga pintu.

“Kedatangan Anda hari ini, sudah di nanti-nanti oleh pangeran dari istana lain. Jadi, sebaiknya Anda berhati-hati.” kata Ahan, memberi peringatan pada Shian dengan sopan. 

“Eiihh… Tidak perlu berbicara terlalu sopan.” Pinta Shian. kemudian, Ia tersenyum sambil berkata, “Aku rasa tidak perlu menunggu sepertinya sudah ada beberapa yang akan tiba.”

Benar saja, terdengar suara orang berteriak dari pintu utama halaman istana Pangeran Nian. “Buka Pintunyaaaa! Pangeran Kelima dan kedelapan datang mengunjungi pangeran kesebelas.” 

Ahan tampak panik mengetahui kedatangan Pangeran Kelima dan Kedelapan. “Apakah aku harus berhati-hati kepada kedua orang itu?” tanya Shian memandang ke arah pintu utama. 

“Ummm” Angguknya sebelum masuk dan memberitahu pangeran kesebelas, mengenai kedatangan Pangeran Kelima dan Kedelapan. Segera pangeran kesebelas menuju pintu gerbang kediamannya diikuti oleh Ahan dan Shian. Ketika Ahan membuka Pintu, Kedua Pangeran yang berdiri di depan pintu tersenyum.

“Apa yang membuat kakak datang jauh-jauh ke istanaku yang kumuh ini?” Tanya Pangeran Kesebelas, merendahkan dirinya.

“Pangeran Nian.. bukankah tidak sopan membiarkan kedua pangeran berdiri di depan pintu seperti ini?” ucap salah satu pelayan pangeran kelima.

Pangeran Kesebelas menatap pelayan tersebut sambil tersenyum, “Apakah tidak ada yang mengingat bahwa kediamanku tidak menerima siapapun karena terlalu kotor?”

Aku baru tiba dan pemandangan macam apa ini?

Pangeran kelima memberi isyarat kepada pelayannya agar diam. Matanya kemudian tertuju ke arah Shian, Alis kanannya naik dan senyumnya menipis.

“Ah, jadi ini pengawal yang dipuji-puji itu? tidak tampak seperti yang dikatakan para pejabat.” Ucap Pangeran Kelima meremehkan Shian.

Apa? Dia meremehkanku? Pangeran ini sangat menyebalkan.

“Jika kakak datang kemari hanya untuk ini, sebaiknya kakak kembali sebelum nyamuk ganas di kediamanku menggigit tubuh kakak.” Pangeran Nian mengusir kedua kakak nya secara halus.

Ucapan Pangeran Nian membuat masing-masing pelayan pangeran tersebut membujuk agar segera pergi dari kediaman pangeran kesebelas karena mereka takut apa yang dikatakan pangeran kesebelas benar. Akhirnya, keduanya pergi dengan rasa tidak puas.

“Kedua pangeran itu sangat menyebalkan.” Bisik Shian kepada Ahan dengan wajah kesal.

“Ini belum seberapa.” jawab Ahan.

Setelah kedua pangeran jauh dari kediaman, barulah pangeran Nian masuk ke dalam kediamannya diikuti oleh Ahan dan Shian.

Pangeran kembali ke ruangannya, sementara Ahan kembali berdiri di tempat yang sama seperti semula. Karena baru tiba, Shian memilih mengelilingi kediaman pangeran Nian yang luas. Ia menatap ke atap kediaman utama pangeran lalu segera melompat ke atas. Dari atas sana, ia dapat melihat semua bangunan yang ada di istana. Jaraknya sangat jauh tapi ia menyadari bahwa kediaman pangeran bangunannya lebih tinggi dibandingkan kediaman lain kecuali aula utama istana dan ada satu lagi bangunan yang mungkin saja milik raja.

Berdiri begitu lama di atas atap, menyadari ada yang berbeda dengan bangunan istana Pangeran Nian. 

Tunggu… Ini bukan kediaman. Ini kuil!

Setelah menyadari bahwa Istana Pangeran Nian adalah bekas kuil. Ia juga baru sadar bahwa tidak ada siapapun di istana ini. Tidak ada pengawal maupun pelayan lain selain Ahan. “Aneh sekali.. Bukankah keselamatan Pangeran Nian perlu diperhatikan tetapi mengapa keadaan di tempat ini sangat menyedihkan, tidak ada pelayan, tidak ada pengawal, bahkan bekas Kuil. Apa raja berharap dewa yang dipuja di kuil ini akan melindungi dan mengurus Pangeran Nian sehingga tidak perlu pelayan dan pengawal?” Gumamnya sambil memandangi Aula istana.

“Nasib benar-benar mempermainkan kehidupan.” Lanjutnya dengan nada miris.

“Apa yang kau lakukan di atas sana?” teriak Ahan, terkejut melihat shian berdiri di ujung atap kediaman pangeran.

“Hanya melihat-lihat.” jawab Shian sambil melompat, menghampiri Ahan. “Aku masih ingin melihat-lihat kediaman Pangeran.” lanjutnya sambil berjalan mengelilingi istana Pangeran. 

Ia benar-benar mengelilingi istana pangeran Nian, sesekali melakukan di beberapa titik di kediaman Pangeran. “Tugas pertama selesai.” katanya, setelah mengelilingi kediaman pangeran. Ia kemudian kembali berdiri di samping Ahan.

Ketika malam tiba, Shian kembali melompat ke atap. Kemudian, membuat sebuah perisai pelindung untuk melindungi seluruh kediaman pangeran. “Setidaknya seperti ini lebih aman. Jadi, aku bisa tidur nyenyak.” Ucap sambil menepuk kedua tangannya, lalu segera berbaring memandang langit malam yang dipenuhi oleh bintang.

Dari dalam kediaman, Pangeran melihat perisai pelindung yang dibuat oleh Shian. Ia segera keluar, menghampiri Ahan yang sedang menatap perisai yang telah dibuat oleh Shian. “Apakah ini kekuatan spesial keluarga Kun.” Ucap Ahan.

“Di mana dia?” Tanya Pangeran Nian.  

Ahan menunjuk ke atas atap. 

Pangeran segera mengarahkan pandangannya, melihat shian yang sudah tertidur di atas sana. Ahan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Shian.

Setiap malam Shian akan membuat perisai dan Sepanjang malam, ia tidur di atas atap. 

Dingin....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta dan Misteri   Roh Jahat "Ritual Pemanggilan dan Pembebasan Roh"

    Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat. “Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya. Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang. “Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian. “Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir. “Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat y

  • Cinta dan Misteri   Serangan Roh Jahat

    Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha

  • Cinta dan Misteri   Xu Fei dan Xu Sue bersedia bersaksi

    Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan

  • Cinta dan Misteri   Kedatangan Xu Fei dan Xu Sue

    Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb

  • Cinta dan Misteri   Kota Doulan

    Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s

  • Cinta dan Misteri   Pertemuan

    Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status