Vincent menarik selimut dan menutup wajah tampannya. Tidak ada yang perlu dibahas. Dia juga benar-benar tidak ingin bicara lagi.Baru pertama kali melakukan hal yang "nakal", langsung ketahuan oleh Yuvi. Vincent memang murni apes.Yuvi menarik selimut yang menutupi wajahnya, lalu berucap, "Vincent, jawab aku. Kenapa kamu nonton video seperti itu?"Sekarang, Vincent sedang terbaring lesu di ranjang. Satu kakinya yang panjang menjulur keluar setengah. Dalam kemalasannya, dia tetap memancarkan aura liar dan tak terkekang.Yuvi menarik selimut dari wajahnya, lalu tubuh mungilnya yang lembut pun ikut menindih tubuh Vincent.Vincent sudah pasrah. Dia pun membalas, "Aku memang sudah nonton, lalu kenapa?""Kamu!" Yuvi sangat kesal melihat kelakuan tebal mukanya.Vincent menatap wajah mungilnya yang berbentuk oval itu. "Kamu sudah boleh keluar.""Aku nggak mau keluar.""Terus, kamu maunya apa?""Aku juga mau nonton!"Mata Vincent langsung memicing. Dia berusaha meraih kembali ponselnya dan tida
Itu adalah sebuah video yang tidak normal, bermuatan konten dewasa.Begitu suara aneh-aneh terdengar dari video itu, Vincent langsung menyadari apa yang sedang dia tonton dan buru-buru menutupnya.Vincent lalu langsung mengirim dua kata ke Wesley. [Cari masalah.]Wesley tertawa terbahak-bahak. [Kak Vincent, kamu sekarang sudah punya pacar. Ini waktu yang tepat untuk belajar hal-hal baru. Masa pubermu sudah datang.]Vincent membalas. [Diam!]Wesley tidak berani mengirim apa pun lagi.Vincent kembali memusatkan perhatian pada penelitiannya tentang Ghost. Tak terasa setengah jam berlalu. Vincent pun berbaring di ranjang dengan satu tangan sebagai bantal di bawah kepala. Pikirannya kacau, entah sedang memikirkan apa.Dulu, pikiran Vincent selalu tenang.Namun sejak bertemu Yuvi, hatinya jadi agak kacau.Entah kenapa, Vincent malah membuka ponselnya lagi dan memutar ulang video tadi.Sementara itu di kamar sebelah, Yuvi dan Molita sudah berbaring dan mulai mengobrol sebelum tidur.Yuvi bert
Selain itu, Yuvi sudah melepaskan baju luarnya.Yuvi berseru, "Aaargh ... umm!"Yuvi masih ingin berteriak, tetapi Vincent buru-buru menutup mulutnya dengan tangan dan tidak membiarkannya bersuara."Jangan teriak-teriak. Ibu dan adikku bisa dengar nanti. Apa kamu mau mereka datang dan melihat semua ini?"Yuvi menatapnya dengan mata terbelalak penuh ketakutan, lalu dia menyingkirkan tangan Vincent. "Aku nggak akan teriak lagi. Kamu turunkan aku dulu."Vincent melepaskan tangannya dan Yuvi turun dari tubuhnya.Hanya saja saat turun, tubuh Yuvi tak sengaja menyentuh sesuatu. Ini sebenarnya bukan pertama kalinya dia menyentuh bagian tersebut. Berhubung penasaran, Yuvi pun mengulurkan tangan dan bertanya, "Sebenarnya, ada apa di bagian ini kamu?""Yuvi, jangan asal pegang!" Vincent buru-buru coba menahan tangan kecilnya.Sayangnya, gerakan Yuvi lebih cepat daripada siapa pun. Dia sudah menyentuhnya dan tak sempat dicegah lagi.Tubuh tegap Vincent langsung menegang. Sudut matanya mulai dipen
Yuvi melihat hujan deras mengguyur di luar jendela. Dalam kondisi begini, mana mungkin dia bisa kembali ke kampus?Molita berucap, "Kak Yuvi, hujannya sebesar ini, nggak aman kalau pulang. Malam ini, kamu tidur di sini saja ya."Lulu juga menimpali, "Benar, Yuvi. Kamu tidur di sini saja. Tidur satu kamar dengan Molita."Lulu sangat menyukai Yuvi. Hanya saja sebagai orang yang lebih tua, dia tetap tahu batasan. Dia tentu tidak akan membiarkan Yuvi tidur sekamar dengan Vincent.Yuvi berujar sambil mengangguk, "Kalau begitu Dik Molita, malam ini aku numpang di kamarmu ya."Molita langsung senang dan merangkul lengan Yuvi. "Kak Yuvi, ayo. Aku antar kamu ke kamar."Yuvi masuk ke kamar Molita. Kemudian, Molita memberikan satu piama. "Kak Yuvi, ini piama baru buat kamu pakai."Yuvi menerimanya sambil berucap, "Makasih, Molita.""Kak Yuvi, kamu mandi duluan ya."Ada tiga kamar di rumah ini dan semua berukuran kecil. Satu untuk Lulu, satu untuk Vincent, dan satu lagi untuk Molita. Ada kamar man
Wesley datang untuk menemui Vincent, tetapi dia tidak menyangka akan melihat Vincent sedang bersama Yuvi. Begitu melihat Yuvi, matanya langsung membelalak tak berkedip.Yuvi buru-buru melepaskan pelukannya dari Vincent, lalu tersenyum malu-malu ke arah Wesley. "Halo, aku Yuvi."Wesley menjawab, "Halo, aku Wesley. Kak Vincent, kamu punya pacar sekarang?"Vincent langsung membantah, "Dia bukan pacarku."Yuvi menimpali, "Aku pacarnya!"Vincent terdiam.Wesley tertawa sebelum merespons, "Kak Vincent, aku kira kamu bakal jomlo seumur hidup. Soalnya kamu dari dulu nggak pernah tertarik sama wanita. Tapi, sekarang aku mengerti. Bukan kamu yang nggak tertarik, cuma standarmu memang lebih tinggi. Soalnya, Yuvi jauh lebih cantik dari semua wanita yang pernah kejar kamu dulu. Dia menang jauh banget."Vincent meletakkan spatula, lalu menatap Wesley sambil berkata, "Kita ngobrol di luar saja."Vincent dan Wesley keluar rumah. Segera setelah itu, Vincent bertanya, "Oke. Sekarang, langsung ke intinya
Vincent tidak menunjukkan reaksi apa pun, juga tidak mengatakan apa-apa.Yuvi menatap ke arahnya. Dia baru saja selesai mandi. Rambut pendeknya yang rapi masih terlihat basah. Tubuhnya mengenakan kaus hitam dan celana hitam. Itu membuatnya terlihat makin muda dan tampan.Vincent pandai memasak. Kemampuannya itu sudah dilatih sejak kecil. Pria yang bisa masak memang selalu terlihat lebih menarik.Makin lama melihatnya, ketertarikan Yuvi terhadapnya makin tinggi. "Vincent, kenapa kamu nggak bicara sama aku? Kalau kamu masih diam juga, aku gelitik ya."Yuvi mengangkat tangannya dan mulai menggelitikinya.Tangan kecil Yuvi yang lembut menyentuh pinggang Vincent yang kuat dan ramping. Rasanya seperti kesetrum lembut. Vincent langsung menangkap kedua pergelangan tangan Yuvi dengan satu tangan, lalu mendorongnya ke tembok. "Apa yang kamu lakukan? Jangan aneh-aneh."Yuvi coba melawan untuk menarik kembali tangannya. "Kenapa sih kamu galak banget?"Vincent tidak melepaskannya.Yuvi berjinjit, l