Hana merasa seperti dipermalukan di depan umum, bahkan dia dipermalukan oleh Morgan dan Vero.Sekarang, banyak orang yang menatapnya. Ada yang mengolok-olok, ada yang mencibir, ada juga yang merasa kasihan. Pokoknya, ada berbagai macam pandangan.Hana yang dulu berada di puncak dengan status sebagai putri Keluarga Yale, kini jatuh dari puncak.Cahaya statusnya hancur begitu saja!Kenapa ini bisa terjadi?Hana benar-benar sangat marah!Saat itu, seseorang berkata, "Lihat, Pak Hendro datang!"Hendro datang.Hana mendongak dan melihat orang-orang memberi jalan. Tubuh tinggi dan besar dari Hendro yang tampan muncul perlahan di hadapannya.Hari ini, Hendro mengenakan jas hitam buatan tangan yang pas sekali di tubuhnya. Dia terlihat gagah dan terhormat. Langkahnya mantap, dengan aura seorang pemimpin terasa jelas.Hana memandang Hendro dengan penuh rasa kagum. Ini adalah pria yang dia sukai. Dia benar-benar sangat menyukai Hendro.Tamara berbisik, "Hana, tenang saja. Kita masih belum kalah,
Hana menatap Morgan dan Vero. "Ayah, Ibu, aku sangat menyukai Mahkota Raphael ini. Ayo, kalian bantu aku pakaikan sekarang juga."Hana sangat tidak sabar untuk mengenakan Mahkota Raphael.Vero mengambil Mahkota Raphael itu. "Hari ini, kami akan secara pribadi memakaikan putri Keluarga Yale sebuah mahkota putri khusus miliknya!"Hana berujar, "Bu, cepat pakaikan di kepalaku."Hana tak kuasa terus mendesak.Sambil membawa Mahkota Raphael itu, Vero berjalan ke arah Hana dan berdiri di hadapannya.Sepasang mata Hana berbinar-binar. Vero sudah datang.Orang-orang mulai bergumam. "Bu Vero akan memakaikan Mahkota Raphael di kepala Nona Hana!""Ini sudah bisa diprediksi. Nona Hana memang anak kandung dari Pak Morgan dan Bu Vero!""Anak angkat nggak akan bisa dibandingkan dengan anak kandung!"Hana berdiri dengan sikap sangat bangga. Dia menatap ke arah Vero. "Bu, cepat bantu aku pakaikan mahkota ini."Hana menundukkan kepalanya dan menunggu Vero memakaikan mahkota itu.Namun, Vero tidak berger
Senyuman di wajah Tamara langsung menghilang seketika. "Kamu!"Yuvi maju dan berkata, "Bibi Tamara, dengan kemampuan Wenny, dia nggak perlu bergantung pada siapa pun. Keluarga Yale cuma pelengkap saja!"Ekspresi Tamara langsung berubah menjadi muram.Morgan berkata, "Sekarang, Wenny adalah anak Keluarga Yale. Kalau ada yang berani menindas Wenny atau nggak menghormatinya hari ini, aku akan perintahkan untuk mengusirnya segera!"Kata-kata Morgan ini jelas ditujukan kepada Tamara, tanpa ada sedikit pun rasa sungkan.Tamara mengepalkan kedua tangannya yang terkulai di sisi tubuhnya. Dia melihat ke arah Hana di sampingnya.Hana segera maju. "Ayah, Ibu, kalian sudah seharusnya membuat pilihan."Wenny bertanya, "Pilihan apa?"Hana merasa bangga. "Wenny, kamu belum tahu, 'kan? Aku minta orang tuaku untuk memilih antara aku dan kamu. Sampai sekarang, mereka belum membuat pilihan."Ternyata seperti itu.Hana melanjutkan, "Wenny, aku tahu kamu punya budi terhadap orang tuaku. Mereka ingin membal
Tamara berpura-pura menasihati, "Morgan, Wenny cuma orang luar, sementara Hana adalah satu-satunya anak kandung kalian. Kalian harus berpikir dengan matang. Jangan sampai cuma karena seorang orang luar, kalian malah melukai hati Hana. Kalian akan kehilangan anak kandung kalian lho!"Yuvi membentak, "Nona Hana, apa kamu nggak pernah introspeksi atas semua kesalahan yang telah kamu buat? Sebaliknya, kamu malah terus menekan orang lain? Masih ada hal kejam apa lagi yang nggak bisa kamu lakukan?"Hana menyunggingkan senyum dingin. "Nggak peduli apa pun yang sudah kulakukan, aku tetaplah anak Keluarga Yale. Aku cuma kebetulan dengan beruntungnya terlahir di keluarga ini, memangnya kenapa?"Yuvi kehabisan kata-kata. "Kamu ...."Vero menatap Yuvi dan menggeleng ke arahnya. "Yuvi, sudahlah."Yuvi mendengus dingin.Hana bertanya, "Ayah, Ibu, apa kalian sudah memutuskan? Antara aku dan Wenny, kalian pilih siapa?"Pada saat itu, seseorang berbisik, "Lihat, Nona Wenny sudah turun ke bawah."Semua
Morgan dan Vero melangkah maju. Mereka merasa sangat kecewa dengan Hana yang tak mampu memenuhi harapan mereka. "Hana."Hana menatap Morgan dan Vero dengan kesal. "Jangan panggil aku!"Begitu kata-kata itu dilontarkan, suasana langsung menjadi canggung.Yuvi melangkah maju. "Nona Hana, ini adalah hari bahagia. Cobalah untuk menahan amarahmu."Hana mendengus dingin. "Hari bahagia apanya? Apa karena orang tuaku mengakui Wenny sebagai anak angkat? Apa karena sekarang ada orang lain yang harus berbagi kasih sayang orang tuaku denganku?"Tatapan Hana tertuju pada wajah Morgan dan Vero. "Apa kalian benar-benar menganggapku sebagai anak? Kalian mengakui Wenny sebagai anak angkat, lantas gimana dengan aku?"Di sekitar mereka, para presdir mulai berbisik. "Apa yang terjadi? Nona Hana nggak setuju kalau Pak Morgan dan Bu Vero mengakui Wenny sebagai anak angkat?""Sepertinya Nona Hana datang untuk merusak acara ini.""Aku rasa dia memang berniat buruk. Baru datang, dia sudah membuat masalah."Han
Wenny duduk di ruang rias. Seorang MUA sedang meriasnya. Kulit Wenny halus dan bercahaya sehingga mudah untuk dandan apa pun dan juga selalu terlihat cantik.Bu Renata datang bersama Ariana. Ariana dengan ceria berlari ke pelukan Wenny. "Mama .... Hari ini, Mama terlihat sangat cantik .... Tentu saja, setiap hari Mama juga sangat cantik ...."Ariana memuji Wenny dengan kata-kata manis terlebih dahulu.Wenny segera mencium pipi kecil Ariana, "Mama kangen banget sama kamu!"Bu Renata mendekat. "Wenny, selamat ya!"Wenny tersenyum ke arahnya. "Nyonya Renata, belakangan ini aku sangat sibuk. Ariana jadi selalu dijaga olehmu. Makasih banyak.""Ariana adalah cucu kandungku dan keturunan Keluarga Jamil. Sebagai nenek, sangat wajar kalau aku menjaganya. Aku paling senang ketika bersama Ariana." Bu Renata melihat Ariana dengan penuh kasih sayang.Ariana tertawa senang."Wenny, Pak Morgan dan Bu Vero mengakuimu sebagai anak angkat. Nggak disangka, hubungan Keluarga Jamil dan Keluarga Yale nggak