Andreas benar-benar merasa bahwa hati wanita paling kejam. Dia berucap sambil tersenyum, "Sebentar lagi akan ada tontonan seru!"....Yuvi kembali ke rumah. Dia terlebih dahulu berendam di kamar mandi untuk melepaskan rasa lelah dari tubuhnya. Tak lama kemudian, Nadya masuk sambil membawa semangkuk bubur sarang burung walet. "Yuvi, minumlah ini."Yuvi menerima bubur sarang burung walet itu dan menyeruput sedikit. "Enak banget."Nadya menatap penuh kasih pada anak tunggal kesayangannya. "Tentu saja enak, ini khusus Ibu buatkan .... Salah, lebih tepatnya aku rebus untuk cucu pertamaku."Yuvi langsung terharu. Memang benar, dia adalah tipikal anak orang kaya yang lahir di keluarga terpandang. Hubungan orang tuanya harmonis dan dirinya adalah anak tunggal yang selalu disayang. Semua orang berkomentar bahwa Victor adalah orang yang bucin. Namun sebenarnya kalau bukan karena Victor, hidup Yuvi mungkin tidak akan banyak diwarnai rintangan maupun luka.Yuvi menyandarkan kepalanya di bahu Nadya
Wesley tanpa ragu menjawab, "Aku ini sahabat terbaik Victor, tentu saja aku mau bantu. Tapi, gimana aku bisa membantunya?"Jessica merayu perlahan, "Tentu saja kita harus memisahkan Victor dan Nona Yuvi!"Wesley menggeleng. "Aku sangat memahami karakter Victor. Dia sangat mencintai Nona Yuvi. Nggak peduli berapa kali Nona Yuvi menyakitinya, dia selalu memaafkannya. Aku pernah coba memisahkan mereka, tapi nggak berhasil. Kalau terlalu ekstrem, aku takut persahabatan kami malah akan hancur."Jessica mendesak, "Wesley, justru karena begitu, kita malah harus bantu Victor. Kita jelas-jelas tahu Nona Yuvi akan melukai Victor. Sebagai sahabat terbaiknya, masa kamu cuma diam melihat Victor terjerumus selamanya karena wanita itu?"Tangan Wesley mengepal sampai terdengar suara. "Tentu nggak bisa dibiarkan! Aku nggak rela melihat Victor hancur. Jessica, langsung saja katakan kamu mau aku lakukan apa? Pasti kamu sudah punya rencana, 'kan?"Jessica membalas, "Ada satu cara. Wesley, teleponlah dan a
"Kalau begitu, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kalau Victor sampai tahu dia hamil, dengan sifatnya, dia pasti akan segera menikahi Yuvi!"Wajah Andreas menjadi makin muram dan penuh amarah. "Kamu selalu berada di sisi Victor, tapi hal sepenting ini saja nggak tahu. Kalau bukan aku kebetulan tahu soal kehamilan ini, kita sudah benar-benar kalah!"Wajah Jessica memucat. "Pak Andreas, sekarang bukan waktunya menyalahkan aku. Cepat pikirkan cara! Yuvi sudah hamil. Dia mengandung anaknya Victor!"Andreas membalas, "Jangan panik dulu. Sepertinya, Victor belum tahu kalau Yuvi hamil."Victor pasti masih belum tahu apa-apa. Kalau dia sudah tahu, reaksinya pasti tidak akan seperti sekarang.Jessica menimpali, "Kalau begitu, kita masih punya kesempatan. Sebelum Victor tahu, kita harus menyingkirkan anak itu dulu!"Tatapan Andreas beralih pada Jessica.Mata Jessica memancarkan kilatan jahat. "Pak Andreas, apa kamu rela melihat Yuvi melahirkan anak ini?"Andreas mengerutkan alis. "Tentu saja
Victor tertegun sejenak. Dia menatap perut Yuvi yang masih rata. "Di sini kenapa?"Yuvi balik bertanya, "Menurutmu?"Tangan besar Victor masih berada di perutnya. Dia dengan lembut mengusap secara melingkar. Suaranya terdengar ragu dan penuh dugaan. "Jangan-jangan ini karena ...."Yuvi menyunggingkan bibir merahnya. Tampaknya, Victor sudah berhasil menebak bahwa dia hamil.Bagaimana reaksinya nanti?Yuvi menatapnya dengan penuh harapan. "Victor, aku ...."Kalimatnya malah dipotong oleh Victor. "Apa jangan-jangan semalam aku membuatmu kesakitan, jadi kamu ke rumah sakit untuk periksa?"Yuvi terdiam.Harapan di matanya padam seketika. Apa-apaan pemikiran dia ini? Dia jelas bukan datang ke rumah sakit karena sakit, melainkan hamil.Raut wajah dingin Victor terlihat sedikit melunak. Tangannya tetap mengusap perut Yuvi dengan hati-hati. "Kalau aku membuatmu sakit, kamu bisa terus terang padaku. Nggak perlu disembunyikan. Soalnya itu cuma akan membuatku salah paham. Mengerti?"Yuvi memejamka
Victor masih ingin melayangkan pukulan lagi.Hanya saja, Yuvi langsung memeluk tubuhnya erat-erat. "Cukup, Victor! Cukup!"Barulah ketika merasakan tubuh lembut Yuvi memeluknya, gerakan Victor terhenti. Meski begitu, amarah di matanya sama sekali belum surut. Sorotnya masih merah padam. Dia bahkan sempat melayangkan satu tendangan ke arah Andreas yang tergeletak di lantai.Saat itu, Wenny berlari datang. "Apa yang terjadi di sini?"Yuvi buru-buru berkata dengan penuh rasa bersalah, "Wenny, maaf. Aku malah membuatmu repot."Victor sekilas melirik Andreas yang sudah babak belur, lalu langsung menggenggam tangan Yuvi dan menyeretnya pergi.Yuvi masih sempat menoleh. "Wenny, sampai jumpa!"Usai Yuvi berkata demikian, Victor mengulurkan tangan dan merengkuh kepala mungilnya agar tersandar di dadanya. Dia tidak mengizinkannya menoleh lagi.Victor lalu membawanya keluar dari rumah sakit. Dia membuka pintu mobil di sisi penumpang, lalu menekannya masuk. Setelah itu, dia sendiri kembali ke kurs
Emosi Andreas makin memuncak. Dia mengulurkan tangan untuk menekan bahu Yuvi dengan kasar, lalu berteriak marah, "Kenapa? Kenapa kamu harus mengandung anak Victor?"Yuvi menatapnya dengan dingin. "Pak Andreas, aku ulangi sekali lagi. Kita nggak punya hubungan apa pun. Aku mengandung anak siapa pun, itu bukan urusanmu!"Jari Andreas mencengkeram erat bahunya. "Yuvi, kenapa kamu nggak mau kasih aku kesempatan sekali lagi? Waktu itu, aku cuma melakukan kesalahan yang semua pria pasti pernah lakukan. Sekarang, aku sudah memutus semua hubungan dengan Stella dan juga wanita-wanita lain. Kenapa kamu nggak mau memaafkanku? Kamu ini anak orang kaya, sedangkan Victor adalah anak orang miskin, terlepas dari seberapa sukses dia sekarang. Dia nggak selevel dengan kita yang berasal dari keluarga besar. Kita barulah benar-benar satu dunia. Kita seharusnya adalah pasangan yang ditakdirkan bersama."Yuvi rasanya ingin tertawa. Benar saja, dia pun tertawa."Andreas, apa kamu nggak malu bilang itu cuma k