Pesta elite kali ini dipenuhi oleh kalangan terpandang dan orang-orang berkuasa. Tempat seperti ini adalah dunia yang paling disukai oleh Hana, di mana penuh kemewahan dan status. Tentu saja dia ingin ikut bersenang-senang, apalagi kalau bisa datang bersama Hendro.Namun, Hendro langsung menolaknya, "Aku nggak akan membawanya.""Hendro, kamu!"Namun, Hana sudah menduga Hendro akan bersikap seperti itu. Dia sudah menyiapkan rencana cadangan. "Hendro, Keluarga Yale juga mendapat undangan untuk menghadiri pesta elite ini. Ayahku jelas nggak akan datang, jadi aku yang akan mewakili keluarga kami. Hendro, bolehkah aku menumpang mobilmu?"Hendro menjawab singkat, "Nggak boleh."Raut wajah Hana langsung menegang.Hendro tak berkata lagi dan langsung melangkah pergi.Hana yang baru saja ditolak secara terang-terangan jelas merasa kesal, tetapi dia cepat-cepat menyesuaikan ekspresinya. "Bibi, kalau Hendro nggak mau membawaku, aku akan suruh sopir mengantarku saja."Bu Renata mengangguk. "Oke, H
Hana tentu saja tidak akan menyerah pada Hendro. Selama tiga tahun ini, setelah Hendro kembali ke ibu kota dan mengambil alih Grup Jamil, dia telah menjadi tokoh paling berpengaruh di antara kalangan terpandang. Era kejayaan bisnis miliknya pun telah dimulai. Entah sudah berapa banyak sosialita di kota itu yang terus mengincarnya dan ingin menjadikannya sebagai pasangan hidup.Mana mungkin Hana rela menyerahkan Hendro kepada orang lain begitu saja?Hana menatap Bu Renata dan tersenyum tipis. "Bibi, aku benar-benar sangat mencintai Hendro. Aku akan menunggu dia berubah pikiran."Bu Renata menepuk lembut tangan Hana. "Hana, kamu benar-benar anak yang baik."Hana kembali tersenyum.....Hendro yang berada di ruang kerjanya mulai memeriksa dokumen-dokumen. Namun saat itu juga, bayangan wajah mungil Ariana yang cantik dan manis kembali muncul di pikirannya.Tanpa disadari, Hendro kembali memikirkan anak kecil itu.Padahal, dulunya dia sama sekali tidak menyukai anak-anak. Hanya saja sejak m
Hendro menekan tombol untuk menerima telepon. "Halo, Bu.""Hendro, kamu sudah kembali ke ibu kota, 'kan? Pulanglah ke rumah lama, temani Ibu makan malam."Permintaan ini tentu saja tidak akan ditolak oleh Hendro. Dia pun mengangguk. "Oke."Tak lama kemudian, mobil bisnis Rolls-Royce berhenti di halaman rumput rumah lama Keluarga Jamil. Hendro turun dari mobil dan masuk ke ruang tamu.Bu Renata sedang duduk di sofa. Di sebelahnya ada seorang wanita, yaitu Hana.Setelah tiga tahun tidak terlihat, Hana kini makin cantik dan memesona. Dalam tiga tahun terakhir, hidup Hana sebagai putri taipan berjalan mulus dan penuh percaya diri.Bu Renata menyambut dengan gembira, "Hendro, kamu sudah pulang?"Hana juga terlihat sangat senang. Dia langsung berdiri, lalu berlari ke arah Hendro dengan antusias. "Hendro, kamu sudah pulang?"Hendro tidak menyangka Hana juga ada di sini. Dia menekan bibir tipisnya, lalu bertanya dengan nada dingin dan datar, "Kenapa kamu ada di sini?"Bu Renata menjawab, "Hend
Eddy menggendong Ariana. "Ariana, kamu suka sama paman ganteng tadi?"Ariana mengangguk. "Suka. Paman ganteng itu tinggi dan tampan banget. Kita bisa kenalkan dia ke Mama, biar dia jadi suaminya Mama ...."Eddy tersenyum. Ariana memang benar-benar anak manis yang sangat sayang pada ibunya. Begitu melihat pria tampan, yang pertama dia pikirkan adalah ibunya. Dia bahkan ingin mengenalkan Hendro ke Wenny."Ariana, ayo kita pulang.""Oke ...."Eddy pun membawa Ariana pulang ke vila. Malam harinya, Wenny menghubungi lewat panggilan video. Ariana dengan senang hati menjawab panggilan itu, "Mama ...."Saat itu, Wenny sudah tiba di ibu kota dan sedang menginap di kamar presidential suite hotel bintang enam. Begitu melihat wajah mungil anaknya yang cantik seperti boneka porselen, rasa lelahnya langsung lenyap. Dia bertanya sambil tersenyum lembut, "Ariana, kamu kangen Mama nggak?""Kangen. Ariana kangen banget sama Mama ....""Mama juga kangen banget sama Ariana lho.""Mama, hari ini aku lihat
Hendro segera mengangkat tangan untuk mengusap air mata Ariana. "Nak, begini saja. Paman akan belikan kamu yang baru, gimana?"Ariana menggelengkan kepala. "Aku nggak mau. Aku cuma mau yang dikasih sama Mama ...."Ini pertama kalinya Hendro menenangkan anak kecil. Dia terlihat benar-benar gugup dan bingung. "Nak, kalau begitu di mana mamamu? Paman akan bantu cari mamamu sekarang."Ariana menjawab sambil terisak, "Mamaku nggak ada di sini ...."Hendro kehabisan akal. "Nak, sini. Paman gendong kamu untuk cari orang tuamu ya?"Hendro pun menggendong Ariana. Tubuh mungil dan ringan itu berada dalam pelukannya dengan sangat pas dan stabil.Ariana memandang ke arah Hendro. Air matanya yang tadi mengalir perlahan berhenti. Dia merasa paman ini sangat tampan. Dia menggendongnya tinggi sekali, bahkan lebih tinggi dari Eddy."Nak, kalau mamamu nggak ada di sini, di mana papamu? Kamu nggak mungkin keluar sendirian, 'kan?"Ariana menjawab, "Paman Ganteng, aku nggak keluar sendirian."Saat itu, ter
Hendro tiba di Negara Fordan. Setelah tiga tahun tidak terlihat, fitur wajahnya yang tampan kini terlihat makin tegas seolah digambar dengan detail. Jas yang dipotong rapi membingkai sempurna pinggangnya yang kekar. Dia melangkah mantap di dalam aula bandara. Auranya yang seperti eksekutif kelas atas yang kuat dan berwibawa, membuat orang-orang yang lewat tak henti-hentinya menoleh ke arahnya.Sutinah berjalan di belakang Hendro sambil melaporkan dengan suara pelan, "Pak Hendro, sudah kami periksa, nggak ada kabar tentang Nona Wenny di sini. Nona Wenny nggak berada di Negara Fordan."Hendro melangkah ke depan jendela besar yang menjulang tinggi. "Selama tiga tahun ini, aku sudah mengunjungi banyak kota dan pergi ke banyak tempat, semua itu kulakukan demi mencari Wenny. Tapi, seolah-olah dia lenyap dari dunia ini. Nggak peduli gimana aku mencarinya, aku tetap nggak bisa menemukannya."Tiga tahun lalu, Wenny pergi dengan mobil mewah milik Eddy. Sejak saat itu, dia tidak pernah kembali.S