“Kamu benar-benar menghabiskannya,” ucap Orlando ketika keluar dari kamar mandi. Dia melihat ke arah piring di atas meja kecil, dan potongan roti croissant di sana sudah lenyap.
“Bukankah aku memintamu mandi dalam lima menit?” tanya Kaliya. “Aku tidak pernah bercanda dengan perkataanku, Orlando.”
“Oh, ya. Terserah. Aku bisa memesan makanan lain di jalanan.”
“Bagus. Karena kamu akan memakan kotoran di dalam tong sampah,” seloroh Kaliya sembari melemparkan pakaian baru ke arah Orlando. Dengan sigap, lelaki itu pun menangkapnya.
“Perkataanmu pedas sekali, Kaliya,” cibir Orlando, kemudian membentangkan pakaian tersebut. Detik berikutnya, mata lelaki itu langsung berbinar. “Wow! Ini adalah baju dengan brand mahal! Dari mana kamu bisa mendapatkannya?”
Lelaki itu segera mengecek tag harga dan matanya langsung melebar.
“Lima puluh juta? Untuk ukuran sebuah atas
PLAK!Sekali lagi Kaliya memukul kepala Orlando. Memang benar jika iblis sepertinya diberi tugas untuk menggoda manusia. Tapi tetap saja Kaliya benci mendengar fakta bahwa kaum mereka lah yang membuat manusia melakukan dosa.“Jaga bicaramu, Orlando! Atau aku akan melemparkan bola api dan membakar tubuhmu!”Orlando sedikit bergidik, tapi dia segera menyadari bahwa Kaliya tidak akan bisa melakukan itu padanya.“Oh ya? Coba saja kalau berani!” tantang Orlando.Kaliya mendelik kesal. Akhirnya dia pun memilih pergi dari hadapan Orlando.“Hei, Kaliya! Kamu mau pergi ke mana?” tanya Orlando begitu melihat Kaliya keluar dari kamar motel mereka.“Bukan urusanmu!” seru Kaliya dari luar.“Jangan tinggalkan aku sendirian di sini!” balas Orlando lagi. Lelaki itu pun segera mengganti pakaiannya dengan baju baru yang diberikan oleh Kaliya.***Saat ini, Orlando sedang m
Matahari sudah terbenam ketika akhirnya Kaliya dan Orlando memutuskan untuk pergi dari motel tersebut. Semua barang-barang sudah dikemas rapi dalam tas berukuran sedang, dan Orlando lah yang bertugas membawanya.Mobil yang mereka gunakan masih sama dengan yang sebelumnya. Beruntung, belum ada pihak berwenang yang dapat menemukan keberadaan mereka. Tapi demi menghindari hal itu, akhirnya mereka sepakat untuk tidak menggunakan kendaraan itu lagi. Mereka bisa jalan kaki, atau menggunakan kendaraan umum untuk berpindah tempat.Lagi pula, Kaliya beralasan seperti itu agar dia bisa tahu lebih banyak tentang kehidupan manusia. Dia adalah orang yang mencintai hal-hal detail.“Pertama, aku ingin kita mendapatkan mobil baru,” ujar Kaliya.Perempuan iblis itu berjalan di depan, sementara Orlando di belakangnya. Mereka menyusuri sebuah gang yang lumayan gelap. Jauh di depan sana terlihat kerlap-kerlip lampu jalanan yang sepertinya berasal dari lampu beber
“Si-siapa itu, Kaliya? Kenapa matanya merah sekali?!” ucap Orlando terbata.Untungnya hal itu kembali membuat Kaliya sadar. Dia menggelengkan kepala beberapa kali lalu melirik ke arah lain.“Orlando, cepat tutup matamu dan segera pasang barrier! Itu adalah mata iblis!”“Apa? Baiklah!” Orlando menutup mata seperti yang diperintahkan Kaliya.Meskipun aura di sekitarnya terasa aneh dan terlalu menekan, tapi lelaki itu berusaha untuk fokus. Di dalam pikirannya, dia terus mengulang skenario ketika Kaliya berada dalam bahaya. Tak lama kemudian, cahaya kebiruan menyebar dari tubuh Orlando. Sebuah barrier muncul dan menutupi tubuh lelaki itu.Tubuh Kaliya sendiri ikut terlindungi. Perempuan iblis itu menyeringai, lalu kembali melancarkan serangan. Kali ini dia tidak memberi jeda pada setiap lemparan bola apinya. Beberapa ledakan kembali terjadi, dan erangan menyeramkan terdengar.Terakhir, Kaliya mengeluarkan tomb
Iblis itu bisa merasakan seolah pecahan permata Katastrof berdenting memanggilnya. Ingin sekali dia melihat, memeluk, menghisap, dan menjadikan permata itu menjadi miliknya.Tapi sayang, sebuah sambaran petir yang berasal dari Kaliya tiba-tiba saja menghantam dada iblis itu. Seketika tubuhnya pun terdorong jauh dan membentur dinding bangunan dengan keras.Iblis itu mengerang. “Kenapa kamu lakukan ini padaku?!”Kaliya tertawa meremehkan. “Itu karena kamu tidak pantas untuk memiliki permata ini! Sekarang, pergilah ke neraka!”“Tunggu dulu!” seru iblis itu. Dengan suara serak yang mengerikan sekaligus penuh kesedihan, iblis itu kembali berkata, “Tolong ampuni aku! Maaf karena telah lancang mengikutimu! Aku hanya ingin memiliki batu permata itu juga! Lagi pula... desas-desus tentang batu itu sudah menyebar. Konon jika memiliki pecahan utuh maka kamu akan kuat dan tidak tertandingi. Aku hanya ingin memanfaatkan batu it
Kaliya merasakan sesuatu yang amat sangat panas di sekitar dadanya. Entah kenapa perasaan itu membuat emosinya semakin naik. Tapi... ini adalah sebuah sensasi baru. Meski dia merasakan sesuatu di dalam dadanya bergejolak, entah kenapa itu terasa menyenangkan.Ditatapnya wajah Orlando dengan penuh minat. Kilat di mata iblis wanita itu belum hilang juga. Aroma dari darah yang mengalir di tubuh Orlando seolah memanggil Kaliya untuk segera melahapnya.“Kaliya? Ka-kamu tidak apa-apa, kan? Berhenti menatapku seperti itu!” seru Orlando memberanikan diri.Kaliya malah menyeringai. Sedetik kemudian dia menerjang Orlando hingga tubuh lelaki itu jatuh ke tanah. Orlando memekik ketakutan. Dia berusaha menyingkirkan tubuh Kaliya dari dirinya. Namun, perempuan iblis itu terus berusaha untuk mencabik dan menggigit Orlando.Teriakan Orlando bergema di malam itu. Dia memejamkan mata dengan erat.“Kaliya, sadarlah! Jangan lakukan ini padaku! Aku in
Tiba-tiba tubuh Orlando sedikit bergidik ketika mendengar penuturan dingin dari Kaliya.“Entah kenapa itu terdengar sedikit mengerikan,” gumam Orlando.“Kamu tidak perlu takut, Orlando. Lagi pula kita sudah terikat sebuah perjanjian, bukan? Mungkin suatu hari aku akan menyerangmu kembali, tapi itu bukan berarti aku bisa merenggut nyawamu.”“Hei, tunggu sebentar. Mari kita luruskan dulu sesuatu, oke?” Orlando tiba-tiba cemas lagi. “Untuk apa gunanya aku ikut denganmu mengumpulkan pecahan batu permata itu sementara nyawaku sendiri tetap ada dalam bahaya? Itu sangat tidak adil, Kaliya!” serunya sambil cemberut.Ya, Orlando saat ini merajuk bagaikan anak kecil. Bagaimanapun, jika dilihat dari berbagai sisi, dia merasakan itu tidak adil. Selama ini dia selalu mengikuti dan menuruti apa yang dikatakan oleh Kaliya. Orlando bahkan selalu menggunakan barrier ajaib yang entah kenapa bisa dia keluarkan dari tubuhnya ha
Orlando mendorong pelan tubuh Kaliya agar menjauh dari pintu, kemudian dia mengambil kawat serta jepitan rambut dari tangan perempuan iblis itu.Bermodalkan perasaan, Orlando mulai memasukkan benda tersebut ke dalam lubang kunci dengan hati-hati. Setelah beberapa menit... KLIK! Kunci pun terbuka.Kedua makhluk itu saling melempar pandang karena takjub. Hampir saja mereka berteriak saking senangnya karena telah berhasil membuka pintu rumah orang.Tanpa membuat suara lain, Orlando mulai membuka pintu. Mereka berdua pun masuk ke sana dengan cara mengendap-endap. Suasana rumah itu tampak gelap dan hening. Yang terdengar hanyalah suara gelembung udara dari dalam akuarium.Berbagai perabotan mewah juga memenuhi rumah itu. Lampu-lampu gantung yang indah, beberapa furnitur dari merek ternama, serta berbagai alat elektronik keluaran terbaru.“Apa yang harus kita ambil?” tanya Orlando sambil berbisik. “Melihat semua barang mewah ini aku jad
Bau anyir dari darah yang mengalir membuat hidung Kaliya mengernyit. Tetes demi tetes cairan kemerahan itu nampak masih baru. Karena Kaliya juga bisa mencium aroma segar dari sana.Genangan darah yang mencapai lantai seolah terbuang sia-sia. Dan itu semua berasal dari luka di kepala dan leher manusia yang terkapar tak berdaya di atas ranjang. Posisi kepalanya condong ke tepi sehingga hampir berdekatan dengan lantai. Mata manusia itu tampak penuh dengan ketakutan. Lehernya tergorok, bekas luka besar bisa Kaliya lihat di sana. Selain itu, di sisi kepalanya juga tampak luka akibat pukulan benda keras.“Kenapa kita selalu bertemu dengan hal mengerikan?” rengek Orlando ketakutan. “Sudah cukup hidupku diburu oleh iblis, kemudian bertemu dengan hantu! Dan sekarang apa aku juga harus bertemu dengan mayat? Yang benar saja!”“Diamlah!” desis Kaliya sembari memukul kepala Orlando.Tidak seperti lelaki itu yang ketakutan, dengan be