Beranda / Romansa / Cinta di Balik Palu Hukum / Bab 43 – Fase Dua: Perburuan

Share

Bab 43 – Fase Dua: Perburuan

Penulis: Sania Larisa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 19:21:11

“Mereka benar-benar mengejar kita…” bisiknya, hampir tak terdengar karena deru mesin.

Dari pengeras suara helikopter, terdengar lagi suara dingin, monoton, tanpa emosi:

“Target terkunci. Unit lapangan, bergerak.”

Tali baja menjuntai dari perut helikopter. Sosok-sosok berpakaian hitam pekat dengan helm visor merah turun dengan kecepatan terlatih. Gerakan mereka sinkron, seolah satu tubuh dengan pikiran yang sama. Senjata energi tergenggam erat di tangan mereka, kilatan merah di ujung larasnya menyalak menembus hujan.

Raka menarik Aruna untuk mundur. “Mereka bukan pasukan biasa… lihat gerakannya. Itu unit elite, Aruna.”

Aruna menelan ludah. “Elite? Dari Orion?”

Belum sempat Raka menjawab, dua sosok sudah mendarat di depan mereka. Gerakannya cepat, hampir tanpa suara. Tanpa peringatan, mereka mengangkat senjata dan menembak.

ZRAAK! Dua peluru energi merah menghantam aspal, memercikkan api meski basah oleh hujan. Panasnya terasa sampai ke kulit, membuat Aruna terlonjak.

Raka menghunus ped
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 44 – Kebangkitan Alpha

    Hujan deras masih mengguyur , meredam suara ledakan dan tembakan yang bersahutan di jalan sempit itu. Namun di antara kekacauan itu, sebuah getaran berbeda merambat di udara—bukan hanya suara, tapi seperti denyut yang langsung menekan dada, menembus ke tulang.Aruna menggenggam lengannya sendiri, bulu kuduknya berdiri. “Raka… kau merasakan itu?”Raka menahan napas. Cahaya samar berwarna ungu keperakan mulai muncul dari celah-celah retakan jalan, seperti kilatan listrik yang merembes dari dalam bumi. “Itu… energi Orion. Dan hanya ada satu orang yang bisa memancarkannya…”Revan berjalan pelan di tengah hujan, tanpa pelindung, tanpa senjata. Tubuhnya basah kuyup, rambut menempel ke wajah, tapi matanya…Mata itu menyala seperti dua bintang mini, ungu keperakan, berdenyut seirama dengan badai energi di sekitarnya.Sabuk pengendali yang dulu melilit tubuhnya sudah hancur, dan kini tak ada lagi penghalang yang bisa menahan kekuatan Orion di dalam dirinya.Raisa, yang berada tak jauh dari san

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 43 – Fase Dua: Perburuan

    “Mereka benar-benar mengejar kita…” bisiknya, hampir tak terdengar karena deru mesin.Dari pengeras suara helikopter, terdengar lagi suara dingin, monoton, tanpa emosi:“Target terkunci. Unit lapangan, bergerak.”Tali baja menjuntai dari perut helikopter. Sosok-sosok berpakaian hitam pekat dengan helm visor merah turun dengan kecepatan terlatih. Gerakan mereka sinkron, seolah satu tubuh dengan pikiran yang sama. Senjata energi tergenggam erat di tangan mereka, kilatan merah di ujung larasnya menyalak menembus hujan.Raka menarik Aruna untuk mundur. “Mereka bukan pasukan biasa… lihat gerakannya. Itu unit elite, Aruna.”Aruna menelan ludah. “Elite? Dari Orion?”Belum sempat Raka menjawab, dua sosok sudah mendarat di depan mereka. Gerakannya cepat, hampir tanpa suara. Tanpa peringatan, mereka mengangkat senjata dan menembak.ZRAAK! Dua peluru energi merah menghantam aspal, memercikkan api meski basah oleh hujan. Panasnya terasa sampai ke kulit, membuat Aruna terlonjak.Raka menghunus ped

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 42 – Bayangan di Balik Tirai

    Hujan masih mengguyur kota tanpa ampun, deras dan dingin, seakan langit ingin menenggelamkan setiap jejak tragedi yang baru saja terjadi. Rintik-rintiknya memantul di aspal yang retak, bercampur dengan sisa darah dan serpihan kaca. Aroma mesiu masih pekat, menusuk hidung, berpadu dengan bau logam dari darah yang mengalir di selokan.Raka berdiri terhuyung, tubuhnya basah kuyup, napasnya berat. Lengan kirinya robek, darah merembes bercampur air hujan. Namun matanya tetap menyala—tajam, penuh amarah dan kewaspadaan. Dalam detik-detik hening yang penuh tekanan itu, ia hanya bisa mendengar denyut jantungnya sendiri, berdentum keras seakan ingin menembus dada.Di sampingnya, Aruna masih memegang belati yang kini licin oleh air hujan. Tangannya gemetar, bukan hanya karena dingin, tapi karena adrenalin yang belum mereda. Matanya terus menatap ke arah lorong gelap tempat Surya menghilang. Bayangan musuh itu begitu kuat dalam pikirannya—mata penuh murka, senyum tipis yang menghina, dan langkah

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 41 – Empat Kekuatan Bertabrakan

    “Tidak mungkin…” gumamnya, suaranya serak, nyaris tercekik. “Itu lambang Dewan Orion… mereka sendiri yang turun tangan.”Raisa merasakan jantungnya berdetak begitu keras, seolah berusaha melompat keluar dari dadanya. Ia menggenggam pistol yang hampir tak berguna di tangannya. Ketika Dewan sudah ikut campur, tak ada lagi ruang negosiasi. Dewan Orion bukan hanya organisasi; mereka adalah hukum tertinggi, bayangan yang mengatur nasib bangsa, bahkan dunia. Jika Revan jatuh ke tangan mereka, maka seluruh kebebasan yang ia perjuangkan akan sirna.Suara pengeras dari helikopter bergema, dingin dan otoritatif:> “Semua unit berhenti bertarung. Subjek Alpha berada di bawah yurisdiksi penuh Dewan Orion. Serahkan dia sekarang juga.”Namun perintah itu hanya jadi gema kosong. Tidak ada yang berhenti.Pria bermantel hitam justru tersenyum miring. Ia mengangkat tongkat berintikan kristal biru, energi liar menyambar-nyambar dari ujungnya, seperti petir yang mencari korban.Guardian Unit, yang seteng

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 40 – Pertarungan Tiga Arah

    Cahaya ungu keperakan yang meledak dari tubuh Revan membuat seluruh ruangan seolah-olah terhanyut ke dalam badai kosmik. Asap, logam yang mencair, hingga pecahan kaca beterbangan, seakan gravitasi baru terbentuk di sekelilingnya. Setiap langkah kecil yang ia ambil, lantai bergetar dan dinding berderit, tak mampu menahan tekanan Orion yang melonjak.“Dia… dia benar-benar sudah bangkit,” gumam Raisa dengan suara bergetar. Rambutnya berkibar ke belakang, tubuhnya hampir terlempar hanya oleh riak energi yang keluar dari Revan. Tapi matanya tak lepas sedikit pun darinya. Itu masih dia. Itu masih Revan-ku.Aruna menahan tubuh Raisa agar tidak terseret badai energi. “Hati-hati! Kau bisa hancur bahkan sebelum sempat mendekat.”Di sisi lain, pria bermantel hitam menancapkan tongkatnya ke lantai, menciptakan lingkaran pelindung biru. “Hmph… ini baru permulaan. Orion sejati akhirnya menunjukkan taringnya.”Sementara itu, unit misterius dari helikopter tidak gentar. Guardian Unit berlapis armor h

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 39 – Bayangan di Balik Baling-Baling

    Deru baling-baling helikopter semakin keras, mengguncang udara di sekitar fasilitas Alpha. Asap tebal bercampur dengan cahaya lampu sorot yang menusuk mata, menambah suasana mencekam. Pasukan Orion Division yang masih tersisa berlarian panik, sebagian menembakkan senjata ke arah langit, meski jelas-jelas percuma.“Siapa mereka?” Aruna menggertakkan giginya, tubuhnya menegang. “Mereka bukan dari Orion Division. Bukan juga pasukan Surya. Aku belum pernah melihat lambang atau model helikopter seperti itu.”Raisa menatap ke atas dengan mata membelalak. Helikopter itu hitam pekat, tanpa tanda pengenal, seolah dirancang untuk menjadi bayangan di langit. Hanya ada satu logo samar di sisi tubuhnya: lingkaran dengan garis diagonal bercahaya merah—simbol yang asing, tapi entah kenapa membuat jantung Raisa berdegup kencang.Di dalam ruang karantina, Revan meronta semakin hebat. Sabuk pengendali energi di tubuhnya nyaris meleleh, tak mampu menahan badai Orion yang meledak dari dalam dirinya. Tubu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status