Share

Menikah Resmi?

Penulis: Otty A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-15 21:00:22

"Kenapa kalian semua melihat ke arahku?" Frans merasa tak suka dengan lirikan tajam yang mengarah padanya. Seolah olah ia telah melakukan dosa paling keji di dunia.

"Tidak apa apa Frans." Alland menyahut.

Emma memilih untuk diam dan melanjutkan makan. Sementara Steven membuang muka. 

Viola membersihkan pakaiannya menggunakan kain putih di meja. "Aku tidak apa apa. Hanya bajuku yang sedikit kotor. Maaf atas kesalahanku ini." 

"Tidak apa apa Viola." Alland tersenyum.

Mereka melanjutkan acara sarapan bersama sambil mengobrol ringan. Ketika membahas mengenai perkebunan vanili, Viola sangat tertarik. Ia mendengarkan dengan cermat setiap kalimat yang dikatakan oleh Frans dan Alland.

"Ayo kita pulang. Aku bosan mendengar obrolan mereka." Steven berbisik sambil menyenggol lengan istrinya.

Viola dengan patuh mengikuti ucapan Steven. Mereka berpamitan pulang. Hubungan Steven dan Viola semakin hari menjadi semakin dekat.

Meski hanya menikah kontrak, Viola tetap melakukan tugasnya seperti istri pada umumnya.

Ia menyiapkan makanan untuk Steven dan juga membersihkan rumah. Perilaku Viola membuat Steven semakin tertarik.

Pagi itu, Steven sedang mandi. Namun karena ia terburu buru, secara tak sengaja ia terpeleset di dalam kamar mandi.

"BRak!" Tubuhnya membentur dinding kaca. Tangannya menyenggol gelas sikat gigi. Membuat gelas kecil itu jatuh ke lantai, serpihannya berhamburan.

Steven bangkit berdiri perlahan, namun salah satu kakinya tiba tiba saja kesemutan. Ia memaksa berjalan keluar dari kamar mandi dengan kaki yang kesemutan.

Akibatnya otot dalam kakinya sedikit bergeser. Dan akhirnya membengkak karena terus mendapatkan tekanan. 

"Aduh. Kenapa dengan kakiku?" Steven mengerang sambil memegangi kakinya.

"Tok! Tok!" Saat ini Viola mengetuk kamar Steven. Mereka berdua berencana untuk pergi ke supermarket.

"Steven, apa kau sudah selesai mandi?" tanya Viola sambil mengetuk pintu.

"Viola, masuk saja. Tolong bantu aku." 

Viola membuka kamar secara perlahan. Ia melihat Steven yang duduk di tepi ranjang. Ia terlihat kesakitan.

"Ada apa?" tanya Viola dengan mata membola.

"Kakiku sakit sekali." 

"Kakimu terkilir." Viola melihat kaki Steven yang bengkak berwarna merah kebiruan.

"Ya sepertinya memang begitu."

Viola mengambil obat gosok untuk mengobati kaki Steven.

"Sekarang rasanya sudah jauh lebih baik," ucap Steven.

"Tapi kau tetap harus berada di tempat tidur. Kurangi berjalan ke sana kemari." 

"Bagaimana jika aku ingin mandi?" Steven protes.

"Kau lebih baik tidak mandi di kamar mandi lebih dulu. Jika kau butuh sesuatu, aku akan membantumu. Bagaimana kakimu bisa terkilir?" tanya Viola sambil membantu Steven mengenakan perban khusus di kakinya.

"Aku terjatuh di kamar mandi. Aku kurang hati hati." 

Viola langsung membereskan kekacauan yang ada di kamar mandi. Melihat sikap Viola yang sangat hangat dan penuh perhatian, membuat jantung Steven berdebar debar ketika bersama dengannya.

Viola juga membantu Steven berganti pakaian. Wajah mereka pernah hampir menempel, membuat keduanya malu.

"Viola, tidurlah di sini malam ini." Permintaan Steven kali ini, membuat Viola agak tercengang. Tak biasanya Steven minta ditemani saat tidur.

"Ba baiklah, aku akan tidur di sofa," ucap Viola.

"Tidak, kau tidur di sampingku. Tempat tidur ini ukurannya cukup luas. Kita bisa berbagi tempat tidur." 

Viola naik ke atas tempat tidur. Ia mulai memejamkan mata.

"Viola, kau sangat baik sekali." 

"Sudah menjadi tugasku. Karena kita terikat pernikahan kontrak," sahut Viola dengan mata terpejam.

"Aku ingin kita menikah secara resmi." 

Ucapan Steven sukses membuat Viola membuka matanya lebar lebar lalu menoleh ke arah lelaki di sebelahnya.

"Apa yang kau bilang barusan?" Viola mengulangi pertanyaannya.

"Bagaimana jika kita menikah secara resmi? Aku ingin menjadi suamimu. Apakah kau bersedia menjadi istriku?" 

Viola membeku untuk beberapa saat. Bingung, tak tahu harus menjawab apa.

"Aku tak ingin berpisah darimu. Aku ingin kita bersama selamanya."

"Steven, apa kau yakin dengan ucapanmu?" Viola tak percaya, ia mendapat lamaran pernikahan.

"Tentu saja aku yakin." 

"Kau bahkan tak tahu dimana rumahku. Kau juga tak tahu latar belakangku." 

"Semuanya itu bukanlah hal penting bagiku, Viola." Steven membelai lembut rambut Viola. Membuat kedua mata sejoli ini saling bertemu.

"Tapi Steven," ucap Viola dengan lembut.

Steven langsung menautkan bibirnya. Kedua bibir menempel memberikan sentuhan penuh g4irah dan kehangatan.

"Jangan katakan apapun lagi. Terima aku." Steven memaksa.

Viola yang sudah terbawa suasana pun mengangguk setuju.

"Drrt!" Ponsel Viola membuat percakapan intim penuh hasrat harus berhenti begitu saja.

"Ya halo!" Viola mengangkat telepon.

"Viola, ini Ibu! Ibu butuh uang! Ibu mau, kau mengirimkan uang, besok pagi." 

"Tapi Bu." Viola hendak menolak.

"Viola jangan jadi anak durhaka! Kau harusnya membalas budi padaku. Membesarkanmu itu tidak mudah." Sang ibu malah mengomel. Membuat wajah Viola berubah tegang.

Pada saat ini, Steven sedang bersin. Suaranya terdengar sampai ke sebrang telepon.

"Suara siapa itu? Kau sedang bersama pelanggan kan? Kau pasti banyak uang sekarang. Kau jangan mulai macam macam!" Sang ibu bicara dengan gaya mengancam.

Mata Viola mulai berkaca kaca. Ia mematikan ponselnya dan keluar dari kamar begitu saja.

"Viola! Kau mau kemana?!" Steven merasa khawatir.

"Viola apa yang terjadi padamu? Siapa yang menelepon barusan? Aku kira kau bicara dengan ibumu barusan?" Steven bertanya dengan nada tinggi. 

Namun Viola tak menyahut, hanya ada suara isak tangis dari kejauhan. 

"Ada apa dengan Viola? Kenapa dia menangis?" Steven bermonolog dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta di Rumah Bordil   Disiksa

    "PLak!" Satu tamp4ran yang cukup keras membuat telinga Viola berdenging. Ia mengaduh kesakit4n. Tapi kini, matanya tak lagi berkaca kaca. Mentalnya sudah diremukkan berkali kali, ia tak lagi sedih mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya."Ucapakan kata maaf, lalu aku akan mengampunimu." Steven menatap tajam."Aku tidak mau! Aku tidak merasa bersalah! Selama pernikahan kita, aku menjaga kesetiaan! Aku tidak pernah tidur dengan orang lain, seperti yang telah kau lakukan!" Viola menjawab dengan lantang. Gerakan tubuhnya mengi$yaratkan penolakan akan penind4san."PLak!" Kali ini Steven men4mpar wajahnya lebih keras. Hingga Viola jatuh tersungkur ke lantai. Kedua tangannya ditarik ke belakang, kepalanya diinj4k oleh suaminya sendiri."Cepat minta maaf! Atau aku akan meremukk4n tulang tengk0rakmu!" Steven tampaknya sudah gelap mata. Karena Viola tak lagi merengek dan mengemis perhatiannya.Setetes air mata keluar dari sudut mata wanita itu. Steven yang melihatnya merasa puas. Ia melepaska

  • Cinta di Rumah Bordil   Ceraikan Aku

    Frans datang ke Rumah Bagnio bersama dengan orang penting yang dikenal sebagai seorang Gubernur, pemimpin tertinggi di bagian provinsi. "Sekarang tidak ada yang bisa menghentikan aku. Dimana Viola? Kembalikan dia padaku!" Frans bicara pada wanita penghib*r yang ada di sana."Mawar baru saja dibawa ke kantor polisi. Dan Viola serta anaknya sudah dibawa pulang oleh Steven." Salah satu wanita pengh*bur memberitahu Frans."Jadi Viola kembali ke rumah Steven?!" Mata Frans terbuka lebar."Iya, suaminya memaksa untuk membawanya pulang.""Bagaimana Frans? Apa kita masih perlu menutup rumah b0rdil ini?" Sang Gubernur akan menggunakan jabatannya untuk menutup tempat hiburan itu.Sang Gubernur merupakan sahabat dekat Frans. Keduanya saling mengenal sejak duduk di bangku SMP. Pertemanan yang mereka jalin didasari oleh rasa hormat dan pengertian.Para wanita penghib*r yang mendengar ucapan Gubernur, segera mengatupkan kedua tangan mereka. Mereka tidak mau tempat yang menjadi satu satunya tumpuan u

  • Cinta di Rumah Bordil   Istri atau Pelac*r?

    Mawar dan orang orang yang berada di sana terkejut mendengar ucapan Steven. Tak ada orang yang melerai pertengkaran tersebut. Mereka semua hanya menonton. Membiarkan Adrian dipuk*li berkali kali hingga wajahnya babak belur."Kau yang membuang istrimu demi tembikar dari desa! Dan aku hanya mengambil apa yang sudah kau buang!" sahut Adrian dengan suara terbata bata."Siapa yang membuangnya? Aku tidak membuang Viola!!" Steven berteriak penuh amarah. Ia berusaha untuk menc3kik adiknya sendiri. Kali ini, semua orang yang berada di sana melerai pertengkaran mereka."Dimana Viola? Akan aku bongkar tempat ini, jika aku tidak menemukan Viola." Steven berteriak sambil melotot memandangi satu per satu wajah yang ada di depannya."Kau tidak berhak memiliki Viola lagi! Dia sudah bebas sekarang! Dia bisa memilih dengan siapa dia akan menikah!" Adrian melud4hi wajah Kakaknya. Ia menarik tubuhnya ke samping lalu bangkit berdiri. "Dia bisa tidur dengan s

  • Cinta di Rumah Bordil   Tidur Dengan Istri Kakakku

    "BRak! BRak!" Frans mengetuk pintu dengan kencang hingga suaranya terdengar seperti orang yang sedang memukul mukul pintu dari luar."Siapa yang mengetuk pintu? Mengganggu sekali!" Adrian enggan membuka pintu. Ia terus memainkan wanita yang ada di depannya."BRak! BRak!" Sementara Frans terus saja memukul pintu dengan keras. Hal ini menarik perhatian Mawar."Om Frans? Apa yang anda lakukan di sini? Apa anda lupa jika kamar ini adalah kamar VVIP khusus untuk pelanggan yang telah membayar mahal. Mawar menegur sikap Frans. Ia tak ingin Frans mengganggu Adrian yang sedang bercumbu dengan Viola."Aku ingin Viola keluar! Dia tidak boleh melayani siapapun!" Frans menjawab dengan tegas."Viola tidak bisa pergi kemana mana! Dia harus tetap berada di sini! Dia adalah bintang di rumah b0rdil ini!" Mawar menjawab dengan mata melotot, mengisyaratkan bahwa ia tak mau berkompromi dengan Frans."Berapa uang yang dibayarkan pria itu padamu?" tany

  • Cinta di Rumah Bordil   Bercumbu Dengan Adik Ipar

    "Selamat malam untuk kalian semua! Malam ini kita kedatangan wanita paling cantik di Rumah Bagnio." Mawar mulai memperkenalkan Viola di depan umum."Berapa harganya?" Salah satu tamu langsung bertanya pada Mawar. Raut wajahnya terlihat tidak sabar."Sabar Om. Sebentar lagi kita akan mulai acaranya." Mawar tersenyum genit. Wajahnya sumringah membayangkan banyaknya uang yang bisa ia dapatkan dalam semalam."Ayo buka harganya!" teriak pria yang lain lagi. "Aku tidak bisa! Aku tidak bisa melakukan ini." Viola menggeleng sambil bicara pelan. Wajahnya memelas, ia berusaha merayu Mawar agar tidak menju4lnya pada lelaki hidung b3lang."Jika kau mundur, maka aku akan membawa anakmu pergi dari sini. Dan selamanya, kau tak akan pernah bertemu dengan anakmu lagi." Mawar menunjuk ke arah sisi kirinya. Viola melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mawar. Ternyata ada seorang wanita yang saat ini sedang menggendong putranya."Alvaro!" uca

  • Cinta di Rumah Bordil   Menjadi P3lacur

    Meski awalnya sempat ragu, tapi akhirnya ia tetap datang ke Rumah Bagnio untuk mencari Mami Dona. Saat ia baru sampai di sana, 2 orang wanita berbisik bisik sambil melihat ke arahnya. Setelah itu, salah satu dari mereka pergi masuk ke dalam Rumah Bagnio.Tak berselang lama, Mawar datang menemuinya. "Kau pasti datang ke sini untuk mencari Dona, iya kan?" "Dimana dia?" Viola mengangguk."Viola, aku penasaran apa hubunganmu dengan Dona?" Mawar berjalan mendekat."Kami berteman baik." Viola melihat gerak gerik Mawar yang terlihat berbeda."Hmm! Itu bagus! Kalau begitu, apakah Dona juga sudah memberitahumu perihal tunggakan uang pajak rumah b0rdil ini?" Mawar mengerutkan kening."Tidak! Untuk yang satu itu aku tidak tahu." Viola menggeleng."Kau tidak tahu?" Mawar bertanya sekali lagi. Dan Viola segera menggelengkan kepala."Aneh sekali!" seru Mawar."Dimana Dona? Aku ingin bertemu dengannya." Viola menatap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status