Terima kasih untuk akak semua yang mengikuti kisah aditama dan ara. Dukungan positif akak semua adalah energi dan semangatku untuk giat menulis. Sayang manyak-manyak. Terima kasih juga yang sudah sudi berbagi GEM untuk couple ini. Semoga rezekinya dimudahkan dan selalu ya ... Yuk, jadi saksi perjalanan cinta mereka ...
"Mama benar-benar nggak habis pikir sama Aditama," gerutu Rindu, masih terhubung lewat video call dengan suaminya.Beliau menyuarakan kekecewaannya saat mengetahui Aditama dan Kinara tidak terburu-buru memiliki momongan. Jelas sekali tersirat mereka menunda memiliki momongan."Biarkan saja, Ma. Mereka masih muda. Kamu lupa, ya, gimana awal pernikahan mereka? Seberapa sakitnya Kinara waktu itu? Sekarang biarkan mereka belajar mencintai, menikmati waktu bersama," balas sang suami dengan nada tenang."Menikmati kebersamaan gimana, sih? Sebentar lagi juga mereka LDR.""Kita juga pernah LDR. Sekarang anaknya sudah enam malah," goda Tama pada sang istri."Ih, ngomong sama Papa tuh paling susah!" Rindu menghela napas kesal.Sementara itu, di kediaman Aditama suasana tampak berbeda. Sunyi dan senyap. Bukan karena udara dingin yang menyusup dari sela-sela jendela, melainkan karena suasana hati Kinara yang mendadak murung. Ia duduk termenung bersandar di sandaran kasur, memeluk bantal sambil me
Dua hari menjelang masa Long Distance Marriage, Aditama dan Kinara seolah kembali menjadi pasangan muda-mudi yang baru saja merasakan manisnya jatuh cinta. Mereka menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama, menyusuri malam-malam kota yang mulai terasa lengang, menertawakan hal-hal kecil, dan membiarkan setiap detik menjadi kenangan.Malam itu, Kinara menggandeng tangan Aditama erat. Mereka baru saja keluar dari sebuah café yang menghadap taman kota. Angin malam berhembus lembut, menerbangkan rambutnya. Keduanya bahkan masih mengenakan setelan kantor.“Mas, besok kita ke mana lagi? Eh, ini mau pulang atau …,” tanya Kinara sambil menggoyangkan tangan Aditama manja.“Apa kamu belum lelah?” sahut Aditama, matanya menatap lembut wajah istri kecilnya yang masih bersemangat.“Belum,” jawab Kinara cepat, kemudian menambahkan, “Mau ke mana lagi, Mas? Pulang atau mau cari tempat buat duduk-duduk?”Aditama mengusap pipi kesayangannya, seraya berkata, “Mau midnight?”Kinara tampak berpikir hingg
Mobil yang Aditama kendarai melaju senyap di jalanan malam, melewati kawasan industri tua yang tampak tak berpenghuni. Mobilnya berhenti di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Bangunannya gelap dan tampak tak terawat dari luar. Aditama berjalan mendekati beberapa pria berbadan besar berjaga di pintu masuk.Anak buah Mahesa Rein sudah mengetahui Aditama—mempersilakannya masuk.Aditama melangkah ke dalam gudang. Suasana di dalam berubah drastis. Bau logam dan debu menyengat. Aditama di tuntun ke sebuah ruangan oleh anak buah Mahesa Rein. Di tengah ruangan yang luas, ada satu ruangan kecil yang dibatasi kaca satu arah. Dari sisi luar, mereka bisa melihat ke dalam ruangan itu. Namun dari dalam ruangan, sang tahanan tidak bisa melihat ke luar. Mahesa mengangkat tangannya, memberi isyarat Aditama untuk mendekat.Aditama mendekat. Di balik kaca, tampak seorang pria duduk di kursi besi, kedua tangannya terikat ke belakang. Wajahnya babak belur, darah mengering di pelipis dan ujung bibir. Namu
Hari itu, sejak pagi, Aditama memilih untuk bekerja dari kantor Kinara. Bukan karena ia tak punya kesibukan, tetapi ada sesuatu yang terus mengganggunya—perasaan waspada yang tak kunjung surut sejak insiden demi insiden yang membayangi sang istri.Kinara tak menolak kehadirannya, meski sempat mengernyit saat tahu sang suami akan menemaninya seharian di ruang kerjanya. Pria itu duduk santai di sofa panjang di sudut ruangan, laptop terbuka di pangkuan, tapi sesekali pandangannya melirik ke arah meja kerja Kinara—atau lebih tepatnya, ke arah Wisnu, sekretaris sang istri.Tak ada yang janggal. Wisnu bekerja dengan sangat baik, menjelaskan rundown jadwal dengan rapi, tanggap terhadap permintaan Kinara, dan menjaga batas profesional.Okay, tidak ada yang perlu Aditama terlalu khawatirkan pada lelaki ini. Sepertinya keberadaan Wisnu di lingkungan kerja juga bukan ide yang buruk—untuk ikut menjaga sang istri.“Mas, tadi Wisnu pesankan kita makan siang. Aku pilih nasi liwet komplit untuk kamu,”
Udara malam itu hangat, menyelimuti kamar dengan cahaya lampu temaram dan aroma lembut dari diffuser yang terus menghembuskan wangi lavender. Tirai terbuka setengah, memperlihatkan langit yang gelap, hanya dihiasi bintang—meski tidak banyak. Di ranjang, dua insan yang telah lama menahan rindu kini saling bersandar dalam dekapan yang nyaris tak berjarak. Sentuhan tangan Aditama di punggung Kinara terasa ringan tapi penuh makna. Bibir mereka saling menyentuh, napas mereka memburu. Tawa kecil sesekali menyela di antara kecupan, seperti biasa, manis dan hangat. Rindu mereka semakin menggebu, tapi pelan-pelan dinikmati. "Mas ...," bisik Kinara pelan, jemarinya bermain di tengkuk suaminya—turun ke dada bidangnya. Kinara tidak malu lagi mengungkapkan rindunya dalam bentuk sentuhan. "Hmm?" Kinara tidak sempat bicara karena Aditama kembali membungkam bibirnya. Tubuh mereka kembali menyatu dalam pelukan panas. Kinara tak dapat menahan desahan yang akhirnya lolos ketika Aditama menjelajahi l
Pintu apartemen terbuka perlahan. Aditama menghela napas dalam, aroma khas rumah langsung memenuhi hidungnya—bau lavender dari diffuser di ruang tamu yang dipilih Kinara. Entah kenapa, malam ini baunya terasa lebih dalam, membuatnya semakin rindu.Langkah kakinya cepat. Koper dibiarkan di dekat pintu, jaket hanya digantung seadanya. Matanya mencari-cari satu sosok yang selama lima hari ini hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel. Hatinya berdegup, tak sabar. Lima hari … bukan lima minggu, memang. Tapi bagi Aditama mana tahan berjauhan dari sang istri lama-lama.Kinara sedang bersandar di sisi dinding kamar—bersembunyi—mengenakan piyama berwarna salem yang membingkai tubuh mungilnya. Rambutnya masih sedikit basah, wajah bersih tanpa riasan. Ia mengejutkan Aditama yang perlahan masuk ke dalam kamar.“Sayang,” panggil Aditama.Aditama melonjak kaget saat Kinara sengaja mengejutkannya.“Mas,” panggilnya tiba-tiba.Aditama mengembuskan napas panjang, sementara Kinara sudah memeluknya dari