Beranda / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Bab 92 : Honeymoon #1

Share

Bab 92 : Honeymoon #1

Penulis: Dinis Selmara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 00:43:31

Bandara Senai pagi itu tidak terlalu ramai. Udara masih terasa sejuk, Kinara menggenggam tangan Aditama. Mereka berjalan beriringan melewati pintu keberangkatan internasional.

Aditama melirik jam tangannya. Karena akan transit di Kuala Lumpur dulu, mereka masih bersama Tama dan Rindu yang juga akan bertolak ke tempat yang sama. Dari sana mereka akan berpisah. Kinara dan Aditama akan melanjutkan perjalanan ke Malé.

Kinara mengenakan cardigan tipis dan celana linen yang nyaman untuk perjalanan jauh. Rambutnya disanggul asal, tapi wajahnya tetap tampak segar.

Penerbangan ke Kuala Lumpur hanya memakan waktu singkat, tak lebih dari satu jam. Setibanya di KLIA, mereka berpisah dengan Tama dan Rindu dan menikmati waktu transit dengan duduk santai di lounge.

“Kenapa, Mas?” tanya Kinara karena sedari tadi Aditama menatapnya.

Kini tangannya sudah terulur merapikan rambut Kinara yang menutupi sedikit wajahnya. “Cantik sekali. Istri siapa, sih?”

Kinara tidak menjawab, hanya menggeleng melihat tin
Dinis Selmara

Aku juga cinta kamu, Aditama. Uhuk-uhuk!

| 12
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lian Kusumayanti
aku udh kirim GEM untuk kak dinis selmara karya mu the best kak ......
goodnovel comment avatar
Nurhayati90
semoga jadi ya bikin bayinya made in maldive. hhhh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 92 : Honeymoon #1

    Bandara Senai pagi itu tidak terlalu ramai. Udara masih terasa sejuk, Kinara menggenggam tangan Aditama. Mereka berjalan beriringan melewati pintu keberangkatan internasional.Aditama melirik jam tangannya. Karena akan transit di Kuala Lumpur dulu, mereka masih bersama Tama dan Rindu yang juga akan bertolak ke tempat yang sama. Dari sana mereka akan berpisah. Kinara dan Aditama akan melanjutkan perjalanan ke Malé.Kinara mengenakan cardigan tipis dan celana linen yang nyaman untuk perjalanan jauh. Rambutnya disanggul asal, tapi wajahnya tetap tampak segar.Penerbangan ke Kuala Lumpur hanya memakan waktu singkat, tak lebih dari satu jam. Setibanya di KLIA, mereka berpisah dengan Tama dan Rindu dan menikmati waktu transit dengan duduk santai di lounge.“Kenapa, Mas?” tanya Kinara karena sedari tadi Aditama menatapnya.Kini tangannya sudah terulur merapikan rambut Kinara yang menutupi sedikit wajahnya. “Cantik sekali. Istri siapa, sih?”Kinara tidak menjawab, hanya menggeleng melihat tin

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 91 : Hari Terakhir di Johor

    “Mama nggak tahu kita mau ke Maldives, ya?” tanya Kinara pelan saat mereka berada di dalam lift menuju lantai bawah. Pagi ini, mereka akan sarapan bersama. Kedua orang tua Aditama sudah lebih dulu menunggu di restoran hotel.Aditama menarik tubuh istrinya mendekat—dari sampingnya hingga Kinara bergerak—berdiri di hadapannya, kemudian memeluk wanitanya dari belakang. Ia menunduk, meletakkan dagunya di bahu sang istri.“Mama belum tahu kalau kita akan bulan madu,” bisik Aditama.“Bulan madu?” ulang Kinara, menoleh ke arah suaminya dengan alis terangkat. Gerakan kecil itu membuat pipinya langsung dicium sekilas oleh Aditama. Untungnya, lift kosong saat itu.“Kalau bukan bulan madu, lalu apa namanya?” sahut Aditama santai. “Selama di sana, aku nggak mau sarungan lagi, Yang.”Mata Kinara langsung membulat. Ia mencubit lengan suaminya pelan, lalu menepuk tangan yang melingkari pinggangnya.“Mas, ya ampun ... jaga omongan, ini tempat umum,” tegurnya dengan nada setengah berbisik.Aditama ter

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 90 : Hadiah Kecil

    “Mama cantik nggak, Mas? Mama nggak mau malu-maluin Kinara ‘kan? Masa desainer muda sukses Mama-nya nggak fashionable,” ujar Rindu, membuat Aditama dan Tama mengulum senyumnya. “Ih, pada seriuslah. Apa Mama ganti tas, ya? Yang paling mahal?”“Mama cantik. Nggak akan malu Kinara, nggak. Dia sangat menanti momen ini. Mama dan Papa hadir saja, dia bahagia luar biasa,” balas Aditama.“Nggak bisa Mama kalau nggak paripurna. Nggak mau malu-maluin menantu Mama.”“Cantik,” puji Tama, membuat sang istri memicingkan matanya.“Wait! Aku sedang mencari kejujuran di mata kamu, Mas,” tunjuk Rindu pada wajah suaminya.“Buruan yuk! Nggak bikin malu Kinara, tapi malah bikin dia kecewa karena terlambat,” pangkas Tama.Ketiganya pun gegas menuju tempat pelaksanaan acara.Pagi itu, matahari bersinar cerah seolah turut merayakan pencapaian penting dalam hidup Kinara. Udara sejuk menyambutnya saat ia berdiri di depan cermin, mengenakan toga dengan selempang ungu melambangkan bidang Seni Reka, Seni Halus, Re

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 89 : Bertemu Mertua

    Kinara berdiri di depan pintu kedatangan, menunggu dengan sabar—dalam rengkuhan suami posesifnya—yang berada di belakangnya. Tangannya memeluk buket bunga kecil yang sengaja ia siapkan sore itu—bunga segar dengan dominasi warna pink dan putih. Matanya tak henti menelusuri wajah-wajah yang melintas, mencari dua sosok yang sudah seperti orangtuanya sendiri.“Sabar,” ujar Aditama, membuat sang istri menoleh dan mendongak menatap kesayangannya.“Mama suka nggak ya bunganya?” tanya Kinara kembali menatap bunga di tangannya.“Suka, Mama suka kejutan kecil seperti ini. Bunga apa saja sepertinya bukan masalah,” terang Aditama membuat senyum di wajah Kinara merekah.Begitu melihat pasangan paruh baya keluar dari pintu kaca besar bandara, Kinara melonjak girang kemudian berlari kecil menghampiri. Wajahnya langsung bersinar saat melihat senyum hangat sang ibu mertua, Rindu, dan tatapan penuh kasih dari papa mertuanya, Tama.“Mama! Papa!” serunya.“Kinara sayang ….” Rindu langsung merentangkan tan

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 88 : Melepas Rindu #2

    Hujan masih berderai di luar sana, padahal sampai tadi sebelum mereka berpisah langit malam masih cerah. Bintang seolah ikut merayakan—menyambut kebersamaan mereka, kini suara hujan mengalun lembut seperti irama rindu yang tak kunjung padam. Di dalam kamar bernuansa hangat dengan temaram lampu kuning madu, Kinara dan Aditama merebah dalam keheningan yang dipenuhi degup jantung. Napas mereka saling bertukar hangat dan tatap mata yang tak henti saling mencari.Kinara menyelipkan jemarinya di sela-sela jari tangan Aditama. Lelaki itu langsung menarik tubuh istrinya ke dalam pelukan yang tak menyisakan jarak sedikit pun di antara mereka.“Aku masih belum puas memelukmu,” bisik Aditama tepat di balik telinga Kinara. Suaranya dalam, berat, seperti getar dari ruang kosong yang lama menanti diisi.Kinara meringis kecil, tubuhnya tertahan dalam dekapan yang kelewat rapat. “Mas … lepas dulu, aku nggak bisa tidur kalau dipeluk seerat ini.”Alih-alih mengendurkan pelukannya, Aditama malah mengecup

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 87 : Melepas Rindu #1

    Langit Johor siang itu bersih dan cerah. Angin berembus pelan, pesawat yang membawa Kinara dari Jakarta baru saja mendarat dan penumpang mulai turun satu per satu. Di antara mereka, Kinara berjalan dengan langkah ringan bersama Nana, asisten-nya.Rambutnya dibiarkan tergerai, sedikit berantakan. Namun tetap memancarkan pesona yang tenang. Di matanya ada semangat baru, meski di balik senyumnya tersimpan haru yang masih mengendap—tentang Fani."Pak Aditama nunggu di luar, Bu," ujar Nana, menatap ponselnya yang aktif lebih dulu.Kinara tersenyum, menggenggam tas jinjingnya. "Oh, ya—eh, ini pesannya baru masuk," kekeh Kinara.Dan benar saja. Begitu melewati pintu kedatangan internasional, mata Kinara langsung menangkap sosok yang begitu ia rindukan. Berdiri di antara kerumunan, mengenakan kemeja putih dan celana jeans gelap. Di tangannya, seikat bunga mawar merah muda dan putih.Mata mereka bertemu.Aditama tersenyum—senyum yang tak pernah gagal membuat dada Kinara menghangat. Ia melangkah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status