Share

Bab 11 : Terusik

Author: Dinis Selmara
last update Huling Na-update: 2025-03-21 18:22:12
"Sesuatu apa, Mas?" tanya Kinara dengan bingung.

"Nanti aja, deh. Setelah dari sini," kata Aditama santai, menunjukkan tiket masuk Universal Studios.

"Kita mau ke Universal Studios?" tanya Kinara dengan mata membulat. Aditama memang tidak memberi tahu mereka akan ke mana akhir pekan ini. Kinara mengira mereka hanya akan berbincang ringan di toko es krim saja.

"Tidak mau?" Aditama menaikkan sebelah alisnya, sengaja menggoda.

"Mauuu…," seru Ara bak anak kecil yang bahagia dituruti keinginannya.

Lihatlah bagaimana Aditama tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya di dekat Ara, sosok yang periang dan bersahaja. Di tengah berbagai problematik hidup dan kesibukannya, bertemu Ara bagaikan menemukan dunia baru dalam hidup Aditama yang selama ini monoton.

***

“Kamu menikmati sekali permainan wahana tadi,” kata Aditama saat mereka menikmati waktu usai menjelajahi beberapa permainan wahana di Universal Studios.

Kinara mengatakan bahwa sudah lama ia tidak bermain wahana karena sahabatnya tidak bera
Dinis Selmara

Kok, ini pada salfok sama si fotografer di bab sebelumnya, ya? bahaha... fotografer belike : salah aku apa? cuma motret event ketemu cewek cantik tok. Ingat ya...selama pertemuan mereka, keduanya hanya mengenal sosok Ara dan Adit. Hihi ... agak lain emang

| 31
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (38)
goodnovel comment avatar
Neng Saroh
kukira fotografer nya suruhan emak nya Aditama
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
ya ampun tak kirain fotografer nya itu suruhan rindu atau tama. buat mantau kinara ma adit. eh ternyata.......
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
woy bales woy pesan orang. kasihan tuh udah kebakaran jenggot nungguin kamu bales pesannya. tenang ra kamu ga usah mikirin batasan. toh suami gaib kamu juga ga anggap kamu istrinya kan?? lagian ga masalah kok kl kamu deket2 ama adit (kan, udah halal :⁠-⁠P )
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 121 : Melepas Rindu

    “Siapa kamu—lepas!” seru Kinara panik.Saat mereka beradu pandang, mata Kinara menyipit—menatap sosok di hadapannya. Manik mata itu tampak tak asing. Sesaat kemudian, lelaki itu mengulurkan tangan, menarik masker dari wajahnya.“Mas?” suara Kinara terdengar terkejut, matanya membulat. “Mas Adit?” ulangnya tak percaya, melihat senyum merekah dari bibir sang suami.“Ihh … jahat banget!” rajuknya sambil memukul dada Aditama dengan kesal. “Aku hampir jantungan!”“Argh … sakit, Sayang!” Aditama pura-pura meringis kesakitan. Kinara mendesis kesal, lalu langsung memeluknya erat. Meski sempat kesal, rindu yang selama ini dipendamnya tak bisa ditahan lebih lama.“Mas, kok nggak bilang kalau pulang hari ini?” gumamnya dalam dekapan.Aditama bahkan belum sempat menjawab, Kinara terlalu banyak mencecarnya dengan sederet pertanyaan penuh rasa ingin tahu, membuatnya hanya bisa tersenyum.“Masuk dulu, Sayang,” usul Aditama.Mereka melangkah masuk. Begitu pintu tertutup rapat, Kinara masih tetap dalam

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 120 : Sosok Misterius

    Hari ini rapat umum pemegang saham, hasil rapat diputuskan bahwa struktur perusahaan akan mengalami perubahan. Seluruh jabatan Chief (seperti CEO, CMO, CFO) dibubarkan dan digantikan dengan jabatan tunggal. Aditama diangkat sebagai Chairman/Direktur Utama, sesuai dengan wasiat dari Darius yang memberikan tiga puluh persen saham kepadanya. Rahman, kerabat mereka yang sebelumnya menjabat sebagai CFO, mendapatkan sepuluh persen saham dan diangkat sebagai Managing Director/Direktur Operasional.Semua pihak sepakat perubahan ini bukan hanya restrukturisasi, tapi juga strategi untuk memperkuat ekspansi ke Indonesia.Perusahaan induk tetap berjalan di Singapura, sementara Aditama juga akan memimpin langsung pembukaan cabang di Bandung. Rahman akan menjalankan operasional di kantor pusat Singapura, mereka memastikan dua entitas ini bisa berjalan beriringan dengan baik.Ruang rapat itu perlahan lengang. Satu per satu peserta meninggalkan ruangan usai pengumuman penting disampaikan—pengumuman y

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 119 : Beda Pandangan

    Rindu jelas tak menyetujui keputusan anak dan menantunya yang berencana mengurus adik Kinara. Bukan tanpa alasan—baginya, kehidupan Kinara sudah cukup padat. Pekerjaan yang menumpuk. Bagaimana dengan program kehamilan yang belum juga membuahkan hasil? Kini ditambah rencana mengasuh anak usia sekolah dasar yang tentu membutuhkan perhatian lebih.Bagi Rindu, keputusan itu terlalu berisiko. Terlalu banyak hal yang dipertaruhkan.Aditama sebenarnya sudah menjelaskan semuanya. Ia menyampaikan alasan di balik keputusan mereka berdua. Bahwa ini bukan sekadar keinginan Kinara semata, melainkan langkah yang telah mereka pikirkan bersama.Namun, penjelasan Aditama justru membuat Rindu semakin gusar. Setiap kali sang anak membela keputusan itu, hatinya memanas. Bukan karena ia membenci Fani, tapi karena ia terlalu khawatir pada menantunya. Pada rumah tangga yang, baginya, seharusnya difokuskan dulu untuk saling menjaga dan menumbuhkan cinta, bukan memperumit keadaan.Bagi Rindu, niat baik tetap h

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 118 : Beda Pendapat

    Langkah Kinara melambat ketika keluar dari gedung rumah sakit. Ia baru saja menjalani konsultasi dan pemeriksaan kesuburan bersama dokter SPOG, teman dari ibu mertuanya.Meski tidak ada hasil yang mencemaskan, dokter menyarankan beberapa hal yaitu istirahat cukup, menghindari stres, dan pola makan yang lebih sehat. Ada pula daftar vitamin dan suplemen yang harus dikonsumsi secara rutin.Kinara tersentak lalu menoleh saat punggung belakangnya diusap lembut oleh ibu mertuanya.“Pikirin apa?” tanya Rindu hati-hati.Kinara hanya bisa tersenyum seraya menggeleng. Keduanya melangkah terus ke pelataran parkir. Di mana Nana sudah menunggunya sambil berdiri bersandar pada mobil. Melihat mertua dan menantu itu, Nana segera menjemput dan membukakan pintu untuk keduanya."Bagaimana, Bu?" tanya Nana lembut, merujuk pada hasil pemeriksaannya.Kinara duduk tepat di samping ibu mertuanya, menjawab, “Nggak apa-apa, saya sehat, Na. Hanya disarankan lebih banyak istirahat.”"Syukurlah," balas Nana."Dan

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 117 : Kecewa, Lagi

    Dada Kinara terasa sesak. Hasil test pack yang baru saja ia lihat belum juga sanggup dicerna sepenuhnya.Garis satu. Kinara sampai mengerjap untuk kembali menyakinkan penglihatannya. Dan hasilnya tetap sama dan sangat jelas. Tegas dan begitu mengecewakan.“Garisnya satu, lagi,” gumam Kinara dengan mata berkaca-kaca.Kinara meremas tangan satu sama lainnya, gugup. Bagaimana dia mengatakan pada mertuanya yang sedang menunggu di luar sana penuh harap?Dengan langkah pelan, Kinara keluar dari kamarnya, menggenggam test pack itu erat-erat. Bolehkah Kinara berharap hasilnya bisa berubah?Kinara menatap sekali lagi, menghentikan langkahnya. Namun … tidak. Harapannya belum dijawab kali ini. Wajahnya berusaha ia tenangkan, bibirnya dipaksakan untuk melengkung walau hanya sedikit.Rindu menatap putri menantunya dengan penuh harap. Wanita paruh baya itu tengah duduk di meja makan, menunggu jawaban.“Gimana hasilnya?” tanyanya lembut, tapi tidak bisa menyembunyikan sedikit ketegangan di balik nada

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 116 : Tamu Dadakan

    Dita tampak salah tingkah, bola mata sibuk bergerak tak pasti.“Kenapa aku harus punya alasan untuk bertemu dengan adikku sendiri, Kak?” ulang Kinara.“Kamu … kamu pasti punya misi,” jawab Dita terbata-bata. “Kamu penuh rahasia Kinara.”Kinara diam sesaat membaca air muka Dita. Ia menatap sang kakak lekat-lekat, mencoba menahan gejolak yang perlahan muncul di dadanya. Apa yang Aditama jelaskan tadi memenuhi pikirannya. Membuatnya kembali overthinking. Namun, sorot matanya tetap tenang.“Aku tidak punya misi apa-apa,” jawab Kinara pelan. “Aku hanya ingin bertemu adikku, bermain dan berbahagia bersama. Itu saja.”“Adikmu?” Dita tertawa sinis. “Kamu bahkan tidak tinggal serumah dengannya sejak dia kecil, Kinara ... adik seperti apa yang kamu maksud? Kamu pikir kamu bisa datang tiba-tiba, lalu sok jadi si paling perhatian dan pengertian?”“Benar. Aku dan Fani tak pernah tinggal serumah. Tapi bukan berarti aku tidak mencintainya. Dan bukan berarti aku akan diam melihat dia tumbuh dalam ling

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status