Home / Romansa / Cinta di hati suamiku / 3. Rindu ini ...

Share

3. Rindu ini ...

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2023-02-13 07:01:33

Mira sudah berada dalam pesawat kelas bisnis malam ini, Leo yang telah memesankan tiketnya. Adik iparnya itu tahu cara menghargainya yang tengah hamil muda, Mira tidak bakal tahan melakukan penerbangan panjang di bangku ekonomi. Walau sebenarnya Mira mampu membeli tiket pesawat sendiri, dia adalah anak tunggal, ayahnya telah memberi warisan yang tidak sedikit dalam bentuk investasi saham dan deposito. Setiap bulan deviden saham akan masuk ke rekening khusus, hasil deposito juga dibuatkan rekening khusus. Sejak ayahnya meninggal enam bulan yang lalu, dia tidak pernah memakai uang di rekening itu sama sekali, karena ada suaminya yang memenuhi kebutuhannya.

Suaminya? Sekarang lelaki bermata almond itu bukan lagi suaminya, Mira sudah menandatangani surat gugatan cerai tadi pagi. Semoga saja Edi dan Hasbi dapat mengurusnya, sehingga dia bisa lepas dari Hendriyanto ...

"Hendriyanto ...," bisik Mira menyebut nama lelaki itu, dadanya terasa sesak, masih ada kerinduan yang mendalam di lubuk hatinya.

Bulir bening tak terasa mengalir deras ke pipinya. Mengingat lelaki itu sungguh menyakitkan, kenapa ketika menggenggam cinta, Mira harus menyerahkan hati sepenuhnya? Mira menyesali kebodohannya, namun dia tidak bisa menapik semua itu, karena ketika dia jatuh cinta, secara naluri dia hanya jatuh cinta pada satu pria. Selama 23 tahun hidup di dunia ini, Hendriyanto adalah cinta pertama untuk Mira, wanita polos itu menyangka bahwa cinta itu akan hidup hingga sisa usianya. Namun sayang, Mira bukanlah cinta pertama lelaki itu, dia adalah cinta keduanya, cinta pertama lelaki itu adalah Sarah, wanita yang dengan mudah menyingkirkannya.

Tunggu ....

Wanita itu tidak mudah menyingkirkannya, dia melakukan segala cara, hingga Mira harus menyerah. Perubahan pada Hendriyanto tentu saja bisa langsung disadari oleh Mira dan Edi sebagai orang terdekat lelaki itu.

"Edi, apakah kau menyadari bahwa Mas Hendri berubah, seolah-olah itu bukan dia," tanya Mira ketika Edi mengantarnya pulang dari cek kandungan.

"Ya, Bu. Saya menyadarinya, ibu pasti sangat tertekan akhir-akhir ini," jawab Edi sambil menyetir kendaraan.

"Yah, sebelumnya Mas Hendri tidak akan membiarkan aku cek kandungan tanpa ditemaninya, jawab yang jujur Edi, sebenarnya Mas Hendri sekarang ke mana?" 

"Ibu pasti tahu dia kemana, sejak kecelakaan proyek yang menyebabkan banyak luka dan korban di lokasi konstruksi, Bu Mira  tahukan? Jika trauma masa lalu Pak Hendri yang mengalami langsung kecelakaan di tol dengan keluarganya, dia melihat sendiri kedua orang tua dan supirnya meninggal di tempat, hanya dia yang masih hidup. Melihat korban yang berdarah-darah di lokasi konstruksi itu membuat Pak Hendri selalu bermimpi buruk, kadang akan sangat protektif dengan Bu Mira, sehingga ibu sering merasa tertekan." Saat itu Edi mengingatkan dari mana awal musibah ini terjadi.

"Ya, ketika aku akan membawanya menemui spikiater atau psikolog, ternyata Waluyo dan Darmawan kawan karibnya ketika SMA sudah membawa seorang psikolog ke rumah, tidak disangka, yang mereka bawa  adalah cinta pertama suamiku." Mira merasa nasibnya sudah diujung tanduk kala itu.

Sekarang wanita itu bukan cuma sekedar psikolognya, dia akan menjadi nyonya Hendriyanto Kusuma menggantikan dirinya, sungguh miris .... Mata Mira akhirnya dapat terpejam malam ini setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter Hasbi.

****

Setelah tiga hari kepergian Mira, Edi menemui Hendriyanto di kantornya dengan berkas perceraian di tangannya, dia sengaja memberi jeda waktu agar Mira dapat pergi tanpa harus dicegah atau dilacak keberadaannya. Edi benar-benar kagum dengan kecerdasan Nyonya Muda itu, dia tidak langsung terbang ke Jerman, untuk menghapus jejak kepergiannya, wanita itu mengambil penerbangan menuju Rusia. Mira akan menaiki kereta api ke Eropa barat, singgah di beberapa tempat destinasi wisata, tempat yang dulu dijanjikan Hendriyanto untuk dikunjungi ketika mereka bulan madu, namun setelah enam bulan mereka menikah, bulan madu itu tidak pernah terjadi, justru madu wanita yang hadir menghampiri. Edi tersenyum miris, dia dulu begitu bahagia ketika pasangan itu berdiskusi dengan seru di dalam mobil yang dia kemudikan tentang rencana bulan madu keliling Eropa tersebut. 

Setelah mengetuk pintu, terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya masuk. Edi sedikit canggung melangkah setelah membuka pintu, di sana Sarah tengah asyik duduk di hadapan bosnya, menyuapi makanan ringan ke mulut lelaki itu.

"Pak, maaf saya mengganggu," ujar Edi merasa sungkan.

Hendriyanto menatap Edi dengan tatapan heran, biasanya Edi akan menyapanya dengan riang, apalagi ada wanita di dekat Hendriyanto maka Edi akan menggodanya dengan gayanya yang khas. Tetapi kenapa Edi sekarang seperti karyawan magang yang takut dipecat?

"Ada apa, Edi?" Akhirnya Hendriyanto tak kuasa untuk tidak bertanya pada lelaki berwajah oriental ini.

"Ini, Pak ... Tadi pengacara Bu Mira datang ke mari dan menyerahkan ini kepada saya, saya sudah katakan untuk langsung menemui Pak Hendri, tapi sepertinya dia sedang buru-buru karena ada urusan yang lain." Edi beralasan, tangan kanannya mengulurkan sebuah dokumen.

"Pengacara Mira?" tanya Hendri sambil mengernyitkan dahi.

Edi hanya mengangguk, ada apa wanita itu mengirimkan surat lewat pengacara? Perasaan Hendriyanto tiba-tiba menjadi tidak enak, apakah ...?

Hendriyanto segera membuka surat itu, di sana sudah terpampang tanda tangan perempuan itu. Mata Hendriyanto terpaku menatap isi surat itu, tiba-tiba hatinya terasa nyeri, matanya seperti tertusuk ribuan duri.

"Surat apa itu, Mas?" Suara Sarah membuyarkan lamunan Hendriyanto.

"Surat gugatan cerai dari Mira," jawab Hendriyanto lesu.

"Ah, Mira ... Kenapa dia harus menggugat cerai dirimu, Mas? Sebenarnya dia masih bisa menjadi istri terhormat dari dirimu, Mas. Walaupun anak dalam kandungannya sudah tidak ada, aku ikhlas menjadi wanita yang mencintaimu, aku tidak musti harus menjadi Nyonya Hendriyanto, yang penting bagiku kau membagi sedikit kasih sayangmu," ujar Sarah manja sambil bergelayut di lengan Hendriyanto. 

"Sarah, kau memang wanita baik, kau wanita suci seperti malaikat," puji Hendriyanto sambil mengusap rambut hitam sepinggang Sarah yang diurai dengan indah.

Mendengar percakapan itu, Edi hampir saja mau muntah. Sungguh munafik wanita iblis ini, perkataannya hanya kamuflase, dia pintar sekali memutar kata, membuat orang lain merasa buruk dan membuat dia menjadi lebih mulia.

'Hendriyanto, benar-benar kasihan dirimu, tetapi aku bisa apa? Istri yang sungguh-sungguh kau cintai saja tidak kau dengar, malah kau campakkan demi wanita ini, apalagi aku yang hanya bawahanmu!' dengus Edi di dalam hati.

"Tapi, Mas ... Sepertinya Mira benar-benar ingin cerai darimu, mungkin dia tidak mencintaimu lagi, atau ada faktor lain," rayu Sarah lagi.

"Faktor lain apa?" tanya Hendriyanto cepat.

"Pertama faktor kesehatan, mungkin? Ada kalanya orang yang pernah keguguran tidak bisa punya anak lagi, sehingga dia minder menjadi istrimu, kau tidak tahu kondisinya, kan? Selama tiga hari ini kau selalu menemaniku, tidak pernah sekalipun menjenguknya."

Hendriyanto terpaku, dia memang tidak menjenguk wanita yang masih sah menjadi istrinya setelah dia masuk rumah sakit, tapi buat apa dia menjenguknya, toh anaknya juga sudah tidak ada dalam kandungan. Sudut bibir Sarah melengkung, Mira kau benar-benar akan terlupakan ...

"Yang kedua?" 

Sarah terkejut, ternyata Hendriyanto tidak merespon pernyataannya tadi, justru penasaran dengan pernyataannya selanjutnya, apakah ada tanggapan pada pernyataan selanjutnya?

"Yang kedua karena faktor ekonomi, tapi yang ini gaklah, gak mungkin suami seperti dirimu terkena faktor ekonomi, yang terakhir karena ada pria lain yang lebih membuatnya nyaman dan bahagia," ujar Sarah.

"Apa? Ada pria lain? Maksudmu selingkuhan? Jadi selama ini Mira berselingkuh di belakang saya?" seru Hendri meradang.

"Kenapa engkau musti marah, Mas? Wanita seperti itu memang tidak pantas di pertahankan, ayo segera bubuhi tanda tanganmu, agar proses percerainmu cepat selesai. Kan masih ada aku yang selalu mencintaimu, Hendriku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
prediksi Mira betul banget
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
cucok sepasang iblis
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta di hati suamiku    37. Gejala apa ini?

    Edi menemani Hendriyanto ke dokter Pamungkas, klinik mereka ada di lantai satu, Edi memang selalu mengikuti Hendriyanto kontrol, karena segala jenis surat menyurat dan tagihan rumah sakit Edi yang mengurusnya. Ketika mereka selesai pemeriksaan, dokter mengambil sperma Hendriyanto dan akan mengeceknya di labolatorium, hasil kemarin tidak ada masalah pada kesuburan lelaki itu, tetapi kenapa kejantanannya tidak bisa ereksi? Ketika keluar dari ruang dokter, tidak sengaja melihat Mira yang akan menuju ke kasir pembayaran, mata Mira memicing menatap lelaki yang masih jadi suaminya itu keluar dari ruang praktek dokter andrologi. Hendri yang melihat Mira tentu mendengus kesal, dari tadi ditungguin kenapa wanita ini malah berada di sini. Ditelpon tidak diangkat, di kirimi pesan juga tidak dibalas, boro-boro dibalas, dibaca saja tidak. "Mas Hendri, kenapa kau keluar dari ruang praktek dokter andrologi? Apa anu-mu bermasalah?" Wajah Hendri langsung menegang mendengar pertanyaan Mira, sedangk

  • Cinta di hati suamiku   36. Ke dokter andrologi

    Sementara Hendriyanto sudah semangat empat lima ingin menjemput Mira. Dia memarkirkan kendaraannya di tempat Mira tadi memarkirkan mobilnya. Namun Hendriyanto tidak melihat keberadaan mobil wanita itu, apakah sudah dibawa oleh temannya? Waktu sudah menunjukkan jam satu lewat lima belas menit, tetapi tidak ada tanda-tanda kedatangan wanita yang ditunggunya. Hendriyanto keluar dari mobil, berdiri mondar-mandir dengan gelisah. Apakah wanita itu sengaja mangkir dari pertemuannya? Hendriyanto menunggu selama sepuluh menit lagi, tetapi masih juga Mira tidak muncul, lelaki itu semakin tidak sabar. Lelaki itu langsung saja berjalan menuju ke kantor dosen, untuk mencari Mira. Sampai di kantor dosen, Hendriyanto bertanya pada seseorang yang ditemuinya, orang itu menunjukkan di mana letak kantor Mira, ketika dia menuju kantor Mira, di lorong dia bertemu dengan Jovan, Hendriyanto hapal betul jika lelaki itu bersama Mira waktu pesta itu. "Maaf, permisi ... Apa anda kenal Mirayanti, dosen di sini

  • Cinta di hati suamiku   35. Menunggu

    "Halo, Cantik. Bagaimana keadaanmu sekarang?" sapa dokter itu dengan ramah. Mira menoleh ke sumber suara, tetapi matanya membelalak melihat siapa yang datang."Hasbi?" "Astaga! Mira?"Dokter Hasbi juga terkejut melihat teman lamanya berada di hadapannya, empat tahun tidak bertemu, tentu saja Hasbi sangat penasaran dengan kabar temannya yang dia bantu melarikan diri dari suaminya."Mira, jadi ini anakmu yang itu?" Hasbi mendekati Mira dengan senyum mengembang."Iya, yang kau bantu dulu.""Ternyata waktu cepat sekali berlalu, kau sudah besar, Nak." Hasbi mengelus kepala Winter yang kini dibalut oleh kain kasa."Halo, Sayang. Om ini teman Mama kamu, namamu Winter, bukan?" sapa Hasbi pada anak kecil di hadapannya."Jadi Om dokter temannya Mama Wintel?""Iya, senang banget melihatmu tumbuh besar dan sehat seperti ini.""Tapi aku cekalang lagi gak sehat, Om? Ini kepala aku cakit," ujar Winter membuat Hasbi tertawa, benar juga dia kan lagi sakit."Mira, bagaimana kabar kamu? Setelah melari

  • Cinta di hati suamiku   34. Winter masuk rumah sakit

    "Siapa Winter?" Hendri memang sungguh kepo dengan anak itu, bagaimanapun dia sudah melihat anak itu tadi, sikapnya yang terkesan dingin kepada Mira sesungguhnya hanya menutupi perasaannya yang menggebu dan penasaran dengan kehidupan istrinya sekarang ini. "Itu ... Winter, Winter itu anaknya Zahira. Zahira temanku satu rumah, kami sudah tinggal serumah sejak di Jerman, dia sudah seperti saudariku sendiri." "Oh? Ya, sudah. Nanti kita jemput bersama, bye ... Sampai jumpa nanti siang." Mira hanya terperangah melihat lelaki itu berlalu dari parkiran dengan berjalan tegap. Bahunya yang lebar dan tubuhnya yang jangkung sungguh mempesona terlihat dari belakang, kulitnya yang dulu putih, kini terlihat kecoklatan, justru menambah aura maskulin lelaki itu. Mira tersenyum licik, yah ... Begitu terus Hendri, memang tujuanku begitu. 'Aku harus bersikap sok jual mahal terus, kalau perlu judes dan acuh tak acuh, agar dia semakin penasaran. Kalau perlu kupanasi dengan jalan dengan lelaki lain, j

  • Cinta di hati suamiku   33. Membuntuti Mira

    Pagi-pagi sekali Hendriyanto sudah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan di dekat rumah Mira, dari pinggir jalan ini, tampak dengan jelas pintu gerbang rumah istri pertamanya itu. Hendriyanto tidak perlu susah payah mencari keberadaan rumah Mira, cukup memerintah Edi maka semua urusan beres, memang sekretaris sekaligus asisten pribadinya itu dapat diandalkan untuk semua tugas yang dia perintahkan, baik itu kantor ataupun tugas diluar pekerjaannya.Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, memang masih terlalu pagi, tetapi Hendri tidak ingin terlewat untuk melihat wanita itu keluar dari rumahnya. Pukul tujuh tepat pagar rumah bercat putih dan abu-abu itu terbuka, sebuah mobil Innova yang terparkir di garasi-pun sudah menyala. Hendriyanto duduk tegak dari duduk bersandarnya, mengamati dengan konsentrasi, dengan siapa Mira hidup di rumah ini? Dia tidak ingin langsung bertamu jika belum menyelidiki, tidak lucu jika ternyata Mira tinggal bersama laki-laki lain dan dia berk

  • Cinta di hati suamiku   32. Memutuskan pergi dari rumah

    Apa yang menimpa Waluyo tidak jauh berbeda dengan yang tengah dialami Hendriyanto sekarang. Semua pikiran lelaki itu tercurah sepenuhnya pada Mira, wanita yang dia nikahi empat tahun yang lalu. Selama ini Hendriyanto menganggap bahwa Mira bukanlah wanita yang dia cintai, sepenuhnya cintanya hanya untuk Sarah, tetapi ketika dia bertemu kembali dengan wanita itu setelah begitu lama tidak bertemu, kenapa perasaannya jadi tidak karu-karuan begini? Apakah ada yang salah? Perasaan marah, cemburu, rindu campur aduk menjadi satu. Melihat Mira memakai gaun yang sepenuhnya tertutup bahkan kepalanya juga tertutup justru membuat Hendriyanto terpesona, padahal tidak terlihat seksi sama sekali, tetapi aura Mira yang elegan seperti seorang ratu Inggris itulah yang membuat Hendriyanto terpikat dengan sangat dalam. 'Benarkah aku membenci Mira selama ini? Apakah tidak ada perasaan cinta secuilpun untuk wanita itu? Kenapa perasaanku seperti ini?' banyak pertanyaan yang bersemayam di benak lelaki itu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status