Beranda / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 2 Terpesona pada Pandangan Pertama.

Share

Bab 2 Terpesona pada Pandangan Pertama.

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 22:50:47

“Gagal makan enak, padahal ATM ngajakin nongkrong,” ucap Irma, terlihat dari kaca spion bibirnya di lipat kesal.

  “Gue yang traktir deh kesukaan lo, anggap aja kita lagi makan di cafe mahal." Laras mencoba membujuk. Juga sedikit merajuk.

 

Melihat expresi Laras membuat Irma sedikit terenyuh. “Ya udah dehhh demi yang lagi jatuh cintrong,” ucapnya ceria seperti sedia kala.

 

 Melihat senyum Irma sudah kembali seperti biasa, membuat Laras memacu motor dengan semangat tinggi menuju rumah Irma yang tak lain rumah cowo incarannya. Dalam perjalanan ke rumah Irma Laras mengingat kejadian lalu saat pertama melihat Bagaskara si guru tampan yang mampu membuat dadanya bergetar.

  “Prit, prit, prit, rapatkan barisan kalian." Titah seseorang yang langsung dituruti para siswa. Para sisiwa berbaris rapih, Laras berada pada barisan terakhir karna memang dia tak menyukai pelajaran olah raga.

 

  “Perkenalkan saya guru pengganti Pak Arif yang sedang cuti beberapa bulan kedepan karna sedang sakit keras. Nama saya Bagaskara, guru sementara kalian. Sekarang perkenalkan nama kalian masing masing.” Terdengar suara lelaki memberi perintah.

  Ahmad, ali, sinta, irma ....

 

  “Ras,” Irma menyenggol tangan Laras yang sejak tadi tidak memperhatikan.

  Hari ini moodnya sedikit terganggu, pagi-pagi ban bocor di jalan, mengakibatkan dia terlambat masuk sekolah. Akhirnya dapat hukuman membersihkan kamar mandi. Lelah rasa badan.

  “Apa?” Laras menengok menatap Irma.

  “Nama elo,”

  “Kenapa?” mata Laras memincing menatap Irma.

  “Heeyyy kamu! Siapa nama kamu?” suaranya tegas.

  Laras menengok ke asal suara.Tenggorokannya tercekat, antara sadar dan tidak. Di depannya terlihat seorang lelaki bak Arjuna. Tinggi badannya Atletis. hidung mancung dan tatapan tegas, dia begitu sempurna, di mata Laras.

 Pletak.

  Aawww ... Laras kaget, tangannya mengusap jidat yang dipukul menggunakan kertas yang dibawa Bagaskara.

  “Saya perhatikan dari tadi kamu tidak memperhatikan saya, kamu lagi mikirin apa?” bentaknya.

  “Lagi mikirin Bapak, Pak!" ucap gadis ini spontan. Lagi-lagi dia di buat kaget dengan ulahnya sendiri, malu bukan kepalang kenapa bisa mulutnya keceplosan begini. Tumben bener rem di mulutnya blong. Alhasil semua mentertawakan kekonyolannya.

 

  “Uuhhh ... panas banget, akhirnya nyampe juga,” ujar Laras, dia duduk di kursi teras mengipas ngipas tangan ke badan. Walau ga ada bedanya, tapi rasanya lebih enak, mungkin.

Laras merogoh tas mengambil alat makeup seadanya. Di poles sedikit bedak dan liptin di bibir tipisnya, "Secara mau ketemu arjuna," gumamnya sambil tersenyum, meneliti wajah di cermin kecil. Dilihatnya Irma mengambil kunci di bawah pot di teras rumahnya.

 

  “Loohhh??"

 

  Laras celingak-celinguk ke arah tampat penyimpanan motor. “Kok motor Arjuna gue kagak ada Ma??"

  “Iyaa katanya dia pulang malem mau ada kuliah tambahan,” ucap Irma enteng sambil melenggang masuk membawa bungkusan makanan kesukaanya.

  “Whoaa, whoaaa, whoaaa. Rugi bandar dong gue. Tau begini tadi ikut Excel aja." Laras tantrum seperti anak kecil, di teras.

  “Ha ha ha.” Terdengar suara tertawa bahagia di dalam, tak ada niatan teman luknutnya menenangkan Laras yang kini tantrum.

 

  “Sue, sue, apes bener, kalo bukan calon ade ipar udah gue uh!! elo, Maaa ....” teriak Laras menahan air mata yang tak mampu meluncur. Dia hentak-hentakkan kaki di lantai.

 

  “Bonyok lo, pulang jam berapa Ma?” tanya Laras sambil rebahan di kasur empuk berukuran single size.

 

  “Belum tau, ga tentu, kalo toko rame pulang malem,” katanya sambil duduk dan membuka bungkusan makanan yang tadi dibeli.

  “Sepi banget ya, uhhh ... wenak tenan tidur pules ini mah, ga ada yang ganggu,” ujar gadis berwajah oriental ini sambil merentangkan tangan.

 

  “Ganti baju gak? Nih pake kaos biar nyaman.” Irma melempar kaos berwarna merah tepat mengenai muka Laras.

  “Sue bener lo ma, ga ada sopan-sopannya ama kaka ipar!” rutuk Laras, lalu melempar kembali kaos yang tadi mengenai wajahnya, ke sembarang arah.

  “Ma, bener 'kan Pak Bagas belum punya gacoan?” tanya Laras menyelidik.

  “Kayanya sih belum, selama ini dia belum pernah bawa cewek ke rumah."

 

  “Syukurlah,” Laras sedikit tenang, “tapi biar pun udah punya cewek, kalo janur kuning belum melengkung ganbate! Kejar sampe dapet!!” semangat 45 laras muncul.

  “Tau gak? si Alya, cewek kuper terpinter di sekolah, kayanya naksir juga ama abang gue,” ujar Irma melirik ke arah Laras. “Abang gue juga kaya-kaya seneng,” ucap Irma lagi.

Terlihat wajah Laras seketika berubah. Sepertinya hatinya panas terbakar cemburu.

 

  “Elo tau dari mana abang elo juga suka?” tanyanya antusias, menggeser bokong lebih dekat ke tempat Irma duduk.

  “Beberapa kali Alya deketin abang gue, terus tanya pelajaran yang dia ga bisa, atau pura-pura ga bisa gue gak yakin. Sama abang gue dijelasin pelan-pelan dengan ramah pula," terang Irma menggebu, seolah menyulut kompor agar apinya membara. "Ama gue aja gak pernah tuh ngajarin pake muka ramah begitu," lanjut Irma.

 

  “OMG ... saingan gue anak paling pinter di sekolah, alamak ... gue musti gimana menaklukan hati abang lo Ma?” tanya Laras frustasi.

  Yang ditanya hanya menggedikan bahu, asik makan popcorn keju kesukaannya.  “Sroottt, sroottt,” suara sedotan dihisap. Tanda air di dalam gelas telah tandas.

 

  "Kepala gue ngebul, elo  santai aja, Ma!!" Laras mengeluarkan jurus uring-uringan. Irma tetap santui makan makanan yang tadi Laras traktir.

 

  "Ikut bantu mikir dong, Ma,“ ucapku sewot. “Lo kan adeknya, masa lo gak tau kelemahan abang lo di mana soal percintaan? Dan lo kan sahabat gue bantuin gue dong Ma!!” rayu Laras dengan muka memelas.

  Irma tetap slow motion, dia nyalakan laptop dan asik sendiri bermain game.

"Dari pada pusing mending elo gebet laki terkeren di sekolah kita aja! yang udah jelas-jelas naksir sama elo." ujar Irma dengan tatapan ke arah laptop.

"Siapa?" Laras mengernyit menatap Irma.

"Siapa lagi emang cowo terkeren?? Dan pastinya tajir melintir, tujuh turunan elo nggak bakalan susah kalo mau sama dia." netra Irma berbinar.

"Dia cuma baek doang sama gue, udah gue anggap sahabat, sahabat mana bisa jadi pacar."

"Baek gimana? Jelas-jelas dia naksir, buktinya tadi dia --" Irma terkikik, mungkin mengingat kejahilan Exel tadi.

"Sue banget tuh orang, untung ada elo, kalo nggak udah gue smack down itu orang. Asal nyosor aja," ujar Laras memiringkan badan memunggungi Irma.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nabil Faishal
tipo thor, kayanya makin oke nih cerita.
goodnovel comment avatar
Nabil Faishal
Lanjut Thor, katanya makin oke
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta itu Love   Bab 104

    Dewi menggeleng. "Mamih nggak izinin kamu bertemu Laras sampai kalian sama-sama bisa menjaga diri." Dewi berkata pelan tetapi tegas. "Mih, aku ...""Sudah Nak Excel. Sekarang pulang, lanjutkan study, jika kamu sudah siap menjaga Laras, mamih nggak akan menghalangi.""Mih, izinin, aku ketemu Laras sebentar."Dewi menggeleng. "Kalian sudah banyak menghabiskan waktu berdua." Dewi bangun dari duduk menuju pintu membuka lebar meminta Excel meninggalkan rumahnya. Excel mencium tangan Dewi. "Mih, akan aku buktikan aku bisa menjaga Laras di kemudian hari."Lelaki ini gegas meninggalkan rumah Laras dengan perasaan hampa dan terluka. Dia khawatir akan masa depannya dengan Laras. Tetapi setidaknya satu masalah selesai. Kini dia tak akan lagi memiliki kegelisahan yang harus di tutupi hingga menimbulkan masalah baru. "Mak." Laras keluar kamar menatap Dewi. "Mamih nggak habis pikir sama kamu, di beri kebebasan tapi berbu

  • Cinta itu Love   103

    Excel kembali masuk ke dalam kamar membaca pesan yang di kirim Niken. Lalu memesan makan. Hingga makanan yang dia pesan datang lelaki ini tak juga keluar kamar, dia sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Niken. "Bang." Laras melongok ke dalam kamar. "Kamu pesan makanan?" "Iya, udah datang ya. Ini bayar dulu." Excel mengambil kartu dari dompetnya menyerahkan pada Laras. Gadis ini mengambil kartu membayar makanan, lalu menata makanan di atas meja. "Wah Babang memang top banget, dia tau aja makanan kesukaan kita," ujar Irma. "Ras buruan panggil laki lo, jadi laper gue," ujar Alya. "Bang." Lagi Laras memanggil Excel. "Buruan keluar, di tungguin ama yang lain."Excel mengangguk, keluar dengan bergandengan tangan, lelaki ini menatap tiga perempuan di meja makan. Bibirnya tersungging. "Ya ampun, punya bini 4 begini asik kali, ya," pikir Excel. "Aduh, Yang. Kenapa nyubit." Excel meringi

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status