ホーム / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 3. Pertama Kenalan.

共有

Bab 3. Pertama Kenalan.

作者: Azzurra
last update 最終更新日: 2025-01-12 23:07:17

Irma masih terus membicarakan Excel, aku termenung mengingat kebodohanku waktu itu pertama kali bertemu dengan Exel, si lelaki datar yang ternyata begitu perhatian.

"Kamu telat juga?"tanyaku sok akrab pada lelaki berwajah jutek di sebelahku. Sepertinya kami sama-sama terlambat pagi ini.

Aku menarik lengan lelaki yang belum pernah aku lihat ini. "Lewat sini aja, biar nggak ketauan guru piket."

Lelaki itu hanya diam mengikuti langkahku. "Elo kelas berapa? Kok gue belum pernah liat elo ya?" tanyaku pelan juga sambil berjalan pelan agar tak terdeteksi guru piket.

Dia tak menjawab berondongan pertanyaanku, kami sampai di depan lorong, "Eh kenalin, Laras." Aku menjulurkan tangan, di sambut olehnya, walau wajahnya tetap datar.

"Axel," ucap lelaki berwajah jutek ini, yang kini sedang menjabat tanganku. Senyumku canggung menatap matanya. "itu muka apa tembok,  datar plus dingin banget," Aku hanya bisa membatin, netraku mengerjap beberapa kali karna beradu pandang dengannya.

Aku grogi, tatapan lelaki ini begitu dalam. Gegas membalikkan badan hendak berlari kearah kelas, tetapi dia menarik tanganku, mendekapku erat, dan membekap mulut dengan tangan yang lain, lalu menyeretku ke balik tembok. Bola mataku membola, aku berusaha berontak tetapi tak berdaya tangannya begitu kuat merengkuh tubuh dan mulutku.

Dia mendekatkan wajahnya persis di depan wajahku, darahku mendesir, ini baru pertama kali aku berdekatan dengan lelaki seintim ini. Netraku melotot menatapnya, berusaha memohon agar dia tak menyakitiku. Sungguh aku menyesal mengajak bersembunyi tadi.

"Diam, ada guru piket, ke arah sini," bisiknya

Tubuhku yang tadi begitu ketakutan seketika melunglai, Exel merengkuh tubuhku yang sedikit limbung. Dadaku yang tadi bergemuruh hebat, kembali berdetak normal. Lelaki ini melepas tangan yang membekap mulutku.

"Apa-apan sih, minggir," racauku. Mendorong tubuh Exel, jantungku jumpalitan nggak karuan.

 

"Loh kok marah tadi kalo kamu nggak aku tarik, ketauan sama guru yang lagi keliling. Kamu mau lari keliling lapangan?"

"Au ah." Aku lari menuju kelas,  bersyukur guru kelasku belum masuk.

  “Ahhh, dari pada pusing mending turu,” batinku, setelah mengingat pertama bertemu lelaki tajir itu. Dan Irma masih serius dengan gamenya.

Lamat-lamat aku merasakan sesuatu yang tak tertahan.

  “Aduuhhhh.” Panggilan alam membangunkan mimpi indah. Aku langsung berlari keluar kamar, ke arah kamar mandi.

 

  Ceklek. Ku dorong pintu kamar mandi yang ternyata tak terkunci.

  Aahhh ... Teriakku nyaring. Aku berdiri mematung melihat penampakan di hadapanku. Tubuh tanpa busana tepat di depan pintu menatapku kaget.

  Byuuuurrr ....

  Aawww ... Teriakku lagi.

  “Ada apa teriak-teriak!” suara Irma mendekati kamar mandi.

  “Mesum, gak sopan,” ucap pria di hadapanku, dingin. Tubuh tegap dengan rambut basah yang masih menetes air ini melangkah keluar kamar mandi, lengannya menyenggol bahuku. Aroma maskulin menyeruak membuat bulu kudukku meremang.

  “Ada apa sih, Mas?” tanya Irma. Yang di tanya hanya menggedikkan bahu, melenggang ke kamar tak menjawab.

  “Ya ampun, elo basah begini,” ucap Irma lagi melihatku yang basah kuyup.

  Jebret ....

pintu kamar mandi ku tutup keras. Aku sudah tak tahan ingin mengeluarkan sesuatu yang tertahan sejak tadi.

  “Ma!! pinjem baju sekomplitnya.” Teriakku dari dalam kamar mandi sambil mengatur jantung yang masih berdegup.

  “Ya amplop, coba tadi belum pake handuk,” batinku cekikikan, aku nenutup mulutku khawatir tertawa terbahak-bahak mengingatnya hanya memakai handuk.

  “Tadi Lo bilang abang ama bonyok Lo pulang malem, tadi pas bangun tidur gue kebelet pipis banget, langsung buka pintu kamar mandi, eeehhh kejadian kaya tadi,” terangku sambil mengeringkan rambut.

  “Namanya juga prediksi, gue mana tau abang gue bakal pulang cepet.”

  “Ya udah gue pulang dulu ya, ntar nyokap gue nyariin, nyap nyap lagi kalo gue pulang telat,” ucapku, mengambil tas lalu keluar dari kamar dan kebetulan sang arjuna juga keluar kamar.

  Aku terdiam di depan pintu kamar melihat ke arah pintu sebelah yang juga terbuka.

  “Awass ... ngeces,” ucapnya melewatiku menuju meja makan. Dan spontan aku mengelap mulutku yang terdeteksi menganga.

  “Ihhhh... kenapa sih lo kaku banget,” ucap Irma. “Kaya baru liat cowo ganteng aja,”bisiknya lagi.

  Aku Cuma mengangguk-anggukan kepala.

  “Aduuhh.” Irma menoyor kepalaku.

  “Sadaaarrr,” ucapnya sambil melotot.

  Ohhh lord ada apa dengan ku. Secara Laras cewek paling tengil, paling populer, paling digilai cowok-cowok, kenapa dihadapan Mas Bagas jadi begini. Ups ... Pak Bagas maksudnya. Aku menutup mulutku dengan tangan agar suaraku tak terdengar.

  “Ras, makan dulu aja, sini,” ajak Irma yang sudah duduk di ruang makan, duduk bersebelahan bersama sang arjuna.

  “Eemmm... gue pulang aja deh Ma, Mas Bagas, eh Pak Bagas saya pulang dulu ya.” Aku sedikit grogi, menundukkan kepala.

  “Hhhm ....” tanpa menoleh atau melirik, boro-boro nawarin makan Pak Bagas hanya menjawab dengan gumaman.

  “Ati-ati ya, Ras,” ucap Irma, dia menunda makan, mengantarku hingga ke teras, melambaikan tangan ke arahku, lalu ku lajukan motor dengan perlahan.

 

Dari kaca sepion aku melihat Pak Bagas berdiri di belakang Irma menatap kepergianku, duh jantungku tetiba berkembang merekah bahagia. Apakah Pak Bagas ternyata diam-diam memperhatikanku?

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Siap Kak. di tunggu kelanjutannya. terimakasih sudah mau mengikuti cerita Laras.
goodnovel comment avatar
Nabil Faishal
Bagus Thor, lumayan lah, buat cuci otak ini biar nggak butek, baca yang kocak-kocak.
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Cinta itu Love   Bab 104

    Dewi menggeleng. "Mamih nggak izinin kamu bertemu Laras sampai kalian sama-sama bisa menjaga diri." Dewi berkata pelan tetapi tegas. "Mih, aku ...""Sudah Nak Excel. Sekarang pulang, lanjutkan study, jika kamu sudah siap menjaga Laras, mamih nggak akan menghalangi.""Mih, izinin, aku ketemu Laras sebentar."Dewi menggeleng. "Kalian sudah banyak menghabiskan waktu berdua." Dewi bangun dari duduk menuju pintu membuka lebar meminta Excel meninggalkan rumahnya. Excel mencium tangan Dewi. "Mih, akan aku buktikan aku bisa menjaga Laras di kemudian hari."Lelaki ini gegas meninggalkan rumah Laras dengan perasaan hampa dan terluka. Dia khawatir akan masa depannya dengan Laras. Tetapi setidaknya satu masalah selesai. Kini dia tak akan lagi memiliki kegelisahan yang harus di tutupi hingga menimbulkan masalah baru. "Mak." Laras keluar kamar menatap Dewi. "Mamih nggak habis pikir sama kamu, di beri kebebasan tapi berbu

  • Cinta itu Love   103

    Excel kembali masuk ke dalam kamar membaca pesan yang di kirim Niken. Lalu memesan makan. Hingga makanan yang dia pesan datang lelaki ini tak juga keluar kamar, dia sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Niken. "Bang." Laras melongok ke dalam kamar. "Kamu pesan makanan?" "Iya, udah datang ya. Ini bayar dulu." Excel mengambil kartu dari dompetnya menyerahkan pada Laras. Gadis ini mengambil kartu membayar makanan, lalu menata makanan di atas meja. "Wah Babang memang top banget, dia tau aja makanan kesukaan kita," ujar Irma. "Ras buruan panggil laki lo, jadi laper gue," ujar Alya. "Bang." Lagi Laras memanggil Excel. "Buruan keluar, di tungguin ama yang lain."Excel mengangguk, keluar dengan bergandengan tangan, lelaki ini menatap tiga perempuan di meja makan. Bibirnya tersungging. "Ya ampun, punya bini 4 begini asik kali, ya," pikir Excel. "Aduh, Yang. Kenapa nyubit." Excel meringi

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status