Beranda / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 3. Pertama Kenalan.

Share

Bab 3. Pertama Kenalan.

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 23:07:17

Irma masih terus membicarakan Excel, aku termenung mengingat kebodohanku waktu itu pertama kali bertemu dengan Exel, si lelaki datar yang ternyata begitu perhatian.

"Kamu telat juga?"tanyaku sok akrab pada lelaki berwajah jutek di sebelahku. Sepertinya kami sama-sama terlambat pagi ini.

Aku menarik lengan lelaki yang belum pernah aku lihat ini. "Lewat sini aja, biar nggak ketauan guru piket."

Lelaki itu hanya diam mengikuti langkahku. "Elo kelas berapa? Kok gue belum pernah liat elo ya?" tanyaku pelan juga sambil berjalan pelan agar tak terdeteksi guru piket.

Dia tak menjawab berondongan pertanyaanku, kami sampai di depan lorong, "Eh kenalin, Laras." Aku menjulurkan tangan, di sambut olehnya, walau wajahnya tetap datar.

"Axel," ucap lelaki berwajah jutek ini, yang kini sedang menjabat tanganku. Senyumku canggung menatap matanya. "itu muka apa tembok,  datar plus dingin banget," Aku hanya bisa membatin, netraku mengerjap beberapa kali karna beradu pandang dengannya.

Aku grogi, tatapan lelaki ini begitu dalam. Gegas membalikkan badan hendak berlari kearah kelas, tetapi dia menarik tanganku, mendekapku erat, dan membekap mulut dengan tangan yang lain, lalu menyeretku ke balik tembok. Bola mataku membola, aku berusaha berontak tetapi tak berdaya tangannya begitu kuat merengkuh tubuh dan mulutku.

Dia mendekatkan wajahnya persis di depan wajahku, darahku mendesir, ini baru pertama kali aku berdekatan dengan lelaki seintim ini. Netraku melotot menatapnya, berusaha memohon agar dia tak menyakitiku. Sungguh aku menyesal mengajak bersembunyi tadi.

"Diam, ada guru piket, ke arah sini," bisiknya

Tubuhku yang tadi begitu ketakutan seketika melunglai, Exel merengkuh tubuhku yang sedikit limbung. Dadaku yang tadi bergemuruh hebat, kembali berdetak normal. Lelaki ini melepas tangan yang membekap mulutku.

"Apa-apan sih, minggir," racauku. Mendorong tubuh Exel, jantungku jumpalitan nggak karuan.

 

"Loh kok marah tadi kalo kamu nggak aku tarik, ketauan sama guru yang lagi keliling. Kamu mau lari keliling lapangan?"

"Au ah." Aku lari menuju kelas,  bersyukur guru kelasku belum masuk.

  “Ahhh, dari pada pusing mending turu,” batinku, setelah mengingat pertama bertemu lelaki tajir itu. Dan Irma masih serius dengan gamenya.

Lamat-lamat aku merasakan sesuatu yang tak tertahan.

  “Aduuhhhh.” Panggilan alam membangunkan mimpi indah. Aku langsung berlari keluar kamar, ke arah kamar mandi.

 

  Ceklek. Ku dorong pintu kamar mandi yang ternyata tak terkunci.

  Aahhh ... Teriakku nyaring. Aku berdiri mematung melihat penampakan di hadapanku. Tubuh tanpa busana tepat di depan pintu menatapku kaget.

  Byuuuurrr ....

  Aawww ... Teriakku lagi.

  “Ada apa teriak-teriak!” suara Irma mendekati kamar mandi.

  “Mesum, gak sopan,” ucap pria di hadapanku, dingin. Tubuh tegap dengan rambut basah yang masih menetes air ini melangkah keluar kamar mandi, lengannya menyenggol bahuku. Aroma maskulin menyeruak membuat bulu kudukku meremang.

  “Ada apa sih, Mas?” tanya Irma. Yang di tanya hanya menggedikkan bahu, melenggang ke kamar tak menjawab.

  “Ya ampun, elo basah begini,” ucap Irma lagi melihatku yang basah kuyup.

  Jebret ....

pintu kamar mandi ku tutup keras. Aku sudah tak tahan ingin mengeluarkan sesuatu yang tertahan sejak tadi.

  “Ma!! pinjem baju sekomplitnya.” Teriakku dari dalam kamar mandi sambil mengatur jantung yang masih berdegup.

  “Ya amplop, coba tadi belum pake handuk,” batinku cekikikan, aku nenutup mulutku khawatir tertawa terbahak-bahak mengingatnya hanya memakai handuk.

  “Tadi Lo bilang abang ama bonyok Lo pulang malem, tadi pas bangun tidur gue kebelet pipis banget, langsung buka pintu kamar mandi, eeehhh kejadian kaya tadi,” terangku sambil mengeringkan rambut.

  “Namanya juga prediksi, gue mana tau abang gue bakal pulang cepet.”

  “Ya udah gue pulang dulu ya, ntar nyokap gue nyariin, nyap nyap lagi kalo gue pulang telat,” ucapku, mengambil tas lalu keluar dari kamar dan kebetulan sang arjuna juga keluar kamar.

  Aku terdiam di depan pintu kamar melihat ke arah pintu sebelah yang juga terbuka.

  “Awass ... ngeces,” ucapnya melewatiku menuju meja makan. Dan spontan aku mengelap mulutku yang terdeteksi menganga.

  “Ihhhh... kenapa sih lo kaku banget,” ucap Irma. “Kaya baru liat cowo ganteng aja,”bisiknya lagi.

  Aku Cuma mengangguk-anggukan kepala.

  “Aduuhh.” Irma menoyor kepalaku.

  “Sadaaarrr,” ucapnya sambil melotot.

  Ohhh lord ada apa dengan ku. Secara Laras cewek paling tengil, paling populer, paling digilai cowok-cowok, kenapa dihadapan Mas Bagas jadi begini. Ups ... Pak Bagas maksudnya. Aku menutup mulutku dengan tangan agar suaraku tak terdengar.

  “Ras, makan dulu aja, sini,” ajak Irma yang sudah duduk di ruang makan, duduk bersebelahan bersama sang arjuna.

  “Eemmm... gue pulang aja deh Ma, Mas Bagas, eh Pak Bagas saya pulang dulu ya.” Aku sedikit grogi, menundukkan kepala.

  “Hhhm ....” tanpa menoleh atau melirik, boro-boro nawarin makan Pak Bagas hanya menjawab dengan gumaman.

  “Ati-ati ya, Ras,” ucap Irma, dia menunda makan, mengantarku hingga ke teras, melambaikan tangan ke arahku, lalu ku lajukan motor dengan perlahan.

 

Dari kaca sepion aku melihat Pak Bagas berdiri di belakang Irma menatap kepergianku, duh jantungku tetiba berkembang merekah bahagia. Apakah Pak Bagas ternyata diam-diam memperhatikanku?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Siap Kak. di tunggu kelanjutannya. terimakasih sudah mau mengikuti cerita Laras.
goodnovel comment avatar
Nabil Faishal
Bagus Thor, lumayan lah, buat cuci otak ini biar nggak butek, baca yang kocak-kocak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta itu Love   Bab 4. Semakin Marah.

    Tap, tap, tap .... Aku menaiki satu persatu anak tangga dengan semangat empat lima menuju perpustakaan. Terdengar suara bercakap-cakap di depan sana. Oohh ... Alya rupanya, tapi tunggu! sebentar! siapa gerangan lawan bicara Alya. “OMG, Pak Bagas,” gumamku, walau hati berdebar-debar grogi melihat wajah tampan Pak Bagas, tetap kulajukan kakiku mengarah pada keberadaan mereka. Terlihat mereka sedang tertawa. “Ooohh ternyata mudah ya Pak, dari semalam saya bingung soal ini!” ucap Alya sambil memberi senyum pepso**nt. “Pak." Ku anggukan kepala saat Pak Bagas menengok ke arahku. Tak pernah aku duga si dia yang selalu bermuka dingin di hadapanku ini memberikan senyum menawan. "Ya Allah." Aku seperti terhipnotis terus menatap ke arah Pak Bagas. Dan tiba-tiba, Gubrak. Aawww .... Pintu tak tau diri itu mencium wajah cantikku yang kini terasa kebas. Ternyata pintu di tutup sebelah. Ku usap-usap wajahku yang sakit. Terlihat Alya tersenyum mengejek, “Hati-hati, pintu jang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Cinta itu Love   Bab 5. Rem Mulut Blong.

    “Laras, setelah pulang sekolah kamu ke kantor ibu dulu ya.” Bu Ida guru BK sekolahku memanggil di depan kelas dengan suara mendayu-dayu merdu. Guru BK di sekolahku terkenal cantik mempesona. Suaranya lemah lembut, dandanannya selalu matching, siapapun yang masuk ke ruangannya akan keluar dengan wajah cerah, entah apa yang dilakukan di dalam karna ruangan tertutup rapat. Tok,tok,tok ... Ku ketuk pintu ruang kantor Bu Ida. “Silahkan masuk,” ucap suara di dalam dengan aksen ramah. Aku masuk dan terperanjat kaget, ku dapati Pak Bagas sudah duduk di kursi tersangka. Kepalanya menegok ke arahku, tatapannya tajam seperti menembus jantungku. “Silahkan duduk Laras,” ucap Bu Ida sopan. Guru BK yang satu ini memang lembut, cantik, sopan. Kalo aku disuruh menilai attitudenya aku kasih angka 9,9. Kenapa ga 100? Karna yang maha sempurna hanya milik Allah. Aku duduk di sebelah Pak Bagas yang terlihat santai. Hatiku dag dig dug tak karuan karna duduk bersebelahan dengan Arjunaku. Ku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Cinta itu Love   Bab 6. Dengan Siapa?

    "Aduhh ... Mati gue," Aku memejamkan mata, terlihat Irma tersenyum kikuk melihat expresiku. "Lagi ngobrol apa? Kaya rahasia?" tanya lelaki berperawakan tinggi ini. Menaruh bobot tubuh di sebelahku, juga menaruh sebuah novel di atas meja. Melihat cover novel incaranku ada di atas meja seketika netraku berbinar. "Akhirnya elo dapet juga ini buku Bang?" tanyaku sumringah. "Apa sih yang nggak bisa buat kamu," ucap Exel masih mode datar, di lihat dari expresinya sepertinya dia sedang tak baik-baik aja. "Siang jalan yuk," ajak Exel lagi. "Hayo!!" Irma menyahut sumringah ajakan Exel. Netranya berbinar menatap Excel Lelaki ini bangun dari duduk memasukkan tangan ke saku celana, berdiri menatapku. "Ajakin tuh Laras, kalo dia nggak ikut elo yang traktir gue." Dengan santai Exel meninggalkan kami. Irma hanya menatap Exel tanpa kata. "Apa maksudnya coba, kalo elo nggak ikut gue yang harus traktir dia!" Irma menatap punggung Exel dan aku bergantian. Aku terkikik melihat expre

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Cinta itu Love   Bab 7 Rindu.

    Hingga hari ini, setelah terakhir aku melihat Pak Bagas tempo hari, Lelaki tampan itu belum lagi mengajar di sekolah. Memang Pak Bagas hanya guru sementara, hanya menggantikan Pak Arif. Hari-hari ku galau, konsentrasiku buyar, aku merindukan Pak Bagas. Mungkin inilah sebabnya, Emak wanti-wanti dari dulu, anak-anaknya di larang pacaran sebelum memiliki pekerjaan mapan dan siap menuju pelaminan. Kata Emak kalo udah siap langsung nikah, gak usah pacar-pacaran, udah 'mah dosa, bisa bikin pikiran ga karuan, buang buang waktu. Nggak bosen Emak ngingetin anak-anaknya jangan pada pacaran. Maksud Emak, bikin pikiran nggak karuan, ini kali ya? yang aku rasakan sekarang. Dan ternyata perkataan emak bayak benernya. Sekarang di pikiranku cuma ada si Arjuna Bagaskara. Aku mengacak rambut frustasi. Mak, Emak kok top banget sih kalo nasehatin anak, gimana ini Mak, hati Laras kepincut guru ganteng, Laras kangen berat sama Pak Bagas, Mak. Hatiku mereog nggak karuan. "Ma, gue main ke rumah elo y

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Cinta itu Love   Bab 8 Curiga

    Bab 8“Gimana Laraass ... Sudah berhasil menaklukan Pak Bagas? “ tanya Alya di dekat telingaku saat aku sedang melamunkan pak Bagas di pembatas pagar.“Hhmmm ...." Aku bergumam, menatap bola mata Alya yang berbinar. "Dan elo, gimana? Sudah bisa menaklukan-nya?" tanyaku menaik turunkan alis.“Mungkin selangkah lagi,” ucapnya percaya diri.“Dan gue gak percaya,” jawabku. “Karna Pak Bagas sudah punya pacar.” Alyaa sedikit terperanjat mendengar ucapanku “Masa, gak tau?” ujarku lagi, dengan percaya diri, kini aku memasang wajah kemenangan."Apa sih yang Alya nggak tau tentang Pak Bagas??" Gadis di depanku melipat tangan di dada, senyumnya mencibir. Berusaha menetralkan keterkejutannya."Oh, ya?" "Hm ... Jadi kamu sudah siap kalah??" Alya berbicara pelan. Dari senyumnya terpancar aura kemenang. Bibirnya tersungnging sepertinya dia benar-benar akan mendapatkan Pak Bagas. Setelah mengatakan hal itu Alya berlalu dari hadapanku melenggang dengan angkuh, meninggalkan aku yang kini semakin g

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Cinta itu Love   Bab 9 Siapa Lagi?

    Bab 9 “Ikutin yu Ma,” ku tarik tangan Irma, dia masih asik makan ayam krispi kesukaannya. “Aduh ... ini belum abis, mubazir Laras!” Dia tak bergeming dari kursi. Netraku masih awas melihat ke arah mana Pak Bagas berjalan. “Nanti balik lagi,” ucapku, tapi Irma tak juga mengangkat bokong. Aku langsung beranjak dari duduk, mengikuti arah pergi Pak bagas, sedikit berlari karna lelaki pujaanku sudah tak terjangkau pandangan mata. Ku cari-cari keberadaannya tapi tak ku temukan. Aku berjalan lunglai ke arah Irma yang sudah mencuci tangan. “Siapa tadi ya, Ma? Anggun. Kayanya cantik deh mukanya. Maksud gue, gue pengen berpenampilan kaya gitu. Biasanya cowok-cowok modelan kaya abang elo itu sukanya cewe kaya gitu, “ ucapku antusias. “Tapi kita kan masih SMA, ntar elo dipanggil ukhti,” ucapnya sotoy. “Ya ga ada salahnya juga, ukhti-ukhti kan cantik-cantik dan anggun. Demi dapetin arjuna apa sih yang nggak,” ucap ku bersemangat. “Niat awal udah ga bagus.” Irma mencibir. “Biarin,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 10 Pilih yang Mana??

    Bab 10 “Ras bangun,” Emak menggoyang-goyang kakiku yang terlelap di kasur king size dengan buku berserakan. Ada pepatah mengatakan rumahku istanaku. Kalo pepatahku mengatakan, kamarku istanaku. “Uuuhhh,” ku renggangkan tangan ke atas dan menatap orang yang membangunkanku. “Kenapa Mak?” tanyaku, parau. “Itu ada Excel datang, ganteng pisan, bawa martabak kesukaan emak lagi, buruan keluar tapi solat isya dulu tadi kamu belom solat,” ucap emak sumringah, bibirnya klimis bekas menggigit martabak sepertinya. Excel yang ngapelin gue, kenapa emak yang girang banget ya, pikirku. “Iya Mak,” aku bangkit langsung menuju kamar mandi berwudhu dan melakukan ibadah kepada sang pencipta. “Niihh, Nak exel liat nih, ini laras waktu masih bayi, lucu yaa,” terdengar suara Emak menemani Exel di teras, entah sedang mengobrol apa. Aku dekati bangku Emak duduk, netraku membeliak melihat benda yang sedang ditunjukkan ke arah lawan bicaranya. “Ya ampun Mak,” aku langsung merebut foto memori ket

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 11

    “Exeeelll !” teriakku, saat melihat lelaki bertubuh jangkung itu melintas di depan kelasku.Seketika dia menoleh ke arahku.“Eehhhh ... Yayang Laras yang manggil.” Dia tersenyum sumringah.“Mau kemana? “ tanyaku.“Mau ke kantor dulu, nanti pulang sekolah tunggu gue dulu,” ucapnya terlihat terburu-buru menuju kantor entah ingin melakukan apa. Aku hanya mengangguk tak enak mengajaknya berbicara lebih lama.“Ma nanti pulang sekolah main duu yuk. Refresing sebelum ujian dimulai, “ ajakku pada Irma.“Hayo aja gue mah kalo diajakin,” ucapnya slowww.“Iyaaa ngerti gue, ntar kita ajak ATM aja, biar bisa seneng-seneng ga modal,” ucapku menaik turunkan alis.“Halahhh gue jadi obat nyamuk,” ucapnya. “Sebenernya loe itu mau ama abang gue apa sama Exel? tanya Irma, lagi.“Laahh Exel kan temenan doang,” ucapku.“Tapi dia suka sama elo Laraass, elo bego apa pura-pura bego,” tanya Irma sambil menoyor

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

  • Cinta itu Love   Bab 98

    Laras menarik tangan Excel yang sudah hampir berbalik. "Bang, jangan. Ayo kita pulang."Sampai di mobil Excel membuka dasbor mengambil surat nikah yang dia bawa-bawa. "Di sini dulu, aku mau masuk lagi sebentar," Excel berjalan cepat ke arah kasir, tak pedulikan panggilan Laras.Laras melihat Excel menunjukkan barang yang tadi di bawa pada emak-emak yang mengatainya gila. "Liat nih Bu, perempuan itu istri saya, saya mau beli kondom satu truk pun nggak masalah karna saya gunain sama istri saya." Excel Membuka surat nikah yang ada foto dirinya dan Laras. Menunjukkan pada ibu tersebut, pada kasir dan beberapa pengunjung yang tadi sempat menggunjingnya. Para pengunjung ada yang melihat buku itu sepintas ada yang memperhatikan seksama ini buku ASPAL bukan?? Sudah kan, saya hanya tak suka kalian menjelekkan istri saya, kenapa saya menikah muda karna dia dan keluarganya menjaga dirinya. Setelah itu Excel pergi dengan langkah lebar. Dia tak mau Laras di hina, sebab tadi Excel juga mend

  • Cinta itu Love   bab 97

    "Mpok, Bang Excel lagi ngapain?"Laras dan Excel mendongak berbarengan menatap Andi, Laras langsung merenggangkan duduk sedikit memberi jarak. Netra Andi berkilat penuh intrik, di kepalanya langsung berputar uang. "Nggak lagi ngapa-ngapain. Emang lagi ngapain?" Laras seperti ke gap berbuat mesum.Andi tak bicara hanya menatap Excel penuh Arti. Excel meraih dompet di saku celana. Mengambil beberapa lembar uang merahan. "Nih, buat top up ML."Senyum Andi merekah, tetapi belum uangnya sampai di tangannya, tangan Laras menghadang."Udah biarin, biar Andi seneng. Lagian uangku nggak berseri, masih banyak di bank di brangkas sama yang lagi mendekat."Lagi bibir Andi mengembang mendapatkan pembelaan. Kembali tangan Excel menyerahkan uang, Andi menerima lalu melenggang masuk kamar. "Anggap aja Andi buta Bang!!" "Sue banget lo Ndi, dasar pemeras!!!" teriak Laras. Excel mengangkat Laras ke dalam kamar. Tak ada suara dari Laras dan Excel, Andi penasaran, kepala bocah ini melongok ke luar

  • Cinta itu Love   Bab 96

    Excel mandi perlahan tanpa mengeluarkan suara kecuali suara gemericik air dari shower. Setalah selesai Excel keluar perlahan, tubuh hanya terlilit handuk itu sedikit mengigil.Ehem.suara deheman dari ruang tengah membuat Excel terperanjat."Pah," sapa Excel kikuk, udah mindik-mindik masih juga kepergok."Gini hari udah mandi, nggak sekalian aja mandinya sebelum subuh? nanti mau lagi." perkataan Dani membuat Excel tak dapat menelan air liurnya.Beruntung ruangan dalam keadaaan remang-remang jika terang benderang sudah di pastikan muka Excel sekarang seperti kepiting rebus. Sialnya begitu sudah sampe di depan pintu Gilang membuka pintu kamarnya. "Set gini hari lo mandi, Bro??" Gilang nyengir melihat tubuh Excel hanya terlilit handuk.Tanpa berniat menjawab Excel masuk ke dalam kamar Laras. Di lihat Laras sudah kembali tertidur lelap. "Dia tidur lagi, gue di jadiin tumbal."Excel memakai pakaian dan kembali memeluk Laras dari belakan, Laras membalikkan badan mengendus ceruk leher Ex

  • Cinta itu Love   Bab 95

    Laras duduk di depan televisi, menggonta gonti chanel, wajahnya di tekuk, suara Irma selalu menghiasi pendengarannya. "Kenapa Mpok BT banget?" Andi duduk di sebelah Laras. Laras tak menyahut, hanya terus menganti-ganti chanel."Mpok, mana bisa di lihat itu kalo di ganti terus." Andi memberengut. "Kenapa sih, Mpok!!" Andi meraih remote yang ada di tangan Laras, karna Laras tak berhenti menggonta ganti chanel. Laras menghela nafas, masuk ke dalam kamarnya. Andi hanya mentap kakaknya yang terlihat boring. Di dalam kamar Laras membaca lagi pesan yang di kirim Excel barusan. "Apa aku samperin ke sana ya??" Laras mulai berfikir. Gadis ini menelpon Irma. Meminta pendapatnya. Irma menyarankan lebih baik Laras menyusul. "Gue ke sana sama siapa, Ma?" "Laaahh katanya kemaren mau di jemput sama supirnya.""Iya, tapi gue males kalo di jemput sopir.""Terserah elo lah, elo emang kadang-kadang susah. Bandung itu jauh, ini udah malem, dan yang pasti kita belum bisa bawa mobil sendiri!!" seru

  • Cinta itu Love   Bab 94

    Hari ini Excel begitu bersemangat menyambut hari, hari ini hari terakhir dia di Bandung. Ternyata jika sudah di jalani semua terasa mudah dan gampang. Lelaki ini menatap pantulan dirinya di cermin. Semakin dewasa, pikirnya. Bibirnya tersinggung.Di langkahkan kaki keluar kamar, menuruni anak tangga, menuju meja makan. "Aa mau makan nasi atau roti." Wanita tua menyambutnya."Adanya apa, Mbu?"Dulu sesekali Excel di ajak Nata ke sini, wanita tua ini yang menunggui rumah ini, dan menyiapkan kebutuhan Excel."Nasi ada, roti juga Ada. Ambu masak ikan bakar. Bapak yang ambil di kolam belakang kemarin. Aa dulu suka banget kalo ambu masak ini.""Ya sudah itu saja." Excel duduk di depan meja makan. Lia-wanita tua ini mengambilkan nasi dan ikan yang tadi di maksud wanita tua ini. Excel menatap kursi kosong di sebelahnya. "Aku akan sekuat tenaga belajar dan mengembangkan usaha agar lebih berkibar dari sekarang, untuk menjadikan kamu ratu dan mendampingiku kemana pun aku pergi." Excel terus me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status