Home / Romansa / Cinta karena Balas Dendam / Mengenang Masa Lalu

Share

Mengenang Masa Lalu

Author: Mkarmila
last update Last Updated: 2022-01-17 20:03:53

Namun setelah satu persatu tetangga meninggalkan rumah, sekarang Ziya hanya ditemani oleh Bu Dewi. Sejak hari pertama Zoya meninggal, Bu Dewi selalu menginap di rumah Ziya.

“Bu, kalau mau pulang tidak apa! Kasihan Bapak kalau ditinggalkan terus,” ucap Ziya pada Bu Dewi.

Ziya sadar mungkin Bu Dewi ingin pulang tapi kasihan dengannya. Bagaimanapun Bu Dewi mempunyai suami yang harus diurus juga.

“Ibu gak tega harus meninggalkan kamu sendirian dengan Tegar,” jawab Bu Dewi cepat.

“Tidak masalah, Bu. Aku bisa menjaga Tegar dengan baik koq.”

Ziya meyakinkan Bu Dewi agar mau pulang karena dia sudah terlalu banyak merepotkan wanita paruh baya yang sudah baik  itu. 

“Ya sudah, nanti malam Ibu akan pulang tapi kamu janji kalau ada apa-apa langsung telepon Ibu ya?”

Ziya mengangguk dan tersenyum haru mendapat perhatian seperti itu, mungkin kalau orangtuanya masih ada akan melakukan hal yang sama.

Masih membekas diingatannya, kejadian setelah orang tuanya meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Seminggu kemudian ada orang dari pihak bank yang menyita rumah mereka beserta isinya. Ternyata tanpa sepengetahuan Ziya, sang Papa-Zain Wijaya telah menjaminkan rumah dan isinya untuk membayar hutang.

Mirisnya, ternyata Ziya baru mengetahui kalau perusahaan sang Papa sudah mengalami kebangkrutan. Seakan seperti direncanakan, perusahaan itu juga telah berpindah tangan ke orang lain. Terlebih rekan bisnisnya sang Papa yang mengambil alih. Sang Papa-Zain tidak pernah memberitahu Ziya karena tidak mau melibatkan anak gadisnya itu. Namun belum sempat Sang Papa-Zain menceritakan yang sebenarnya pada Ziya, nyawanya sudah tidak terselamatkan karena kecelakaan. Saat itu mobilnya yang dikemudikan dengan sang Mama bertabrakan dengan trailer, perjalanan pulang dari bertemu dengan klien.

Semua kejadian yang menimpa sang Papa telah dijelaskan oleh pengacara keluarga.

“Maaf, Mbk Ziya dan Zoya. Pak Zain Wijaya tidak meninggalkan harta untuk kedua putrinya karena beliau sebenarnya ingin menyelesaikan semua permasalahan hutang itu sebelum menceritakan kepada kedua putrinya.” Pak Dirman yang dikenal Ziya sebagai pengacara Papanya itu mengatakan dengan jelas.

Kala itu Ziya tidak paham tentang semuanya hanya bisa menerimanya tanpa protes, toh tidak ada lagi yang harus dipertahankan menurut sang pengacara. Meskipun begitu Ziya tidak akan menyalahkan kedua orang tuanya itu, yang sudah membesarkannya dengan kasih sayang dan kemewahan.

Ziya tidak punya keluarga lain, karena Papa dan Mamanya adalah sama-sama anak tunggal. Hanya Zoya saudara satu-satunya Ziya. Namun sang Kakak itu sudah bersuami yang pergerakannya selalu dibatasi apalagi hubungan dengan mertuanya tidak terlalu baik.

Zoya ingin membawa Ziya untuk tinggal bersamanya. Namun Ziya menolak karena tidak ingin menambah beban sang Kakak. Sebelumnya Zoya selalu curhat dengan Ziya mengenai rumah tangganya. Soal mertuanya yang selalu meminta cucu dan perlakukan Kienan yang akhir-akhir ini kurang baik. Suami Zoya menjadi sangat urig-uringan karena dilema harus memilih istrinya atau kedua orang tuannya yang menginginkan untuk bercerai karena dianggap Zoya tidak bisa memberikan keturunan.

Ziya keluar dari rumah hanya dengan membawa beberapa baju saja. Semua rekeningnya sudah diblokir oleh bank sebelum sempat dia menariknya. Di tangan Ziya ada uang cash satu juta rupiah dan itu pemberian sang pengacara. Padahal Ziya sudah menolak akan tetapi pria yang sebaya dengan Papanya itu memaksa untuk Ziya bawa uang tersebut. Akhirnya, Ziya juga tidak munafik karena ia juga sedang butuh uang. Setelah itu Ziya langsung mencari kos-an dan dan berniat mencari pekerjaan.

Ziya terpuruk, setelah kehilangan kedua orang tuanya setelah itu kehilangan kemewahannya. Mungkin banyak orang yang prihatin dengan kejadian yang menimpah Ziya, tapi dia tidak mau dikasihani. Dalam hati dia sudah berjanji akan bangkit lagi dari keterpurukannya.

Mengingat semua kejadian masa lalunya, tak terasa airmatanya luruh juga. Saat tersadar, buru-buru dia menghapusnya karena dia akan menjadi gadis kuat agar bisa menjalani kehidupan selanjutnya.

***

Malam ini di rumah kontrakan itu hanya Ziya dan keponakannya itu, mereka berada di dalam kamar. Masih teringat jelas kebersamaan dengan Zoya di kamar ini. Tak terasa kesedihannya kembali hadir, tetesan bening meluncur begitu saja tanpa bisa ditahan.

“Kak, bagaimana aku harus menjalani hidup ini selanjutnya tanpa kamu?” gumam Ziya sambil memandangi foto Zoya yang ada di nakas sebelah ranjang.

Memikirkan nasib Kakak yang semasa hidupnya sudah menderita, dipaksa bercerai, tidak dianggap oleh Mertua dan hamil tanpa hadirnya seorang suami dan meninggal tanpa bisa melihat buah hatinya. Perlahan Ziya mengusap airmatanya.

“Aku tidak mau menangisimu lagi, Kak. Kamu sudah menderita di dunia ini, semoga kamu bahagia di sana!” tutur Ziya dengan senyum yang dipaksakan. Dia tahu senyuman itu hanya di bibir saja namun hatinya menjerit kesakitan.

Zoya sengaja menjauh dari orang-orang yang berhubungan dengan mantan suaminya termasuk menyembunyikan kehamilannya. Biarkan dia dianggap buruk oleh mereka sedangkan ada anak yang akan menemaninya nanti. Maka dari itu Zoya mengajak Ziya tinggal di kontrakan setelah bercerai dari suaminya. Ziya yang awalnya tinggal di kos-an akhirnya menyetujui usulan Zoya.

Buat Zoya, Kienan Moreno yang statusnya telah menjadi mantan suaminya itu tidak lebih dari seorang pengecut. Dia rela menuruti keinginan orangtuanya, menceraikan Zoya dan menganggap istrinya itu mandul karena sudah 3 tahun menikah belum juga dikarunia anak.

Zoya sudah bersedia untuk mengikuti pemeriksaan ke Dokter atas keinginan sang Mertua. Membuktikan siapa yang bermasalah diantara dirinya atau suaminya. Namun Kienan tidak pernah mau untuk pergi ke Dokter, lelaki itu ketakutan sendiri kalau ternyata nanti dirinya yang bermasalah.

Perlahan mata Ziya mulai mengantuk dan tanpa sengaja dia sudah tertidur dengan mendekap keponakannya itu tidur dengan lelap.

Ziya terbangun oleh suara adzan Subuh. Sedikit mengeliat kemudian memandang bayi yang masih terlelap. Semalaman Tegar tidak rewel mungkin kebetulan juga Ziya tidur dengan pulas. Mumpung Tegar belum bangun, Ziya segera menuju kamar mandi. Setelah memastikan memberikan bantal dan guling di pinggir ranjang agar bayi itu kalau jatuh masih ada bantal atau guling di bawahnya. Meski kemungkinan jatuh sangat kecil karena dia masih bayi, ruang geraknya masih belum banyak dan besar.

Akhirnya Ziya dapat menyelesaikan sholatnya tanpa ada gangguan.

Tok ... tok ... tok ...

Terdengar ketukan pintu.

“Iya,” jawab Ziya dari dalam.

Ziya dapat menebak siapa yang mengetuk pintu itu, kalau bukan Bu Dewi.

Ternyata dugaannya benar, wanita paruh baya itu terlampau baik padanya hingga masih Subuh saja sudah datang ke rumahnya.

“Kamu sudah sholat?” tanya Bu Dewi ketika pintu sudah di buka oleh Ziya.

“Sudah barusan,” jawab Ziya singkat seraya mengangguk.

“Ya sudah. Kamu kalau mau ngerjakan yang lain, biar Ibu yang nungguin Tegar!”

Tanpa menunggu jawaban Ziya, Bu Dewi langsung nyelonong masuk ke kamar dan duduk di samping bayi tampan yang mulai terusik.

“Semalam apa rewel? Kamu apa bisa tidur?” rentetan pertanyaan Bu Dewi terdengar di indra pendengaran Ziya.

Bersambung.......

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta karena Balas Dendam   87. Benci dan Cinta (END)

    “Ini surat wasiat yang saya bilang sama kamu, Ziya,” Pak Dirman memberikan map berwarna coklat di hadapan Ziya.“Isinya apa, Pak?”“Bukalah dulu, nanti kalau ada yang tidak jelas saya jelaskan!” perintah Pak Dirman.Ziya menoleh ke arah Kienan dan mendapatkan anggukan pelan dari suaminya tersebut. Gadis itu mulai membuka dan membaca dengan detail lalu tiba-tiba menutup mulutnya karena kaget. Kienan yang mulai binggung mengambil alih map tersebut. Setelahnya tersenyum tipis.“Kamu, koq gak kaget, Mas?”“Saya dan Pak Kienan sudah tahu penyebab Pak Zain melakukan itu,” sindir Pak Dirman dengan tersenyum.Ziya menatap aneh pada suaminya itu seakan meminta penjelasan.“Ziya, biar saya jelaskan saja!” ucap Pak Dirman yang langsung mengalihkan atensi Ziya.Lalu Pak Dirman mulai menjelaskan yang seperti dijelaskan suami tadi malam. Ziya mengangguk-anggukan kepalany

  • Cinta karena Balas Dendam   86. Istri Yang Manja

    Sesuai pembicaraan dengan Kienan, Ziya akan mendatangi tempat mantan pengacara sang Papa. Sekedar ingin mengetahui apa yang belum dia tahu. Kienan sebenarnya akan ikut mengantarkan istrinya itu, namun karena ada meeting yang tidak bisa ditunda akhirnya Ziya batal pergi.“Mas, aku berangkat sendiri bisa koq!” rengek Ziya pada sambungan telepon pada Kienan. Rasa penasaran sudah membuncah begitu tahu suaminya membatalkannya dia sangat kecewa.“Mas, bilang jangan ya jangan. Kamu bandel amat sih!” jawab Kienan dengan sedikit teriak karena Ziya membantah ucapannya.“Mas, ih ... jahat banget sampai bentak-bentak aku. Ya sudah nanti kamu tidur di kamar tamu saja, aku lagi males ketemu kamu!” putus Ziya hendak menutup ponselnya.“Iya, iya deh!” sela Kienan cepat yang membuat Ziya menyungingkan senyum.“Kenapa? Takut ya, tidur sendiri,” cibir Ziya sembari tertawa terbahak.Kienan tidak menjaw

  • Cinta karena Balas Dendam   85. Ziya Pemuas Kienan

    Ternyata tanpa disadari, waktu sudah menjelang Subuh mereka baru menyelesaikan acara mandinya. Yang pada akhirnya tidak tidur karena menunggu sholat Subuh sekalian. Kedua pasangan suami istri itu memanfaatkan waktu yang ada itu untuk mengobrol, duduk di atas ranjang sembari menyandarkan punggungnya.“Mas ...”“Hm.”“Memang sejak kapan kamu tahu kalau Kak Zoya selingkuh?” tanya Ziya tiba-tiba karena dia penasaran akan hal itu.Kienan menghela napas panjang, sebenarnya dia telah menutup masalah itu tapi kalau melihat Ziya seperti itu pasti dia tidak akan berhenti bertanya. Masih bertahan dengan diam membuat Ziya menoleh untuk melihat wajahnya.“Mas, koq gak dijawab sih?” tutur Ziya ketus sambil memalingkan wajahnya menjauh dari Kienan.Kienan memiringkan posisi duduknya agar bisa melihat wajah Ziya yang kesal itu. Sambil tersenyum pria itu berkata. “ Sebenarnya, sudah Mas tutup masalah itu,

  • Cinta karena Balas Dendam   84. Menuntaskan Rasa

    Ziya beranjak turun dari atas meja tapi Kienan menahannya. “Hey, mau ke mana?” tanyanya dengan alis mengerut.“Mau bersihin beling itu, Mas.”“Udah, gak usah. Mas saja kamu makan saja,” ucap Kienan seraya menekan bahu Ziya untuk duduk kembali di bangku yang sudah dia siapkan.“Ta-”“Duduk atau kita lanjutan yang tadi di sini sekarang?” ancam Kienan tidak memberi kesempatan Ziya untuk menyelesaikan ucapannya.Ziya menghela napas lalu menuruti ucapan suaminya itu. Mulai menyendokkan nasi dan lauk sedangkan Kienan mulai mencari keberadaan alat kebersihan untuk membersihkan pecahan gelas itu.Kienan pasti tidak akan membiarkan Ziya melakukan pekerjaan itu karena sebentar lagi istrinya itu akan memberi kepuasan padanya. Lelaki itu sampai tersenyum sendiri mengingat kejadian yang sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Terlalu bersemangat ketika mendapatkan lampu hijau dari Ziya.Z

  • Cinta karena Balas Dendam   83. Bercinta Dengan Tembok

    “Masuk, yuk!” ajak Kienan setelah mengurai pelukannya. Ziya memluk lengan suaminya itu mengikuti langkah Kienan untuk masuk dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Namun di sela-sela perjalananya Ziya masih belum puas karena belum mendapatkan jawaban dari suaminya.“Mas ....”“Hmm.”“Maaf,” ucap Ziya dan menghentikan langkahnya ketika di depan pintu kamar.Kienan terlihat acuh dan tidak membahas permintaan maaf istrinya. “Mas, mandi dulu ya. Nanti bicara lagi,” sahut Kienan sambil menutup mulutnya setelah menguap. Rupanya rasa ngantuknya kembali datang.Sampai di dalam kamar, Kienan langsung masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Ziya menuju lemari untuk mengambilkan baju tidur Kienan. Dia sengaja mengambil piyama yang sama dengan dirinya. Senyum mengembang dari bibirnya tidak sabar melihat Kienan mengenakan piyama couple dengannya.Setelah hampir sepuluh menit, pintu kamar mandi

  • Cinta karena Balas Dendam   82. Menghindari Ziya (II)

    Saat ini Ziya hanya menemani Tegar saja hingga kebosanan menderanya. Namun karena ada Mbak Lastri juga menemaninya, jadi tidak terasa sekali.Sambil menunggui Tegar yang sedang rebahan di lantai beralaskan karpet, Ziya dan Mbak Lastri saling bercerita. Tentang banyak hal. Dari masa kecil Mbak Lastri, kehidupannya di kampung dan sejak bekerja di rumah ini.Sedangkan Kiara sedang ada di luar rumah karena ada pertemuan dengan teman-temannya. Teman yang bagaimana juga Ziya tidak paham.Mbak Lastri mulai bercerita saat Ziya meninggalkan akad nikah waktu itu. Bagaimana perasaan dan semua kesedihan Kiara karena Lastri juga ikut menunggui di rumah sakit, apalagi saat Dokter berkata kalau detak jantung Kienan sempat menghilang. Kiara seperti orang gila yang tidak ingin kehilangan putranya.Seminggu setelah Kienan dinyatakan sehat dan keluar rumah sakit, masalah datang lagi di perusahaannya yang mengakibatkan Kienan harus masuk di ruang ICU lagi. Setahu Lastri masa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status