Share

Siapa gadis itu?

Author: R. Aliyah
last update Last Updated: 2022-06-06 16:26:40

Pagi hari semua penghuni pondok sibuk dengan aktivitas belajarnya begitupun dengan Rey dan Claudya. Disaat itu lah Jona melihat Claudya.

Karena Claudya sudah berhijrah dan sudah lama melupakan peristiwa yang merubah seluruh hidupnya. Ia juga sudah melupakan pelaku pembunuh sang Ayah. Tapi tidak dengan Jona. Ia masih ingat betul dengan gadis yang ia lihat di ruang persidangan waktu itu. Jona meyakinkan diri jika benar dia adalah gadis yang sama. Hal itu membuat ia penasaran. Ia pun bertanya pada salah satu pengurus pondok pesantren.

"Assalamualaikum ustaz, maaf boleh saya bertanya?"

"Waalaikumsalam, iya silahkan."

"Siapa gadis itu? Kenapa dia bisa keluar masuk ke rumah Umi Nissa."

"Oh, itu Claudya, anak angkat ustaz Yusuf dan Umi Nissa. Memangnya kenapa? Kamu kenal?" ustaz Reza balik bertanya.

"Ah, tidak ustaz hanya seperti pernah melihatnya saja," jawab Jona dengan kikuk.

"Apa dia sudah lama di pesantren ini?"

"Hayooo, kenapa nanya-nanya? Mas suka sama Claudya?" ustaz Reza menggoda Jona.

"E-e tidak ustaz cuma penasaran saja," jawab Jona gugup sambil menggaruk tengkuk leher yang tak gatal.

Dengan wajah baru dan identitas baru, Jona yakin jika Claudya tidak akan mengenalinya.

"Kira-kira sudah tiga tahun ia berada di sini. Kasian Claudya, ia datang ke sini karena merasa terguncang. Ia kehilangan Ayahnya dalam semalam. Rumahnya disatroni para perampok. Ayah dan adiknya jadi korban perampokan. Alhamdulillah sang adik masih bisa diselamatkan. Tapi tidak dengan Ayahnya."

Jona terkejut dengan penjelasan ustaz Reza. Ia tak menyangka jika Claudya adalah kakak dari gadis yang ia tikam sekaligus anak dari seorang laki-laki yang ia bunuh.

Hati Jona terenyuh dan kembali merasakan sesak karena rasa bersalahnya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Seperti itu lah peribahasa yang menggambarkan Jona dan Claudya.

"Mas, mas Jo! Ada apa kok malah melamun?" tegur ustaz Reza yang ternyata mereka seumuran.

"Eh i-iya, ustaz, maaf. Saya hanya merasa kasian padanya," ucap Jona dengan jujur.

"Iya, Umi dan Abi Yusuf cukup lama membimbing Claudya hingga sekarang ini. Claudya gadis yang pendiam. Beberapa bulan belakangan ini Claudya sudah ceria dan mau berbaur dengan para santriwati," tutur ustaz Reza sambil menaikkan sorban yang merosot ke bahunya.

"Terima kasih, ustaz. Maaf sudah mengganggu."

"Sama-sama, Mas. Tidak apa-apa."

"Kalau gitu saya permisi mau ke kamar dulu." lanjutnya.

"Iya, silahkan!"

Di dalam kamar Jona melangkah ke lemari. Ia merogoh ke sela-sela bajunya untuk mengambil sebungkus rokok yang ia sembunyikan di sana. Di pesantren ini ada peraturan dilarang merokok untuk semua penghuni pondok tanpa terkecuali.

Jona pergi ke belakang asrama. Ia duduk di bawah pohon mangga yang cukup rindang. Tempat itu sudah menjadi tempat favorit Jona kala ia sedang ingin sendiri.

Jona mengeluarkan sebatang rokok yang ia sembunyikan di dalam kantong celana di balik kain sarung yang ia kenakan. Sebatang rokok ia secara perlahan dan menghembuskan asap ke udara. Benda yang berada di celah jarinya ia biarkan habis tertiup angin.

Jona terlihat makin frustasi setelah mendengar penjelasan tentang Claudya dari ustaz Reza. Kembali ia hisap rokok itu dan menghembuskan asap ke udara hingga menguar entah ke mana. Ia bertekad ingin melakukan pendekatan pada Claudya.

Pagi hari setelah sholat subuh umi Nissa menyuruh Claudya untuk berbelanja ke pasar.

"Ndok, Umi minta tolong boleh?" tanya umi Nissa ragu.

"Umi kok ngomong gitu, tentu aja boleh. Apa itu, Umi?"

"Claudya bisa kan pergi ke pasar? belanja kebutuhan dapur, untuk keperluan para santri. Mbok Ijah yang biasanya belanja, tapi beliau lagi sakit."

"Bisa dong, Umi. Jadi apa aja yang harus dibeli?" Claudya mengambil secarik kertas siap untuk mencatat.

"Ini daftar belanjanya." umi Nissa menyodorkan catatan belanjaan pada Claudya.

"Ini banyak banget, Umi! Gimana bawanya?" Claudya mengerutkan keningnya.

"Saya bisa antar, Umi." potong Jona yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.

"Eh, nak Jo, betul bisa antar Claudya belanja ke pasar?"

"Insya Allah bisa, Umi."

"Emang kamu bisa bawa mobil?"

"Jangankan bawa mobil, angkat mobil pun saya bisa ...." canda Jona.

Jona seperti orang yang mempunyai dua kepribadian. Di kala sendiri ia menjadi pendiam di kala bersama orang lain ia akan menjadi periang.

"Nak Jo bisa saja." umi Nissa menutup mulutnya menahan tawa.

"Tapi kalian tidak bisa pergi berdua saja. Nanti bisa menimbulkan fitnah. Nak Jona ajaklah temanmu untuk ikut dengan kalian ke pasar."

"Siap, Umi. Nanti saya ajak Rizal untuk ikut."

"Nah, sayang masalah terselesaikan. Nak Jo datang. Bagaikan datang tak dijemput pulang tak diantar."

"Eh, jelangkung dong saya. Umi bisa juga bercandanya." tawa Jona pecah.

Umi Nissa dan Jona saling pandang dan akhirnya tertawa bersama. Lain halnya dengan Claudya. Di dalam hati sebenarnya ia keberatan jika harus diantar oleh Jona. Pasalnya ia belum nyaman dengan orang yang belum ia kenal dekat.

"Ya udah, sekarang pergilah nanti kesiangan."

"Inggih, kami brangkat ya, Umi, Assalamualaikum."

Mereka bertiga berjalan ke tempat di mana mobil Claudya di parkirkan. Claudya menghembuskan nafasnya kasar. Ia kesal dengan ulah Jona.

"Kamu ngapain, sih, pake nawarin segala buat anterin aku? Kamu nguping, ya?" tuding Claudya.

"Gak, siapa juga yang nguping. Kebetulan aku lewat tak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Lagian kan aku cuma mau menawarkan jasa." bantah Rey.

Rizal yang mendengar pertikaian kecil antara Jona dan Claudya hanya bisa diam.

"Halah, sok baik kamu." Claudya membuang muka ke sisi yang lain.

"Aku kan memang cowok yang baik dan tidak sombong," ucap Jona dengan tertawa kecil.

Claudya mempercepat langkahnya. Ia tidak mau mendengar ocehan dari Jona. Claudya tidak mengenali pria yang baru saja ia ajak bicara. Karena penampilan Jona sangat berbeda. Pria itu teringat saat sebuah batu mendarat di pelipisnya. Itu karena ulah Claudya yang sangat membencinya. Bagaimana jika Claudya tahu siapa Jona sebenarnya.

"Claudya...tunggu, jutek amat jadi cewek. Nanti jauh jodohnya, looh."

Claudya melirik dengan tajam. Matanya mengisyaratkan untuk diam.

"Ayo, Zal, nanti si nyonya marah-marah lagi."

Jona dan Rizal juga mempercepat langkah mereka agar tak ketinggalan jauh dengan Claudya. Setibanya di mobil mereka berselisih lagi. Siapa yang akan menyetir mobil. Persis seperti kucing dan tikus yang tak pernah akur. Akhirnya Claudya pun mengalah dia duduk di samping Supir sedangkan Rizal duduk di belakang supir.

Di dalam mobil Jona curi-curi pandang dengan Claudya. Rizal berpikir jika Jona menyukai Claudya. Dan Jona juga tahu jika Claudya tidak menyukainya. Tapi ia tak akan pernah menyerah dan terus berusaha mendekati Claudya apapun yang terjadi.

Selama perjalanan ke pasar mereka hanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Jona mencoba mencairkan suasana dengan membuat lelucon berharap Claudya bisa tertawa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta sang Mantan Napi   Nasib Claudia.

    “Kurung dia di atas, dan awasi jangan ia kabur.” titah Erlangga pada anak buahnya yang membawa Claudya.Hahahahaha …!!! tawanya membahana di seluruh rumah.Ia tertawa puas setelah berhasil menangkap dan melukai suaminya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pikiran liar terus menari di kepalanya.Pria itu melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia sudah memerintahkan kepada ART nya untuk membersihkan Claudya.Senyum tak lepas dari bibir Erlangga. Ia masih membayangkan ia akan bergumul dengan Claudya sebentar lagi. Ia berendam dengan air hangat untuk bisa menaikkannya gairahnya.Lima belas menit kemudian ia keluar hanya menggunakan handuk. Dada bidangnya ia biarkan terekspos. Ia berjalan ke kamar di mana Claudya berada dengan menggenggam sebuah pil. Sebelum masuk Erlangga sudah meminta segelas air dan memasukkan pil tersebut.“Air … air … ,” lirih Claudya yang masih belum membuka kedua matanya.Tanpa pikir panjang Erlangga menuangkan se

  • Cinta sang Mantan Napi   Reza

    Sementara itu di rumah sakit. Rey segera dilarikan ke ruang operasi karena mengalami luka yang cukup serius di kepalanya. Riana mondar mandir di depan bersama Candra. Pandangannya selalu melihat ke arah lampu indikator ruang operasi menunggu dokter ke luar dari sana.“Siapa yang berani berbuat sekeji ini?” gumam Riana. Candra yang mendengar itu pun mendekati Riana.“Ri, sebenarnya sebelum kejadian ini tadi malam, Rey sudah cerita. Jika keluarganya sedang dalam bahaya. Teror selalu menghantui mereka setiap saat. Bahkan kemarin Claudya sempat hampir kehilangan nyawa jika tak di tolong oleh pengawalnya.”“Ya ampun, kenapa mereka tidak menceritakan hal seserius ini padaku.”“Mungkin mereka tidak mau membuatmu cemas, Ri.”“Jadi siapa yang melakukan hal serendah ini?” “Dari keterangan Rey, mereka adalah Erick dan Erlangga. Mantan kekasih dan lawan bisnis Claudya.”“Sudah ku duga, di dunia ini tidak ada yang sekeji Erick.”Setelah beberapa jam menunggu akhirnya lampu indikator pun padam. Se

  • Cinta sang Mantan Napi   pria bertopeng

    Mendengar kegaduhan dari dalam kamarnya. Jona berteriak memanggil semua pengawalnya. Tapi, nihil tak satu orang pun yang datang dan mendengar teriakannya. Rey pun bergegas mendorong kursi rodanya secepat yang ia bisa menuju ke arah kamarnya dan Claudya.Di sana terlihat beberapa orang tengah menyeret Claudya. Mereka semua bertopeng dan menggunakan pakaian serba hitam. Rey yang melihat itu tak tinggal diam.Walaupun dengan kekurangannya ia dengan sigap menarik baju salah satu orang bertopeng itu dari belakang. Lalu secara spontan melayangkan bogem mentah ke dagu pria itu hingga ia tersungkur. Sementara Claudya masih di bawa oleh pria bertopeng lainnya. Melewati halaman rumah untuk menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah megah itu. Claudya hanya bisa berteriak histeris dan meronta minta di lepaskanDia hanya bisa menangis mengingat tubuhnya masih lemah karena kejadian yang menimpanya kemarin. Jona segera menyusul mereka, dan …BUUUK!!! Seseorang memukul kepala Jona dar

  • Cinta sang Mantan Napi   Kaki palsu

    Keadaan Claudya tidak sedang baik-baik saja. Wanita itu pingsan sesaat mereka masuk ke dalam mobil. Setelah terbebas dari para penyerang itu sinyal komunikasi kembali normal. Alex pun segera menghubungi Jona.pria sangat panik begitu mendengar kabar Alex. Ia segera menghubungi dokter untuk segera datang ke rumah. Jona tak ingin mengambil resiko jika membawa Claudya ke rumah sakit umum.Sesampainya di rumah, dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Claudya ke dalam kamar yang sudah di tunggu oleh dokter.Alisha yang mendengar jika sang Ibu sudah pulang segera berlari menghampiri Claudya. Tapi, Jona mencegahnya untuk menemui Claudya. Ia tak ingin anaknya melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja itu.“Alisha sayang, malam ini Alisha tidur sama papa, ya! Mama sedang tidak enak badan. Biarkan mama istirahat dulu, ya!” ucap Jona seraya mengusap lembut kepala Alisha yang berada di pangkuannya.“Tapi, Pa ….” Alisha ingin protes sebelum Jona mendaratkan ciumannya di pipi

  • Cinta sang Mantan Napi   Penyerangan

    Di ruang rapat mereka semua berwajah tegang, pucat nan pias. Para dewan direksi sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Claudya memimpin jalannya rapat.“Bagaimana ini bisa terjadi, bu Claudya?” ucap salah satunya.“Saya sedang berusaha mencari tahu dan menyelesaikan masala ini secepatnya.” Jawab Claudya dengan tenang. “Jika kau tak becus mengurus perusahaan ini silahkan mundur dari jabatanmu dari sekarang.” Suasana begitu riuh di ruang rapat. Mereka saling berbisik-bisik. Sebenarnya ini baru pertama kalinya dalam kemimpinan Claudya mengalami hal seperti ini.“Aku berjanji jika masalah ini akan cepat teratasi. Dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Rapat selesai. Permisi!”Claudya pulang bersama dua pengawalnya. Ia duduk di belakang supir. Claudya mengotak-atik ponselnya guna mencari makanan yang enak untuk dibawa pulang.“Hmm … , sebelum kita pulang mampir dulu ke --,” BRAAAK!Ucapan Claudya terpotong saat mobil mereka dihantam dengan keras dari belakang. Tubuh Claud

  • Cinta sang Mantan Napi   surat ancaman

    “Brengsek, kau Erlangga!” hardik Claudya sambil mengepalkan kedua tangannya.“Ia salah memilih orang, jika ingin bermain-main. Dia belum tahu siapa Claudya sebenarnya.” imbuhnya.“Tenang Claudya sayang, jangan mengotori tanganmu dengan hal yang membahayakan dirimu. Biar mas yang membereskan semuanya.” Jona menenangkan Claudya dengan memegang kedua pipinya.“Tapi, Mas,” protes Claudya“A … ,” belum sempat Claudya angkat bicara Jona lebih dulu melumat bibir Claudya agar ia berhenti protes.Ulah pria itu membuat Claudya sulit bernapas. Ia melepas pagutannya pada Claudya dan menatapnya dengan lekat. Jaraknya hanya beberapa inci saja sehingga Claudya bisa merasakan nafas Jona dan penciumannya mencium aroma maskulin suaminya itu.Mereka saling pandang dalam beberapa menit. Claudya mendorong kursi roda Jona menuju singgasana pembaringan. Claudya mengerti apa yang diinginkan suaminya itu.Mereka duduk di tepi ranjang. Melanjutkan aktivitas yang tertunda. Perlahan Jona membaringkan Claudya, ia

  • Cinta sang Mantan Napi   Ulah Erlangga

    Semua orang terdiam. Mereka merasa bersalah. Dalam hal ini Hanah lah yang paling merasakan itu.“Sudahlah, sayang. Di acara bahagia ini kita gak usah bersedih-sedih. Lihat semua orang jadi bersedih dan merasa bersalah. Dan lihat juga itu Riana.” bisik Jona membesarkan hati istrinya. Ia mencoba membujuk Claudya sambil menunjuk Riana dengan dagunya.“Apa kamu juga tahu? Jika Riana juga menyukai Furqon? Berbesar hatilah, sayang. Mas tahu kalo kamu wanita yang tangguh.”Claudya memandangi wajah suaminya. Dan memandangi semua orang satu persatu. Ia juga jadi merasa bersalah membuat orang-orang yang menyayanginya ikut bersedih.Claudya menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia mencoba mengontrol emosinya yang labil akhir-akhir ini.“Jadi Furqon, apa kamu udah mempersiapkan cincinnya?” tanya Claudya pada Furqon guna mencairkan suasana.Semua orang terpana dengan pertanyaan yang di lontarkan Claudya pada Furqon. Senyum menghiasi wajah-wajah mereka yang tadinya sendu.Furqon mengangkat wajahnya

  • Cinta sang Mantan Napi   Lamaran Riana

    Rapat berjalan cukup panas dan alot. Namun, pada akhirnya tender jatuh ke tangan Claudya. Erlangga murka pada Claudya. Ia tak terima jika harus kalah oleh seorang wanita. Ia akan membalas kekalahannya pada Claudya apapun resikonya."Ingat, ini belum berakhir, kamu jangan senang dulu," ujar Erlangga sesaat sebelum meninggalkan ruang rapat."Apa maksudnya itu, Bu?" tanya Lisa setelah Erlangga menghilang di balik pintu."Entahlah, udah gak perlu dipikirin. Ayo, kita pulang," ajak Claudya seraya melangkah menuju parkiran hotel.Dalam perjalanan menuju kantor Claudya menghubungi Jona untuk memastikan jika Alisha tiba di rumah dengan selamat."Hallo, assalamualaikum, Mas," salam Claudya sesaat setelah Jona mengangkat teleponnya."Wa'alaikum salam, sayang," jawab Jonq singkat."Mas, apa Alisha udah pulang? Di mana dia sekarang?" cerca Claudya yang tak sabar ingin mendengar suara anaknya."Tenang, sayang. Alisha lagi main-main, tuh di taman belakang sama Bi Sum.""Syukur kalo gitu. Oya, Mas k

  • Cinta sang Mantan Napi   Nyaris celaka

    “ya, kalo kamu memang yakin. Tapi, Mas mau tetap rumah kita dijaga oleh beberapa bodygard walaupun bukan dari pihak kepolisian. Mas gak mau ambil resiko. Mas gak mau peristiwa penculikan kamu itu terulang lagi. Terlebih lagi sekarang kita punya Alisha.” “Ok, nanti biar ku cari jasa pengamanan yang cukup mumpuni, Mas. Udah dulu ya, Assalamu’alaikum.” Claudya memutus sambungan telponnya.“Bun, itu sekolah Alisha udah keliatan,” celetuk Alisha sembari menunjuk ke depan dengan jari mungilnya.“Eh, anak Bunda pinter, udah tau letak sekolahnya.” puji Claudya seraya tangan kirinya membelai lembut pipi Alisha yang gembul.Mobil parkir tepat di depan sekolah PAUD ANNISA tempat Alisha bersekolah. Claudya dan Alisha turun dari mobil secara bersamaan. Pasangan Ibu dan anak itu berjalan beriringan dengan bergandeng tangan melangkah menuju ruang kelas bersama dengan para orang tua lainnya.Mobil yang membuntuti Claudya sejak ke luar rumahpun ikut berhenti. Ia mengabadikan setiap momen Claudya di s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status