Share

Guru bela diri

Author: R. Aliyah
last update Last Updated: 2022-06-06 16:09:17

Mobil melaju di pekatnya malam dengan perlahan karena jalan perkampungan itu cukup banyak yang berlubang sehingga mobil tidak bisa jalan dengan mulus.

"Terima kasih, Nathan. Kamu udah mau bantu aku."

"Santai saja, Brother."

"Sekarang, kita mau ke mana, Nat?"

"Kamu harus ikut denganku dan harus menuruti perkataan ku jika kamu ingin menebus semua kesalahanmu."

Beberapa tahun Rey berada di negeri bambu. Dengan bantuan Nathan Rey merubah wajah dan identitasnya demi menebus semua kesalahan yang sudah ia perbuat.

Kini ia berganti nama menjadi Jonathan Kendrick. Seorang CEO dari perusahaan GOLDEN STAR. Milik keluarga Kendrick. Ia di angkat menjadi CEO sekaligus kakak dari Nathan Kendrick.

Keluarga Nathan juga sangat berterima kasih pada Jona atas semua kebaikan yang ia lakukan pada Nathan.

Jona sangat cepat beradaptasi dan belajar dengan semua yang sudah diajarkan padanya.

sungguh pencapaian yang luar biasa bagi seorang Reynaldi Pratama seorang mantan napi menjadi Jonathan Kendrick seorang CEO perusahan besar.

Jonathan ingin pulang ke Indonesia dengan meninggalkan semua yang sudah ia peroleh dari Nathan. Suatu saat ia akan kembali memimpin perusahaan jika urusannya sudah selesai dengan keluarga pak Burhan.

Rey sudah mencari informasi tentang Claudya kalau dia akan pergi ke sebuah pondok pesantren di jawa timur. Sebuah kebetulan yang besar.

Dengan menaiki bus jurusan jombang jawa timur Jona memantapkan langkah menuju jalan yang diridhoi Allah. Butuh beberapa jam untuk sampai di sana. Di dalam bus Jona sebangku dengan seorang gadis yang badannya cukup berisi.

"Maaf permisi, mbak, ini bangku saya. Bisa mbaknya geser ke sana?"

"Mbak, mbak! Emang aku mbak mu opo?" geram si gadis.

"Eh, maaf, geser? Mas aja yang di sana! Aku gak mau duduk di situ." lanjut gadis itu.

Karena tak mau ribut akhirnya Jona pun mengalah.Si gadis bangkit dari duduknya untuk membuka jalan. Tempat duduk sempit serta suara dengkuran yang sangat mengganggu membuat Jona tak bisa memejamkan mata meski sangat mengantuk. Perjalanan masih cukup jauh, tapi ia sudah merasa seluruh tubuhnya kaku karna sulit untuk bergerak.

Jona pun memutuskan pindah tempat duduk di samping supir. Sepanjang perjalanan sang kernet dan supir mengajaknya bercerita. Hal itu membuat Jona tidak merasa kesepian.

Sepuluh jam sudah ia lalui , sebentar lagi sampai di tempat tujuan. Jona bersiap-siap dengan barang bawaannya. Di ujung jalan sudah terlihat gerbang pesantren. Ia memberitahu sang supir untuk berhenti tepat di depan gerbang. Kini di hadapannya terpampang gapura bertuliskan pesantren Darul Ulum.

Kita tidak bisa melawan takdir dan kehendak yang maha kuasa. Tanpa mereka sadari Allah mempertemukan Jona dan Claudya di pondok pesantren tempat mereka memperdalam ilmu agama.

Sebelum masuk Jona menelepon ustaz Sobri. Ustaz yang akan membimbingnya selama di pondok pesantren ini. Ustaz itu juga yang sebelumnya sudah Jona hubungi untuk menjadi santri.

"Assalamualaikum, Ustaz. Saya sudah sampai di depan gerbang pesantren," ucap Jona sambil mengusap wajahnya dengan selembar tissu. Karena cuaca siang itu cukup terik.

"W*'alaikumsalam, oh iya, nak Jo tunggu saja di situ nanti akan ada santri yang akan menjemput nak Jona."

"Ok, Ustaz. Saya tunggu."

'Tak berselang lama datang seorang santri.'

"Assalamualaikum, mas Jo, ya? Saya Rizal utusan ustaz Sobri." ia memperkenalkan diri.

"Iya, saya Jo." balas Jo sambil mengangkat ransel ke bahunya.

"Ayo mas ikut saya."

"Ini kamar kita mas, kita akan jadi teman sekamar." Rizal menunjukkan kamar yang akan Jona tinggali.

Jona menatap seluruh bangunan yang ada di sana. Bangunan yang cukup luas dengan fasilitas lengkap. Pemandangan dan udara yang masih sejuk tanpa banyak polusi membuat siapapun akan merasa nyaman berada di sana.

Selama di pondok Jona tinggal sekamar dengan para santri. Tidak ada perbedaan, semua sama dalam menuntut ilmu.

"Silahkan beristirahat, Mas. Nanti ba'da maghrib ada kultum di masjid. Mas harus cepat ke sana ya!"

"Iya, Terima kasih, Rizal, nanti mas cepat datang ke masjid."

Adzan maghrib berkumandang. Memanggil umat muslim untuk segera menghadap sang khalik. Semua penghuni pondok beramai-ramai datang ke masjid untuk melaksanakan solat maghrib berjamaah.

Jona mengenakan kain sarung dan baju koko berwarna putih itu terlihat tampan dan berkharisma. Orang tidak akan menyangka jika ia adalah Reynaldi seorang mantan napi yang berubah menjadi Jonathan Kendrick.

Dari informasi yang ia dapat jika salah anak pak Burhan berada di pesantren ini. Oleh karena itu Jona menyamar sebagai santri guna mendekati Claudya anak pak Burhan.

"Assalamualaikum ustaz Sobri," sapa Jona ketika hendak melewatinya.

"W*'alaikumsalam, oh, nak Jo. Gimana sudah cukup istirahatnya?" tanya ustaz Sobri.

"Alhamdulillah sudah lebih baik. Terima kasih dan mohon bimbingannya, Ustaz."

"Insya Allah, nak Jo. Mari kita solat dulu ada banyak hal yang musti saya sampaikan."

Jona menganggukkan kepalanya dan mempercepat langkahnya menuju masjid. Setelah solat dan mendengarkan kultum Jona menemui ustaz Sobri di shaf barisan depan.

"Assalamualaikum, Ustaz. Ada perlu apa, Ya?"

"Mas Jona bisa bela diri?"

"Dari mana ustaz tahu, kalau saya bisa bela diri?"

"Dari gestur tubuh mas Jo?"

"Maaf memangnya kenapa, ustaz?"

"Mas Jo bisa menjadi guru buat para santri? Sebagai pelajaran ekstrakulikuler di pesantren ini."

Jona tidak bisa langsung menjawab permintaan ustaz Sobri. Ia harus memikirkan hal itu karena misi dia masuk ke pesantren bukan untuk menjadi seorang pengajar. Ustaz Sobri mengerti dengan diamnya Jona.

"Mas Jo tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkanlah terlebih dahulu."

"Maaf, Ustaz, kalau gitu saya permisi dulu."

POV Rey.

Tepat pukul tiga dini hari Rizal sudah membangunkan ku. Hawa dingin menusuk tulang. Aku yang belum terbiasa bangun pagi jadi terasa berat membuka mata. Memang tidak bisa diajak kompromi, nih mata.

"Mas, mas bangun! Kita solat tahajud yuk! Yang lain udah di masjid." suara Rizal yang tak kalah dari toak masjid sambil menggoyangkan tubuh ku.

"Iya, Zal, iya mas bangun ini ...." jawabku dengan malas. Alih alih ke kamar mandi justru ku tarik kembali selimut menutupi seluruh tubuh yang kedinginan.

"Loh, kok malah selimutan lagi toh, Mas ... cepetan bangun ... Eh, ustaz Sobri. Assalamualaikum ustaz." Rizal mencoba menarik selimut yang sedang ku gunakan.

Ucapan Rizal berhasil membuat mataku terbuka sempurna. Mendadak hawa dingin menguar entah kemana.

"Hahahaha ... Makanya bangun ...!" tawa Rizal menggema. Itu membuatku kesal bukan main. Baru satu hari di sini udah dikerjain sama bocah. Tanpa pikir panjang langsung cepat-cepat membersihkan diri trus pergi ke masjid sebelum ustaz Sobri beneran datang.

"Kampret, tuh anak, aku dikerjain. Dia tidak tahu siapa aku. Ku pites jadi kutu baru rasa." omelku sambil berjalan ke masjid.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta sang Mantan Napi   Nasib Claudia.

    “Kurung dia di atas, dan awasi jangan ia kabur.” titah Erlangga pada anak buahnya yang membawa Claudya.Hahahahaha …!!! tawanya membahana di seluruh rumah.Ia tertawa puas setelah berhasil menangkap dan melukai suaminya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pikiran liar terus menari di kepalanya.Pria itu melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia sudah memerintahkan kepada ART nya untuk membersihkan Claudya.Senyum tak lepas dari bibir Erlangga. Ia masih membayangkan ia akan bergumul dengan Claudya sebentar lagi. Ia berendam dengan air hangat untuk bisa menaikkannya gairahnya.Lima belas menit kemudian ia keluar hanya menggunakan handuk. Dada bidangnya ia biarkan terekspos. Ia berjalan ke kamar di mana Claudya berada dengan menggenggam sebuah pil. Sebelum masuk Erlangga sudah meminta segelas air dan memasukkan pil tersebut.“Air … air … ,” lirih Claudya yang masih belum membuka kedua matanya.Tanpa pikir panjang Erlangga menuangkan se

  • Cinta sang Mantan Napi   Reza

    Sementara itu di rumah sakit. Rey segera dilarikan ke ruang operasi karena mengalami luka yang cukup serius di kepalanya. Riana mondar mandir di depan bersama Candra. Pandangannya selalu melihat ke arah lampu indikator ruang operasi menunggu dokter ke luar dari sana.“Siapa yang berani berbuat sekeji ini?” gumam Riana. Candra yang mendengar itu pun mendekati Riana.“Ri, sebenarnya sebelum kejadian ini tadi malam, Rey sudah cerita. Jika keluarganya sedang dalam bahaya. Teror selalu menghantui mereka setiap saat. Bahkan kemarin Claudya sempat hampir kehilangan nyawa jika tak di tolong oleh pengawalnya.”“Ya ampun, kenapa mereka tidak menceritakan hal seserius ini padaku.”“Mungkin mereka tidak mau membuatmu cemas, Ri.”“Jadi siapa yang melakukan hal serendah ini?” “Dari keterangan Rey, mereka adalah Erick dan Erlangga. Mantan kekasih dan lawan bisnis Claudya.”“Sudah ku duga, di dunia ini tidak ada yang sekeji Erick.”Setelah beberapa jam menunggu akhirnya lampu indikator pun padam. Se

  • Cinta sang Mantan Napi   pria bertopeng

    Mendengar kegaduhan dari dalam kamarnya. Jona berteriak memanggil semua pengawalnya. Tapi, nihil tak satu orang pun yang datang dan mendengar teriakannya. Rey pun bergegas mendorong kursi rodanya secepat yang ia bisa menuju ke arah kamarnya dan Claudya.Di sana terlihat beberapa orang tengah menyeret Claudya. Mereka semua bertopeng dan menggunakan pakaian serba hitam. Rey yang melihat itu tak tinggal diam.Walaupun dengan kekurangannya ia dengan sigap menarik baju salah satu orang bertopeng itu dari belakang. Lalu secara spontan melayangkan bogem mentah ke dagu pria itu hingga ia tersungkur. Sementara Claudya masih di bawa oleh pria bertopeng lainnya. Melewati halaman rumah untuk menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah megah itu. Claudya hanya bisa berteriak histeris dan meronta minta di lepaskanDia hanya bisa menangis mengingat tubuhnya masih lemah karena kejadian yang menimpanya kemarin. Jona segera menyusul mereka, dan …BUUUK!!! Seseorang memukul kepala Jona dar

  • Cinta sang Mantan Napi   Kaki palsu

    Keadaan Claudya tidak sedang baik-baik saja. Wanita itu pingsan sesaat mereka masuk ke dalam mobil. Setelah terbebas dari para penyerang itu sinyal komunikasi kembali normal. Alex pun segera menghubungi Jona.pria sangat panik begitu mendengar kabar Alex. Ia segera menghubungi dokter untuk segera datang ke rumah. Jona tak ingin mengambil resiko jika membawa Claudya ke rumah sakit umum.Sesampainya di rumah, dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Claudya ke dalam kamar yang sudah di tunggu oleh dokter.Alisha yang mendengar jika sang Ibu sudah pulang segera berlari menghampiri Claudya. Tapi, Jona mencegahnya untuk menemui Claudya. Ia tak ingin anaknya melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja itu.“Alisha sayang, malam ini Alisha tidur sama papa, ya! Mama sedang tidak enak badan. Biarkan mama istirahat dulu, ya!” ucap Jona seraya mengusap lembut kepala Alisha yang berada di pangkuannya.“Tapi, Pa ….” Alisha ingin protes sebelum Jona mendaratkan ciumannya di pipi

  • Cinta sang Mantan Napi   Penyerangan

    Di ruang rapat mereka semua berwajah tegang, pucat nan pias. Para dewan direksi sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Claudya memimpin jalannya rapat.“Bagaimana ini bisa terjadi, bu Claudya?” ucap salah satunya.“Saya sedang berusaha mencari tahu dan menyelesaikan masala ini secepatnya.” Jawab Claudya dengan tenang. “Jika kau tak becus mengurus perusahaan ini silahkan mundur dari jabatanmu dari sekarang.” Suasana begitu riuh di ruang rapat. Mereka saling berbisik-bisik. Sebenarnya ini baru pertama kalinya dalam kemimpinan Claudya mengalami hal seperti ini.“Aku berjanji jika masalah ini akan cepat teratasi. Dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Rapat selesai. Permisi!”Claudya pulang bersama dua pengawalnya. Ia duduk di belakang supir. Claudya mengotak-atik ponselnya guna mencari makanan yang enak untuk dibawa pulang.“Hmm … , sebelum kita pulang mampir dulu ke --,” BRAAAK!Ucapan Claudya terpotong saat mobil mereka dihantam dengan keras dari belakang. Tubuh Claud

  • Cinta sang Mantan Napi   surat ancaman

    “Brengsek, kau Erlangga!” hardik Claudya sambil mengepalkan kedua tangannya.“Ia salah memilih orang, jika ingin bermain-main. Dia belum tahu siapa Claudya sebenarnya.” imbuhnya.“Tenang Claudya sayang, jangan mengotori tanganmu dengan hal yang membahayakan dirimu. Biar mas yang membereskan semuanya.” Jona menenangkan Claudya dengan memegang kedua pipinya.“Tapi, Mas,” protes Claudya“A … ,” belum sempat Claudya angkat bicara Jona lebih dulu melumat bibir Claudya agar ia berhenti protes.Ulah pria itu membuat Claudya sulit bernapas. Ia melepas pagutannya pada Claudya dan menatapnya dengan lekat. Jaraknya hanya beberapa inci saja sehingga Claudya bisa merasakan nafas Jona dan penciumannya mencium aroma maskulin suaminya itu.Mereka saling pandang dalam beberapa menit. Claudya mendorong kursi roda Jona menuju singgasana pembaringan. Claudya mengerti apa yang diinginkan suaminya itu.Mereka duduk di tepi ranjang. Melanjutkan aktivitas yang tertunda. Perlahan Jona membaringkan Claudya, ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status