Share

5. Cinta untuk seorang janda

“Tapi sepatunya ada pada saya jadi milik saya!”

Raja menghela nafas panjang sambil memijit keningnya yang tiba-tiba sakit, demi tuhan ia menyesal menjadi sopir Rio kalau ujung-ujungnya ia yang akan malu. Bagaimana tidak? Rio dengan keras kepala masih mempertahankan sepatu yang ada di tangannya sementara si wanita yang di belakangnya terdapat anak kecil itu sudah terisak antara menginginkan sepatu dan juga takut karna banyak orang.

“Ngga bisa gitu dong, liat keponakan saya sudah nangis setidaknya anda sebagai orang yang sudah punya anak mengerti tentang anak kecil!”

“Maaf saya tidak bisa karna anak saya jauh lebih tertarik dengan sepatu ini!” Rio masih kukuh dengan pendiriannya mengabaikan kalau putrinya berada di kota berbeda.

“Anda tidak punya hati, anak anda jelas tidak ada di sini!” ujarnya lagi walau sudah di tenangkan dan di beri sepatu dengan model yang sama tapi warna berbeda oleh pemilik toko tetap saja pilihannya jatuh di sepatu berwarna pink.

Raja yang mendengar perdebatan itu membuang jauh rasa malunya lalu melangkah mendekati Rio, berbalik menghadap wanita itu dan seketika matanya membulat tepat saat Zara membuang muka dan Zara tersenyum lebar.

“Lho pak Wira” ucap Zara kemudian mengalihkan pandangannya pada sekitar lalu meringis, “maaf, pak buk hanya kesalahan pahaman dan kalian bisa bubar”

Orang-orang yang menonton perlahan membubarkan diri dengan beberapa di antaranya berseru tidak terima, Rio kemudian melihat Raja kemudian beralih pada Zara.

“Lho kalian saling kenal” tanya Rio bingung.

Raja membuang nafas kasar lalu mengangguk, “kenal tapi ngga dekat, dia juga salah satu guru di sekolah”

Rio berOria kemudian sebuah ide muncul dalam otaknya lalu menatap Zara dan Raja secara bergantian kemudian tersenyum miring.

“Em... Mbak ka–“

“Mbak? Saya tidak setua itu!” ujar Zara cepat sembari menatap Rio tidak terima, bagaimana tidak? Hai, ia masih dua puluh lima tahun dan ia masih muda dari pria di depannya ini.

Rio sedikit salah tingkah karna seumur-umur jika ia tidak mengenal seseorang perempuan maka akan ia panggil mbak’ kecuali anak kecil tentunya.

“Maaf kalau saya salah, tapi wajar saja panggil itu karna saya ngga tahu nama mb– maksud saya anda siapa? “ ujarnya ketika berhenti karna tatapan tajam dari perempuan yang kini ada di depannya.

“Zara”

Rio mengangguk lalu melirik Clara kemudian kembali menatap Zara, “ hm... Bagaimana kalau kita bicaranya sambil minum kopi?”

Zara terdiam sembari memikirkan ucapan Rio yang ada benarnya tapi bagaimana dengan keponakannya? Kemudian Zara berbalik berbicara kecil dengan keponakannya sementara Rio buru-buru memberikan sepatu yang ada di tangannya pada penjaga toko yang ada di belakangnya.

“Aku setuju”

Lalu pandangan Zara dan Rio tertuju pada Raja yang sedari tadi hanya diam, Raja di pandangi seperti itu menaikkan satu alisnya.

“ Lo ikut kita kan, Ja”

“Ng—“

“Iya, oh ya. Zara, kamu ada rekomendasi ngga?” tanya Rio cepat membuat Raja mendengus kesal.

“Ada” ucap Zara penuh semangat lalu berjalan ke tempat yang di tujunya sembari memegang sebelah tangan Clara yang kini tengah cemberut karna apa yang ia inginkan tak lagi di pedulikan Zara.

Rio begitu juga dengan Raja mengikuti langkah Zara dengan malas-malasan dengan sesekali menjawab gumam pertanyaan Rio atau pun Zara, Raja sebenarnya tidak pernah ingin mengikuti mereka. Tak lama kemudian, setelah pramusaji pergi Rio kembali membuka suara.

“Jadi kamu itu juga guru?” Tanya Rio yang di angguki Zara, “udah berapa lama?”

“Belum lama” jawab Zara kemudian melirik sedikit pada Raja. “Sekitar lima bulan, iya kan pak?

Raja hanya bergumam tanpa mengalihkan pandangannya pada layar Hape, Zara menghembuskan nafas lelah lalu kembali pada Rio yang kemudian tersenyum tipis.

“Mas Rio juga udah berapa lama ada di sini? Saya kok ngga pernah lihat”

“Saya baru di sini” balas Rio, kemudian hening sampai pramusaji datang membawakan pesanan mereka lalu undur diri setelah mengucapkan terima kasih.

“Gue mau ke belakang” ucap Raja tanpa mendengar balasan Rio atau Zara yang kemudian langsung berlalu meninggalkan Rio yang mendengus tidak suka.

“Selalu kayak gitu” celetuk Rio membuat Zara dan Clara menoleh padanya lalu mengabaikannya, Rio yang berharapan dengan Zara mendengus tidak suka tapi ia tak akan menyerah.

“Kamu suka dengan sepupu saya?” tanya Rio langsung tanpa basa-basi lagi membuat Zara tersedak.

“Ka-kamu tahu dari mana?”

“Ah, jadi benar? Saya hanya asal bicara”

“Eh, eng–“

“Kalau benar pun tidak masalah karna Raja sendiri” sela Rio cepat.

Zara akhirnya mengangguk malu-malu, “jadi Mas Wira ngga ada pasangan? Tapi katanya punya”

“Ngga ada”

Kemudian mereka tidak bicara lagi sampai Rio yang membuka pembicaraan kembali.

“Kamu mau tahu cara mendekati Raja?”

Zara mengangguk dengan antusias mengingat hubungan mereka yang tak ada perkembangan membuatnya hampir menyerah tapi setelah mendengar ucapan Rio, ia berasa mendapatkan angin sengar lagi.

“Jadi caranya ....”

Lima menit kemudian, Raja mendaratkan bokongnya di kursi yang tadi lalu menatap Rio dan Zara penuh curiga karna tadi ia melihat kepala mereka berdekatan seperti seseorang yang ingin.... berciuman tapi akhirnya Raja mengabaikan itu semua dengan kembali memotong roti bakar miliknya.

“Serius Za, kalau seandainya saya belum menikah mungkin sudah saya lamar kamu!” celetuk Rio sembari melirik ekspresi Raja yang tidak berubah.

“Menurut saya orang yang menolak kamu itu orang bodoh karna menyia-nyiakan perempuan secantik kamu!” lanjut Rio kembali melirik Raja yang tengah menatapnya dengan emosi, ah perasaannya mulai tidak enak.

Zara yang mendengar itu membuang muka ke arah lain sambil menahan senyum, ia tahu ucapan Rio itu untuk menyindir Raja yang sedari tadi fokus dengan pesanannya dan ternyata berhasil. Raja cemburu akan ucapan Rio.

“Jangan terlalu memuji, saya tidak se-cantik itu” ucap Zara merendah.

Rio tertawa paksa, kalau bukan karna sepatu mana mau Rio memuji Zara apa lagi membantu hubungan dua orang itu baginya Zara itu bukan tipe Raja yang sebelas dua belas sama sepertinya.

Rio lagi-lagi melirik Raja yang sudah menatapnya dengan penuh amarah membuat Rio meneguk liurnya. Dia kemudian memejamkan mata lalu menatap Clara yang di abaikan Zara.

Rio berdecak pura-pura tidak setuju, “di puji cantik ngga mengakui dan ngga di puji cantik malah marah. Apa semua wanita seperti ini?”

Zara tertawa kecil membenarkan ucapan Rio lalu ia melirik Raja yang menatap Rio dengan emosi.

Apa Raja cemburu? Pikirnya

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ponirin
alur cerita enak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status