Pemandangan dari balik kaca bis yang semula gedung-gedung tinggi bertingkat sudah berubah. Sejauh mata memandang hamparan pohon padi. Mentari pun mulai timbul dari ufuk timur.
Jojo mencium punggung tangan Sari. Sambil tersenyum, mengetahui istrinya sudah bangun.
"Sudah di mana, Mas?"
"Jogja."
Sari membuka matanya lebih lebar. Memandang sekitar.
"Sedikit lagi sampai," ucap Jojo.
Tak sampai tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di rumah nenek Sari. Masing-masing orang menurunkan barang bawaannya. Lalu, ayah Sari dibantu oleh adiknya mengantarkan rombongan ke rumah kosong yang
Pikiran buruk merasuk, mulai mengganggu hati Sari yang telah berusaha melupakan dan mengikhlaskan kenangan pahit yang lalu. Akan tetapi, mengapa kini mengusik lagi? Apakah ini sebuah pertanda buruk?Sari terdiam dalam lamunan, duduk di pinggir ranjang. Sebuah bisikan mengusik, apakah Jojo hanya berpura-pura mencintainya? Lamunan itu buyar kalau suara kunci terbuka dari luar terdengar. Segera Sari beranjak dari ranjang, berjalan ke arah pintu dan mendapati Jojo yang muncul dari baliknya.Jojo tampak terkejut kehadiran Sari tanpa kata yang telah berdiri tepat di depannya."Astaga!" seru Jojo. Lelaki itu tersenyum, di balik sesuatu yang tersembunyi."Kamu dari mana, Mas?" selidik Sari.
"Iya, aku kembali minta maaf sama kamu untuk yang kesekian kalinya. Jabatan itu telah berubah empat bulan lalu. Aku tidak memberitahumu justru Erika yang tahu." Sari menghela napas panjang dan membuangnya kasar setelah mendengar penjelasan Jojo."Apa ada lagi yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Sari.Kini amarah terasa memudar, mau bagaimana lagi? Semua telah terjadi. Hanya membuang waktu untuk protes masalah ini ke Jojo. Belum sempat Jojo menjawab, seorang pelayan datang menyajikan makanan. Membuat mereka menghentikan percakapan."Makan dulu, yuk?" ucap Jojo. Namun, apakah bisa Sari makan dengan tenang jika tanya itu belum terjawab dan mengusiknya?Ingin protes, meminta jawaban tetapi Sar
"Maaf tidak bisa menahan tawa. Wajahmu sangat lucu saat sedang curiga."Jojo berbicara sambil menahan tawa lagi. Wanita mana yang tidak curiga jika pernah dibohongi? Wajar bukan sikap yang Sari lakukan? Terlebih masih ada hal yang belum Jojo ceritakan.Tawa Jojo membuat Sari semakin kesal. Tidak nyaman. Apakah lelaki itu kini menunjukkan sikap aslinya yang hanya ingin mempermainkan pernikahan mereka?"Cepat, Mas. Jangan membuatku geram.""Oke." Jojo berhenti tertawa. "Aku tadi hanya ke resepsionis, Ndok. Meminta tolong untuk mempersiapkan kejutan ini. Serta memberi mereka tip karena telah bekerja keras memberi pelayanan baik dan membuat kamu sangat senang dengan kejutan bunga di kamar."
Sari mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang. Meyakinkan bahwa semua barang bawaan mereka telah rapi, masuk ke dalam koper. Siang ini, mereka akan pulang ke rumah Jojo."Sudah semua, Ndok?" Sari mengangguk. Jojo pun segera membantunya membawakan barang-barang ke lobi.Setibanya di lobi, Jojo antri untuk melakukan check-out sedangkan Sari izin membeli bakpia di toko seberang hotel.Perempuan itu keluar hotel. Saat ingin menyeberang jalan. Dua orang wanita yang sedang berjalan berhadapan dengannya seperti tidak asing. Hingga Sari menghentikan langkah, memandang meyakinkan."Balik lagi deh, lu sih!" ucap s
Menjelang langit jingga, acara selesai. Orang tua dan keluarga Sari berpamitan. Mereka akan berangkat ke Jakarta besok pagi. Tak lupa, Sari menitipkan oleh-oleh yang sudah dibelinya kemarin kepada ibu Ani.Setelah rombongan keluarga Sari pulang, Ibu Ning menyerahkan kado-kado dari tamu kepada Sari. Meminta menantunya itu membawa dan menggunakan barang-barang dari kado. Namun, wanita itu keberatan karena tidak ingin membawa banyak barang saat pindah ke Kalimantan. Jojo pun menyarankan untuk membeli perabotan di sana saja."Ya sudah, bagikan ke keluarga jika kamu keberatan membawanya, Ndok. Yang penting kamu lihat dulu, dari siapa saja kadonya. Jadi, nanti kalau orang itu hajatan, kamu bisa pantas memberinya kado lagi," ucap Ibu Ning.Sari pun menuruti dan mu
"Selamat datang Pak Jojo dan Bu Sari," ucap seorang lelaki yang berada di balkon.Jojo hanya menanggapi salam itu dengan sebuah senyuman sedangkan Sari masih bingung. Siapa lelaki itu? Apakah sudah mendapatkan izin dari Jojo untuk masuk? Tanpa penjelasan, Jojo membawa Sari ke balkon.Balkon yang semula tanpa ada apapun, kini berubah. Terlihat cantik dengan hiasan lampu-lampu temaram di langit-langit ruang terbuka itu. Meja pun yang sebelum mereka tinggalkan tanpa alas, kini telah beralas putih dengan setangkai bunga mawar dan lilin. Sementara di pojok balkon terdapat alat bakar daging dan beberapa bumbu.Kecemasan dan tanya Sari terjawab. Kejutan lagi dari suaminya yang kini sedang tersenyum menatap dalam.
"Mandi bareng, yuk?" ucap Jojo setibanya di hotel.Sari membulatkan mata, terkejut. Rasa malu dan tidak percaya diri menyelimuti. Meski bersama kekasih halal, ia masih merasa canggung dan sungkan tanpa sehelai benang di tubuh jika berhadapan langsung. Selama ini, ia masih menutupi tubuhnya dengan selimut saat memadu kasih. Wajar saja jika wanita itu kaget."Nggak, ah. Kamu duluan aja, Mas.""Kenapa? Malu?"Jojo menggeleng tak percaya dengan penolakan istrinya itu. Ia pikir, kali ini Sari akan menuruti keinginannya setelah apapun Jojo korbankan untuk mendapat kepercayaan dan cinta. Apakah itu tidak cukup bagi Sari?"Ma-maaf, Mas."
Tidak sengaja Jojo memencet blokir akun Erika, terkejut karena melihat Sari saat ia menoleh ke dalam kamar. Istrinya berdiri di dekat ranjang dengan pakaian tidur transparan. Sari tersenyum sambil memanggil lembut nama suaminya. Meminta lelaki itu mematikan puntung rokok dan menghampiri.Sari yang sangat menyesal telah membuat Jojo kecewa, memberanikan diri untuk berpakaian seksi. Mencoba menjadi apa yang diinginkan Jojo. Meski belum sepenuhnya ia merasa nyaman dengan baju seksi itu. Sesekali kedua tangannya menutupi bagian intim yang transparan. Sari sadar, usahanya itu tidak membuahkan hasil. Bagian-bagian seksi tubuhnya tetap terlihat."Kamu ngapain pakai baju begitu?" tanya Jojo. Setelah mematikan puntung rokok, ia menghampiri Sari. Berdiri tepat di depannya.