Share

Kedatangan Erika

Sari mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang. Meyakinkan bahwa semua barang bawaan mereka telah rapi, masuk ke dalam koper. Siang ini, mereka akan pulang ke rumah Jojo. 

"Sudah semua, Ndok?" Sari mengangguk. Jojo pun segera membantunya membawakan barang-barang ke lobi. 

Setibanya di lobi, Jojo antri untuk melakukan check-out sedangkan Sari izin membeli bakpia di toko seberang hotel. 

Perempuan itu keluar hotel. Saat ingin menyeberang jalan. Dua orang wanita yang sedang berjalan berhadapan dengannya seperti tidak asing. Hingga Sari menghentikan langkah, memandang meyakinkan. 

"Balik lagi deh, lu sih!" ucap salah seorang gadis. 

Mereka berjalan tanpa mengetahui ada wanita yang memperhatikannya. Kedua gadis itu memasuki sebuah hotel yang bersebelahan dengan hotel tempat Sari menginap. 

Sepertinya Sari tidak salah lihat. Kacamatanya pun masih terpasang. Erika. Apa yang ia lakukan di sini? Sari kembali menuju hotel, membatalkan niat membeli bakpia. Sedikit berlari kecil menghampiri suaminya.

"Loh, cepat banget? Mana bakpianya, Ndok?" tanya Jojo. 

"Eh, hmmm… itu… nggak jadi deh, Mas. Antri. Takut kelamaan," jawab Sari gugup. 

Lalu, ia menenangkan diri dengan duduk di salah satu sofa lobi. Hati dan pikiran yang sempat netral, telah menaruh percaya kepada suaminya kini rapuh kembali. 

Sari yakin betul, ia tidak salah lihat. Wanita itu benar Erika. Bahkan ia masih ingat suara Erika saat panggilan video dengan Jojo. Sama persis dengan wanita yang baru saja ia lihat. Apa yang dilakukan Erika disini? Apa janjian dengan Jojo? 

Ingatannya kembali ke hari kemarin. Saat ia tidur dan Jojo tidak ada di kamar. Apa benar, Jojo menemui resepsionis atau menemui Erika? 

"Yuk, Sayang," ucap Jojo. Sari masih terdiam menatap ke arah luar. Tidak mendengar ajakan Jojo sama sekali. 

Jojo sudah berjalan beberapa langkah menuju pintu keluar hotel. Ia terhenti, karena baru sadar istrinya tidak beranjak dari sofa. Sehingga membuat ia kembali, menghampiri. Duduk di sebelahnya. 

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" tanya Jojo sambil meremas jari tangan Sari. 

Seketika wanita itu tersadar dari lamunannya. Ia langsung mengalihkan pandangan ke arah suaminya dan tampak gugup. 

"Hah?"

"Kamu kenapa?"

"Mas, apa kamu sudah jujur dengan ucapan yang kemarin?"

"Sudah, Sayang. Kamu belum percaya?" Sari tertunduk. "Yuk?"

Jojo menggandeng tangan Sari dan menuju resepsionis. 

"Mbak, istri saya mau menyampaikan banyak terima kasih untuk layanan yang kemarin. Dia sangat senang," ucap Jojo kepada salah seorang resepsionis. Wanita berseragam hitam itu tersenyum lebar menyambut. 

"Wah. Kami juga sangat berterima kasih karena Bapak dan Ibu sudah menginap disini. Semoga lain waktu bisa kesini lagi dan Bapak mungkin mau memberi kejutan lainnya untuk Ibu, kami siap membantu."

Sari tersenyum malu. Ia mencoba lagi untuk percaya dengan kejadian kemarin. Bahwa suaminya memang tidak berbohong. Mungkin ia hanya lelah dan salah lihat orang. Mereka pun pamit karena mobil hotel yang akan mengantar telah menanti di depan. 

Mereka telah siap berangkat, menuju rumah Jojo. Baru saja mobil berjalan keluar membawa mereka, Jojo melihat sosok wanita yang Sari lihat tadi keluar dari hotel sebelah. Erika. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa terhadap Sari. Hanya melirik ke arah istrinya yang sedang memejamkan mata dan bersandar pada kursi mobil. 

"Kamu masih ngantuk?" tanya Jojo. 

"Iya, sepertinya, Mas."

***

Dua gadis dengan berpakaian mini itu keluar hotel menuju sebuah tempat makan. Apa yang Sari dan Jojo lihat adalah benar. Gadis itu Erika. Ia ditemani seseorang datang ke Jogja untuk memberikan kejutan kepada pengantin baru itu.  

Namun, tanpa sepengetahuan Erika, ternyata Jojo dan Sari semalam tinggal di hotel sebelah tempatnya menginap. Gadis itu pun sama sekali tidak ingat dengan wajah Sari. Maka, saat berpapasan tadi, tidak mengenalinya. 

Hari ini, Erika bersama seorang temannya baru tiba di Jogja. Mereka ingin mencari makan siang sambil menyusun rencana untuk acara besok--menghadiri acara pernikahan Jojo dan Sari. Bukan untuk mengacaukan acara secara terang-terangan tetapi dengan cara halus yang tak kasat mata. 

Setelah makan siang, Erika mampir ke sebuah toko yang menjual aksesoris kotak kado dan perlengkapan lainnya dengan membawa kado yang telah ia persiapkan. 

Ia mengeluarkan tas branded yang baru dibelinya beberapa hari lalu. Tas haram yang diperoleh dari lelaki hidung belang. Setelah mendapatkan kotak yang sesuai, ia pun membayarnya dan mereka kembali ke hotel. 

Erika memberikan parfum yang telah dirapalkan jampe-jampe oleh Emak ke tas itu. Bibirnya menyungging penuh kemenangan. Meyakini bahwa rencana ini akan berhasil. Ia hanya perlu menunggu sebentar untuk membuat Jojo kembali bertekuk lutut di hadapannya. 

"Kenapa nggak tas biasa aja, Ka?" tanya teman Erika. 

"Yang branded aja belum tahu bakalan dia pake atau nggak. Gimana yang biasa? Pokoknya harus yang keren biar dia mau pakai. Paling-paling cewek itu juga nggak jauh beda sama gue, suka sama Jojo karena uangnya juga, 'kan?"

"Iya, sih. Duh, semoga berhasil."

Mereka tertawa lebar dan penuh percaya diri. 

***

Seperti acara di Jakarta, runtutan acara di Jogja pun nyaris tidak ada masalah. Semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Silih berganti tamu menyalami, dan mendoakan. Namun, tiba-tiba ada dua orang perempuan datang yang menjadi sorotan para keluarga dan tamu yang hadir. Kedua tamu itu menggunakan pakaian serba hitam layaknya sedang melayat. 

Tidak hanya pakaian yang hitam, semua aksesoris yang mereka kenakan seperti gelang, kalung, tas dan lipstik pun berwarna hitam. Siapa lagi mereka kalau bukan Erika? 

Jojo dan Sari pun tak kalah kaget menatap kedua tamu itu yang sedang berjalan mengarah ke pelaminan. Keduanya di mata Jojo sangat akrab. Ia tersadar dengan penglihatannya kemarin, berarti tidak salah lihat. Seorang wanita yang berjalan di depan, menggunakan gaun mini dengan sepatu bot semata kaki menampilkan kaki mulus dan jenjang. Sebuah selendang hitam menutupi kepalanya dan kacamata hitam tidak menampilkan tatapan mata. 

Sesaat Erika berhenti di depan Jojo. Menatap mata lelaki yang sangat dicintainya itu dari balik kacamata hitam. Meninggalkan jejak bau parfum yang telah dijampe Emak untuk ditujukan terhadap Jojo. Agar Jojo mencium baunya dan terngiang Erika. 

Tanpa senyum, Erika pun lalu bersalaman dengan Sari yang sangat terlihat gelisah. Ia khawatir gadis saingannya ini akan membuat masalah dan mempermalukan Jojo dan dirinya di acara ngunduh mantu. Bagaimana jika betul itu niat Erika? Susah payah Sari menjaga rahasia tentang keburukan suaminya, gadis seksi itu malah membongkar aib. 

Sari tidak mau nama suaminya menjadi jelek di mata keluarga. Namun, Erika di depan Sari pun tidak berucap apa-apa. Setelah bersalaman dan tersenyum sengit, berlalu. Mereka pun pergi dan meninggalkan kotak kado di meja penerima tamu. 

Erika puas bisa menatap wajah gelisah Sari dan mengetahui wajah asli Sari dari dekat. Kini menurutnya tinggal menanti efek dari parfum yang telah ia tebar ke sepasang pengantin baru itu. Berharap kabar baik tentang perpisahan keduanya. 

Bersambung….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status