Share

Bab 16

Author: Aku Suka Uang
Yvonne mimpi buruk. Dia bermimpi dirinya dililit oleh 2 ekor ular besar hingga tidak bisa bernapas. Tepat ketika mengira dirinya akan mati, muncul sebuah cahaya. Dia pun berusaha keras meraih cahaya tersebut.

Yvonne mengira dirinya akan terselamatkan, tetapi malah tiba-tiba terbangun. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria dengan pakaian acak-acakan di hadapannya. Shawn bahkan terlihat sangat marah, seperti ingin melahapnya hidup-hidup.

Dalam sekejap, Yvonne pun tersadar kembali. Dia bangkit dan meringkuk di ujung sofa dengan takut, lalu bertanya dengan suara yang bergetar dan agak serak karena baru bangun, "Kamu ... apa yang kamu lakukan?"

Shawn seketika tersenyum mengejek. Wanita ini yang menarik piamanya, tetapi masih berpura-pura ketakutan. Dia pun menjawab, "Jelas-jelas kamu yang bernafsu, makanya pura-pura menyerangku saat tidur."

Yvonne terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dengan perlahan, lalu memelototi Shawn sambil membantah dengan yakin, "Aku nggak seperti itu!"

"Masa?" Shawn tentu tidak percaya. Kemudian, dia sontak menindih tubuh Yvonne. Jarak yang begitu dekat ini membuat Yvonne merasa sangat tertekan dan terhina.

Yvonne secara naluriah mengulurkan sepasang tangannya untuk mengadang Shawn. Tangannya yang lembut menyentuh dada Shawn. Sentuhan mendadak ini membuat tubuh Shawn menegang. Ketika perlahan-lahan menundukkan kepalanya, dia pun melihat tangan Yvonne.

Tangan wanita ini sangat indah, terutama jemarinya yang ramping dan putih. Kehangatan pada telapak tangan Yvonne seolah-olah bisa menembus kulit Shawn dan mengalir ke seluruh tubuhnya.

Shawn seketika merasa gelisah. Namun, dia menganggap perasaan seperti ini muncul karena godaan wanita ini. Setelah mendekat sedikit, Shawn berkata, "Kamu begitu bernafsu sampai ingin merayuku?"

Yvonne sontak menggigit bibirnya, lalu berteriak, "Dasar nggak tahu malu!"

"Tidak tahu malu?" Shawn terkekeh-kekeh dengan lirih, lalu meneruskan dengan murung, "Bukannya kamu yang menyentuhku duluan?"

Yvonne baru menyadari bahwa tangannya menyentuh dada Shawn karena takut pria ini mendekatinya. Awalnya, dia tidak merasakan apa-apa. Begitu mendengar perkataan ini, dia baru menyadari bahwa tangannya bersentuhan erat dengan tubuh Shawn. Kemudian, Yvonne buru-buru menarik tangannya seperti telah menyentuh nyala api.

Masih tersisa kehangatan dari dada Shawn. Hal ini membuat Yvonne bingung hingga tidak tahu harus menatap ke mana. Dia menjelaskan dengan canggung, "Aku nggak sengaja."

Penampilan Yvonne terlihat sangat manis dan memikat. Siapa pun yang dekat dengannya pasti akan berhasrat, begitu juga dengan Shawn. Namun, dia berusaha menahan diri, seolah-olah tidak memiliki perasaan apa pun. Kemudian, Shawn bangkit untuk merapikan piamanya sambil berkata, "Aku lapar."

Yvonne tertegun sejenak. Shawn meliriknya sekilas. Melihat Yvonne hanya terdiam, dia mengira wanita ini tidak bersedia membuatkannya makanan. Jadi, Shawn berkata sambil tersenyum sinis, "Kamu masih istriku. Meskipun ingin menolak, kamu tetap harus menuruti perintahku."

Yvonne mengerutkan bibirnya dengan erat. Dia merasa sangat tidak nyaman dengan perkataan Shawn, tetapi tidak bisa membantahnya. Kemudian, dia pun bangkit dari sofa dan berjalan ke dapur. Yvonne juga merasa agak lapar karena belum makan malam.

Leah sudah memasak untuknya. Setelah memanaskan sebentar, Yvonne pun menyajikan makanan. Dia pergi ke ruang tamu untuk memanggil Shawn, "Sudah selesai."

Shawn pun berjalan ke ruang makan. Dia menatap makanan di atas meja dengan ekspresi datar. Entah dia merasa puas atau tidak, yang penting Yvonne terus menundukkan kepalanya supaya pria ini tidak merasakan kehadirannya.

Untungnya, Shawn tidak mencari masalah lagi. Namun, Yvonne yang baru memakan 2 suap tiba-tiba merasa mual. Dia berusaha menahan diri, lalu pergi ke toilet. Kali ini, dia benar-benar muntah. Dia pun baru teringat bahwa dirinya belum mens bulan ini. Begitu memikirkan hal ini, dia mulai merasa gelisah karena siklus mensnya selalu teratur.

'Jangan-jangan, aku hamil? Nggak mungkin, aku sudah makan obat kontrasepsi. Jangan menakuti diri sendiri, semua akan baik-baik saja,' batin Yvonne.

Yvonne kembali ke meja makan, tetapi masih merasa gelisah. Dia memegang sendok, lalu lanjut minum sup. Sesudah menelannya, dia baru menengadah dan melihat tatapan aneh Shawn. Seketika, hatinya langsung menegang. Apakah dia menyinggung Shawn lagi? Sepertinya, tidak.

"Apa rasanya kurang sesuai dengan seleramu?" tanya Yvonne yang memaksakan senyuman. Padahal, dia ingin sekali membunuh pria ini. Shawn terus mempersulitnya, pria ini tidak akan berhenti sebelum melihatnya mati? Kalau tahu seperti ini, Yvonne pasti sudah menaruh racun di makanannya tadi.

Shawn tidak menjawab dan hanya mengunyah makanannya dengan pelan. Ekspresinya terlihat sangat misterius.

Yvonne malas meladeninya. Ketika menunduk untuk makan lagi, dia mendapati bahwa sendoknya masih berada di samping mangkuknya. Jadi, sendok di tangannya ini .... Yvonne pun mendongak, lalu mendapati bahwa Shawn hanya menggunakan garpu. Yvonne benar-benar syok. Ini adalah sendoknya Shawn?

"Yvonne, kamu menyukaiku?" tanya Shawn dengan santai, tetapi ekspresinya terlihat sangat nakal. Dia sendiri tidak tahu mengapa suasana hatinya tiba-tiba menjadi sangat baik.

"Aku ...." Yvonne ingin menjelaskan, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa. Faktanya, dia memang menggunakan sendok bekas Shawn, bahkan meminum sup yang telah diminum oleh Shawn. Apakah ini yang dinamakan ciuman tidak langsung? Dia benar-benar ingin mati sekarang!

"Aku nggak sengaja ...," ujar Yvonne.

"Katakan saja kalau kamu ingin menciumku, untuk apa berbelit-belit begini?" Shawn mengambil tisu untuk menyeka sudut bibirnya, lalu perlahan-lahan bangkit dan menatapnya sembari tersenyum jail. "Justru aneh kalau wanita genit sepertimu tidak tertarik padaku."

Yvonne benar-benar kehabisan kata-kata. Pria ini terlalu percaya diri! Tertarik padanya? Jangan harap! Kemudian, Yvonne pun membantah dengan bersumpah, "Tenang saja, aku nggak bermaksud begitu. Aku bersumpah akan mati disambar petir kalau sampai menyukaimu!"

Shawn langsung memicingkan matanya. Berani sekali wanita ini bersumpah seperti itu? Apa dia sudah bosan hidup? Hebat, hebat sekali!

Namun, Shawn tidak murka. Sebaliknya, dia bertanya seraya tersenyum, "Aku dengar, kamu tidak bisa menjadi dokter lagi?"

Yvonne sontak mengangkat kepalanya dan tidak menutupi kebenciannya terhadap Shawn.

Shawn pun tergelak melihatnya. Dia benar-benar senang saat melihat Yvonne marah.

"Apa yang harus kulakukan supaya kamu memaafkanku?" tanya Yvonne dengan lirih. Meskipun biaya pengobatan ibunya dibayar Graham, mereka berdua tetap membutuhkan biaya hidup. Dia tidak akan mendapat uang kalau kehilangan pekerjaan. Lantas, bagaimana dia bisa memberikan kehidupan yang baik untuk ibunya? Apalagi, dia sangat mencintai profesinya.

Suasana hati Shawn sedang baik karena melihat Yvonne yang tidak bisa berkutik. Dia menyahut seraya tersenyum nakal, "Kalau kamu bersikap baik, aku mungkin bisa memaafkanmu." Selesai mengatakan itu, dia melangkah maju dan tiba-tiba berhenti. "Malam ini, aku punya pertemuan. Kalau kamu masih ingin bekerja, datang dan cari aku."

Tindakan Shawn ini seperti memberi kesempatan pada Yvonne, juga seperti mempersulitnya. Yvonne mengepalkan tangannya dan tahu bahwa pria ini punya rencana lain. Namun, dia tidak punya pilihan lain sehingga membalas dengan geram, "Baiklah."

Setelah Shawn naik ke lantai atas, Yvonne membereskan meja makan. Kemudian, dia beristirahat lagi di ruang tamu, tetapi tidak bisa tidur lagi.

Ketika langit hampir terang, Yvonne baru tertidur lagi. Hari sudah siang saat dia bangun. Dia merasa gerah karena tidak mandi semalaman. Selagi Shawn tidak ada di vila, dia pun berniat naik ke kamarnya untuk mandi. Begitu pintu dibuka, dia baru menyadari bahwa ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status