Home / Romansa / Cinta yang Diracik Takdir / Bab 5 - Bukan Sekedar Bisnis

Share

Bab 5 - Bukan Sekedar Bisnis

last update Last Updated: 2025-11-21 07:57:49

BAB 5

Langit masih tampak gelap ketika Siska sudah sibuk di dapur. Semalam, sebelum tidur, ia kembali membuka tutorial “Resep Nasi Goreng Enak dan Simpel.” Kali ini, tekadnya bulat. “Aku pasti bisa!” serunya semangat sambil mengikat rambut tinggi-tinggi dan mengenakan celemek coklat tua.

Wajahnya terlihat serius saat memotong bahan-bahan sederhana. Aroma bawang goreng mulai memenuhi dapur dan senyum kecil terbit di wajahnya. Siska menatap nasi goreng yang kini mulai berwarna kecoklatan. Ia mengambil sendok, meniup pelan, lalu mencicipinya.

“Masya Allah … ini enak!” serunya antusias, menggeleng tak percaya. Akhirnya, nasi goreng buatannya bisa dimakan manusia juga. Ia teringat dulu, saat beberapa kali belajar di rumah Andin, hasilnya malah bikin kucing minggat karena rasanya amburadul. Tetapi pagi ini, Siska merasa bangga pada dirinya sendiri.

“Semoga saja dia menyukainya,” ucapnya lirih, menata piring nasi goreng di meja makan dengan tambahan hiasan sederhana di atasnya. Ia tersenyum puas.

“Nanti malam aku masak apa ya?” gumamnya berpikir. Siska tahu, ia hanya perlu menyiapkan makanan pagi dan malam untuk Evan, karena siang hari mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tetapi pagi ini, semangatnya terasa berbeda.

“Daripada pusing, tanya aja langsung sama gurunya,” katanya pada diri sendiri. Ia menatap jam, buru-buru berlari ke kamar. Hari ini hari pertama ia masuk kerja di bagian produksi. Siska yakin pekerjaannya akan padat, tapi baginya, kesibukan adalah hal baik.

“Lebih baik seperti ini,” ucapnya sambil mengenakan blazer dan mengambil tas.

***

Sementara itu, di apartemen, Evan menatap pantulan dirinya di cermin. Kemeja hitam dengan satu kancing terbuka, menonjolkan sedikit otot dadanya. Lengan digulung sampai siku, rambut tersisir rapi. Ia tampak sempurna, seperti biasanya.

Hari ini Evan akan mengadakan rapat besar dengan tim restoran untuk membahas perubahan konsep usahanya. Tetapi di balik niat profesional itu, ada urusan pribadi yang membuatnya tersenyum kecil. “Aku memang pintar,” ujarnya bangga sambil tertawa pelan.

Turun ke bawah, Evan memerhatikan ruang makan yang sudah rapi. “Kenapa dia berangkat pagi sekali?” gumamnya. 

Seketika ia mendesis. “Untuk apa juga aku peduli.” Meski begitu, langkahnya justru mengarah ke dapur.

Ia duduk di kursi, membuka tudung saji, mendapati sepiring nasi goreng. “Nasi goreng?” katanya pelan. “Ini bisa dimakan kan?” Ia menatap curiga, takut rasanya berbahaya. Tetapi setelah mencicipi satu sendok, Evan sedikit mengangguk.

“Masih layak dimakan,” gumamnya. Ia terus melanjutkan dan kali ini, ada senyum samar di wajahnya.

“Ternyata wanita manja seperti dia cepat juga belajarnya,” ucapnya pelan. Dalam hati, Evan tak memungkiri jika Siska cukup cerdas. Ia tahu banyak hal tentang istrinya itu, termasuk prestasinya di perusahaan. Tetapi tetap saja, pernikahan mereka terjadi karena jebakan, dan Evan belum bisa menerima hal itu. Ia bahkan sudah berniat menceraikannya suatu saat nanti.

***

“Ehem!” Suara berat terdengar begitu Evan memasuki ruangannya. Nando sudah berdiri di sana, menatap dengan tatapan menggoda.

“Mau bilang apa lagi kamu?” tanya Evan sambil duduk di sofa.

“Pagi ini kamu kelihatan semangat banget. Istrimu kasih makan apa?” goda Nando, ikut duduk santai.

Evan melirik tajam. “Apa yang bisa diharapkan dari dia?”

“Eh jangan salah, Chef,” balas Nando cepat. “Istrimu itu masuk daftar wanita tercantik dan berprestasi versi lambe turah, tahu? Hanya saja namanya sempat turun gara-gara kasus kemarin. Tapi lihat deh …” Nando membuka I*******m, memperlihatkan foto-foto Siska yang tampak elegan dan menawan.

Evan spontan meraih ponselnya dan melihat sekilas. Ia bahkan sempat menggulir lebih dalam, membuat Nando tersenyum geli.

“Katanya nggak tertarik, tapi wajahmu sudah merah,” sindir Nando sambil merampas ponselnya kembali.

“Siapa juga yang peduli,” jawab Evan ketus. Tetapi dalam hati, ia tak bisa membohongi diri sendiri. Siska memang cantik dan kulit sawo matangnya justru membuatnya berbeda dari gadis lain.

“Cih, katanya nggak tertarik,” celetuk Nando sambil berdiri.

“Sudah, sana! Tiga puluh menit lagi kita rapat,” potong Evan, mendorongnya keluar. Ia mendesah pelan, lalu menggumam, “Kalau aku nggak kenal dia, aku pasti mikir dia naksir istriku sendiri.”

***

Di ruang rapat, suasana mulai serius. Evan duduk di ujung meja bersama tim intinya. Di layar besar, terpampang tulisan besar: Elegant Halal Dining.

“Aku mau bulan depan kita launching konsep baru,” ucap Evan. Semua mata tertuju padanya.

“Halal dining, Chef?” tanya salah satu staf perempuan penasaran.

Evan tersenyum tipis. “Ya. Kita mulai dari niat yang bersih. Semua bahan, penyajian, sampai cara berpakaian harus mencerminkan nilai halal dan elegan. Bukan cuma makanan, tapi juga suasana.”

Rico, manajer operasional, mengangguk sambil mencatat di tabletnya. “Berarti seragam juga harus diganti, ya?”

“Yes. Aku nggak mau yang terlalu formal, tapi tetap classy. Warna lembut, desain sopan, dan nyaman dipakai kerja.”

Salah satu staf dapur angkat tangan. “Kalau buat yang berhijab gimana, Chef?”

Evan menatapnya dan tersenyum. “Kita buat seragam yang bisa dipakai semua orang. Tetap sopan, tapi tetap satu tim.”

Ia melihat sketsa desain seragam yang ditampilkan. Kemeja polos dengan apron panjang dan logo kecil di dada kiri.

“Hmm …” gumamnya. “Aku mau yang lebih hidup dari ini. Harus ada sentuhan lembut. Kayak ada ‘rasa’ di tiap jahitannya.”

Rico terkekeh. “Maksudnya, Chef?”

Evan menatapnya serius. “Aku bakal cari sendiri butiknya. Aku ingin lihat langsung siapa yang bisa bikin seragam ini punya jiwa.”

Tim saling pandang. Evan menutup laptopnya, berdiri dengan senyum kecil. Dalam hatinya, ia merasa perubahan ini bukan sekadar soal bisnis. Ada sesuatu yang lebih sesuatu yang belum ia pahami sepenuhnya.

***

Sementara itu, di tempat lain, Siska menarik napas panjang sambil mengelap keringat dengan punggung tangan. Tangannya pegal, tetapi ia tetap fokus memotong kain di depannya.

“Aku harus cepat selesai,” gumamnya pelan. Ia bertekad untuk segera pulang dan belajar memasak lagi.

Tadi, ia sempat mendengar teman-temannya bercanda, “Kalau mau menjerat hati pria, mulai dari perutnya.” Kalimat itu melekat di kepala Siska. Ia tersenyum tipis.

Bukan karena ia mencintai Evan, tetapi karena ia tidak pernah berpikir untuk pergi dari pernikahan ini. Ia punya alasannya sendiri untuk bertahan.

“Kalau ingin tetap tinggal, aku harus berusaha membuat Evan melirikku,” ucapnya mantap. Siska benar-benar ingin mencoba.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 5 - Bukan Sekedar Bisnis

    BAB 5Langit masih tampak gelap ketika Siska sudah sibuk di dapur. Semalam, sebelum tidur, ia kembali membuka tutorial “Resep Nasi Goreng Enak dan Simpel.” Kali ini, tekadnya bulat. “Aku pasti bisa!” serunya semangat sambil mengikat rambut tinggi-tinggi dan mengenakan celemek coklat tua.Wajahnya terlihat serius saat memotong bahan-bahan sederhana. Aroma bawang goreng mulai memenuhi dapur dan senyum kecil terbit di wajahnya. Siska menatap nasi goreng yang kini mulai berwarna kecoklatan. Ia mengambil sendok, meniup pelan, lalu mencicipinya.“Masya Allah … ini enak!” serunya antusias, menggeleng tak percaya. Akhirnya, nasi goreng buatannya bisa dimakan manusia juga. Ia teringat dulu, saat beberapa kali belajar di rumah Andin, hasilnya malah bikin kucing minggat karena rasanya amburadul. Tetapi pagi ini, Siska merasa bangga pada dirinya sendiri.“Semoga saja dia menyukainya,” ucapnya lirih, menata piring nasi goreng di meja makan dengan tambahan hiasan sederhana di atasnya. Ia tersenyum

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 4 - Membakar Dapur

    BAB 4 “Aku harus mulai dari mana nih?” gumam Siska serius memperhatikan bahan-bahan makanan yang telah ia pilih. Ada ikan untuk lauk, bahan sup untuk sayur dan jagung manis untuk rencana membuat perkedel. Tetapi belum juga mulai, Siska sudah meringis pelan sambil menjambak ujung rambut panjangnya.“Aku menyesal dulu nggak pernah masuk dapur,” keluhnya penuh penyesalan.“Oke, Siska, jangan menyerah sebelum berperang. Sekarang zaman sudah serba canggih. Orang yang nggak bisa masak pun bisa jadi jago dengan bantuan si Tubtub. Ayo, semangat, cayo!” ujarnya sambil mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, kemudian membuka ponselnya. Aplikasi video tutorial memasak jadi penyelamatnya hari ini.Dulu, di rumahnya, Siska hanya sekali menginjak dapur — waktu mencoba membuat nasi goreng. Tetapi gara-gara satu piring pecah, Ibu tirinya, Bu Sesil, memarahinya habis-habisan. Sejak itu, ia dilarang masuk dapur lagi. Semua sudah disiapkan untuknya, tanpa pernah boleh menyentuh apapun.“Sekarang aku beb

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 3 - Gula dan Garam

    BAB 3Keesokan harinya. Siska sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sejak subuh tadi, dia sudah menyiapkan sarapan sederhana untuk Evan, sekadar roti dan kopi, agar pria itu tidak lagi berteriak seperti kemarin.Semalam, Siska sebenarnya menunggu Evan pulang. Bukan karena rindu, tetapi karena dia takut sendirian di apartemen baru itu. Lingkungan sekitar masih asing dan dia belum tahu bagaimana keamanan di kawasan tersebut. Tetapi hingga jam sepuluh malam, Evan tak kunjung datang. Akhirnya Siska menyerah dan memutuskan untuk tidur lebih dulu.“Oke, aku sudah siap.” Siska menatap jam di pergelangan tangannya, memastikan tidak terlambat. “Aku harus berangkat sekarang.”Baru saja ia keluar kamar, Evan juga muncul dari kamarnya. Pria itu sudah rapi dengan kemeja panjang dan rambut yang disisir klimis.“Aku sudah buatkan kamu roti di meja makan dan juga kopi. Aku berangkat, ya!” seru Siska sambil bergegas menuju pintu. Tetapi baru dua langkah, ia berhenti, berbalik, lalu berlari kecil ke

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 2 - Tinggal Bersama

    BAB 2 Malam telah tiba. Di sebuah apartemen.“Kalau kau merasa apartemen ini terlalu kecil, lebih baik kau pulang ke rumah besarmu itu.” Suara tegas itu membuyarkan lamunan seorang wanita yang tengah menarik kopernya. Matanya berkeliling menatap sekitarnya.“Aku pikir apartemenmu ini cukup luas kalau hanya untuk kita berdua.” Wanita itu duduk di sofa dengan angkuh.“Siska, aku rasa kamu tahu kenapa kita menikah?” Ya, mereka adalah Evan dan Siska, pasangan pengantin baru yang menikah karena insiden pemergokan mereka di kamar hotel.Siska menoleh, menatap suaminya yang berdiri di dekat tangga. “Aku sangat tahu. Kamu tidak perlu mengatakannya berulang kali.”“Bagus. Ingat, kamu memang istriku, tapi kamu tidak berhak mengatur ataupun ikut campur dalam urusanku. Begitu pun aku terhadapmu.”Siska terdiam. Ekspresinya sulit terbaca ketika mendengar peringatan itu.“Kamarmu ada di dekat dapur. Semua urusan rumah tangga kamu yang urus. Aku tidak suka ada orang lain di rumahku.” Usai berkata

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 1 - Jebakan Siska

    BAB 1Pesta meriah telah dimulai. Siska telah berada di atas panggung setelah namanya dipanggil. Ia memberikan sepatah dua patah kata, baik tentang kariernya maupun tentang keinginannya di usianya yang telah menginjak 28 tahun.Tidak hanya itu, Siska sempat menyebut nama Vero dan memujinya sebagai kolega terbaiknya. Hal itu sontak membuat semua tamu undangan bersorak. Tidak sedikit juga yang ingin menjodohkan mereka tanpa tahu status Vero yang sebenarnya.“Sial!” seru Vero tertahan. Besok pasti banyak berita yang beredar, baik mengenai kerja samanya dengan perusahaan itu maupun tentang perjodohan dadakan antara dirinya dan Siska.“Sepertinya hidupmu tambah rumit, Bro.” Evan datang tiba-tiba dari belakang dan langsung merangkul Vero.“Diam kamu!” Pria yang mengenakan kemeja biru navy itu menyikut pelan perut Evan.“Bagaimana kamu bisa masuk?” tegur Max. Di luar sana penjagaannya sangat ketat. Bagi yang tidak memiliki undangan, tentu saja tidak diperbolehkan masuk ke pesta ini.“Aku ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status