Share

Bab 2

Author: Souleta
Karena kehujanan, Hailey sedikit masuk angin. Kepalanya terasa berat dan dia pun tertidur dalam kondisi lelah. Saat terbangun, hari sudah menjelang sore.

Begitu keluar dari kamar, Hailey langsung melihat Flynn sedang mengeringkan rambut Elysa yang masih basah.

"Ah, sudah, jangan diseka terus, aku cuma kehujanan sedikit kok," ucap Elysa manja.

"Nurut ya, sedikit pun tetap harus dikeringkan, nanti kamu sakit malah tambah repot," jawab Flynn lembut.

Hailey terdiam di tempat, tubuhnya seolah tertancap di lantai. Tiba-tiba, kenangan lama menyeruak masuk ke benaknya.

Di tahun pertama hubungan mereka, Flynn pernah mengajaknya menonton konser yang sudah lama dia nanti-nantikan. Saat itu, meskipun Hailey merasa tidak enak badan, dia tidak mau merusak suasana dan memilih untuk diam.

Namun, Flynn tetap menyadarinya. Baru sepuluh menit konser berjalan, Flynn langsung menariknya keluar dan membawanya ke rumah sakit. Sesudahnya, dia bahkan merasa bersalah karena tidak bisa lebih cepat menyadari kondisi Hailey dan terus menyalahkan dirinya karena sudah membuat Hailey menahan rasa tidak nyaman selama itu.

Selama empat tahun setelah itu, bahkan Hailey batuk sekali saja sudah cukup membuat Flynn panik luar biasa.

Namun hari ini, orang yang sama itu malah menunjukkan semua perhatian dan kasih sayangnya kepada orang lain.

"Sayang, kamu jangan salah paham, kami hanya ...." Setelah selesai menyeka rambut Elysa, barulah Flynn menyadari keberadaan Hailey.

Elysa buru-buru mencoba menjelaskan, "Tempat aku ngontrak ada kecoaknya, aku takut ... lalu Flynn bilang, aku bisa tinggal di sini dulu."

Hailey menatap Flynn dengan tajam. "Jadi itu yang kamu maksud dengan urusan mendesak?"

"Elysa beda sama kamu ... dia terbiasa hidup dimanja, nggak kuat kalau harus hadapi hal seperti itu, dia ...."

Mata Hailey langsung memerah. Barulah saat itu Flynn sadar, kalimatnya barusan adalah kesalahan fatal.

"Maaf ... aku nggak bermaksud seperti itu." Flynn buru-buru membela diri.

Sejak kecil, orang tua Hailey telah bercerai tak lama setelah dia lahir. Dia tumbuh besar seperti bola yang terus ditendang dari satu tempat ke tempat lain. Flynn tahu betul, impian terbesar Hailey sejak dulu adalah memiliki sebuah rumah.

Di tahun ketiga hubungan mereka, Flynn mati-matian bekerja, hingga akhirnya bisa membeli apartemen ini. Saat itu dia berkata, "Inilah rumah kecil kita berdua."

Namun sekarang, dia malah membiarkan wanita lain tinggal di rumah itu. Selain itu, dia bahkan melukai titik terlemah Hailey dengan tangannya sendiri.

"Nggak apa-apa." Hailey tersenyum tipis. Memang dia sendiri yang menyerahkan kelemahan itu kepada Flynn. Dia mengakuinya. Akan tetapi, tidak akan ada lagi "lain kali".

Flynn pun lega dan menggenggam tangan Hailey erat-erat.

Lalu Elysa tiba-tiba bertanya, "Flynn, kamu kasih kamarmu ke aku, terus kamu tidur di mana?"

Tangan Flynn sedikit bergetar. "Aku tidur di ruang kerja."

Begitu Elysa masuk ke kamar, Flynn buru-buru menjelaskan, "Aku dengar, katanya pasangan yang akan menikah harus kurangi intensitas ketemu, itu bagus buat hubungan. Aku cuma mikirin masa depan kita."

Hailey menarik tangannya pelan. "Nggak apa-apa." Nada bicaranya datar dan tenang, tapi justru itulah yang membuat hati Flynn mulai terasa tidak tenang.

Malam itu hujan deras disertai petir mengguyur kota.

Hailey menerima pesan dari Flynn.

[ Sayang, aku nggak biasa tidur sendirian tanpa kamu di sebelah. ]

Namun hampir di saat bersamaan, Elysa juga mengirimkan sebuah foto.

Dalam foto itu, Flynn sedang duduk di tepi ranjang. Elysa memegang pergelangan tangannya dan Flynn tersenyum padanya begitu lembut.

[ Aku penakut, nggak berani tidur sendiri. Dia yang nawarin untuk temani aku. Kamu mau suruh dia balik nggak? ]

Dada Hailey terasa sesak dan napasnya pun terasa berat.

Hailey bangkit dan keluar untuk mencari obat flu. Pada saat itu, pesan kedua dari Flynn pun masuk.

[ Tapi, aku ingin bersamamu selamanya. Demi kamu, sesulit apa pun aku akan tetap bersabar. ]

Hailey mengetik balasan singkat.

[ Iya, maaf merepotkan, ]

Kemudian, dia membuka jendela obrolan Elysa.

[ Nggak perlu, terserah kamu. ]

Hailey kembali berbaring di tempat tidur. Setelah menghitung waktunya, hanya tersisa 14 hari lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 20

    Jika dihitung waktunya, itu tepat sehari sebelum pernikahan Flynn dan Hailey.Seluruh tubuh Flynn menegang, bibirnya bergetar, ketakutan mencapai puncaknya. "Hai ... Hailey ...."Hailey justru tersenyum. "Selamat ya."Kata itu seperti menggores darah di hati Flynn. Flynn terus gemetar. Saat ini, semuanya terasa sangat jelas baginya. Dialah yang menghancurkan segalanya dengan tangannya sendiri. Hailey tidak mungkin mencintainya lagi."Flynn, kita pergi sekarang. Kita masih harus mengejar pesawat." Elysa meraih lengan Flynn.Hailey menoleh pada Elysa. "Sepertinya kamu sudah nggak punya jalan mundur."Ketenangan Elysa hampir runtuh.Hailey tersenyum tipis, lalu mengulang, "Selamat ya."Selesai berkata, Hailey langsung berbalik pergi. Elysa memilih ikut tenggelam bersama Flynn, itu pilihannya sendiri. Kalau sudah memilih, berarti harus siap menanggung semua akibatnya.Hailey mempercepat langkah, tak ingin membuat Luther menunggu terlalu lama. Setelah Flynn dan Elysa kembali ke negara asal,

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 19

    Di foto itu, Flynn memeluk Elysa erat-erat, sementara fotografer mencari sudut yang pas untuk memotret.Hailey mengirim pesan dengan tenang.[ Foto ini aku yang ambil, fotografer yang memotret mereka untuk foto prewedding juga aku yang atur. ][ Setelah itu, Elysa bahkan mengirim pesan terima kasih kepadaku, bilang berkat aku foto-fotonya terlihat sangat bagus. ][ Flynn, kamu yakin mau aku terus kirim bukti lain? ]Ruang percakapan pun terhenti karena ketiga pesan itu. Mereka yang biasanya cerewet seolah-olah dibungkam.Cukup lama setelah itu, Flynn mengirim pesan ke grup.[ Hailey nggak salah, aku yang mengecewakan dia. ]Hailey menatap dengan dingin. Permintaan maaf yang datang terlambat sudah terlalu sering dia dengar dan malah membuatnya muak.Hailey tidak peduli pada reaksi orang lain. Dia langsung keluar dari grup."Bantu keluarin aku juga, kita 'kan satu paket," ujar Luther.Hailey melirik Luther, lalu langsung mengeluarkan Luther dari grup itu juga.Ponsel diletakkan, berganti

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 18

    Namun, yang masuk adalah Elysa."Akhirnya kamu sadar. Aku takut setengah mati gara-gara kamu!" Elysa mendekat dengan cepat, bahkan meneteskan air mata bahagia.Namun, saat dia hendak meraih tangan Flynn, tangan itu justru menepisnya dengan keras. "Kenapa malah kamu?"Tatapan dingin Flynn menusuk hati Elysa, membuat senyumannya menghilang. "Kamu berharap Hailey yang datang ya?""Kamu sudah mempersiapkan semua selama tiga tahun, sebentar lagi bisa naik jabatan jadi presdir. Tapi karena satu Hailey, kamu rela buang semuanya begitu saja? Kalau kamu mengorbankan banyak hal, apa Hailey mau peduli sama kamu?""Tutup mulutmu!" Urat di pelipis Flynn menegang. "Kalau bukan karena kamu, semua ini nggak bakal kacau."Elysa tertawa, tetapi tawa itu segera bercampur air mata. "Flynn, kamu ini masih manusia bukan sih? Kamu yang duluan mendekatiku, bilang kalau Hailey cuma tanggung jawabmu dan satu-satunya orang yang benar-benar ingin kamu nikahi itu aku!"Ekspresi Flynn sama sekali tak goyah. "Kamu j

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 17

    Entah dari mana Flynn mendapatkan sebuah mobil. Saat Hailey berangkat kerja, dia berjaga di luar kantor. Ketika Hailey pulang, mobilnya diparkir di halaman dan dibiarkan bermalam di sana.Flynn juga memasak sendiri tiga kali sehari dan menyuruh orang mengantarkannya ke Hailey, bahkan menghitung waktu agar saat diterima masih hangat.Dia juga menyuruh orang membawa camilan yang dulu Hailey suka dari dalam negeri, diamdiam ditaruh di depan pintu apartemennya. Namun, Hailey selalu menyerahkannya kepada orang yang lewat.Baru seminggu, Flynn sudah kehilangan banyak berat badan. Kondisinya jelas terlihat memburuk. Setiap kali tatapan mereka tak sengaja beradu, mata Flynn langsung memerah, penuh permohonan.Namun, Hailey cepat-cepat mengalihkan pandangan, benar-benar menganggapnya seperti orang asing. Dia tidak ingin punya hubungan apa pun lagi dengan Flynn dan tidak mau membuat Luther merasa tidak nyaman karena Flynn.Salju pertama turun, suhu mendadak turun drastis. Tahu Hailey takut dingi

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 16

    Saat ini, Flynn benar-benar terlihat seperti anjing yang kehilangan rumah, tetapi itu sama sekali tak membangkitkan sedikit pun rasa iba dalam hati Hailey. "Seperti yang kamu pikirkan. Bukannya kamu sudah lama tahu?"Selesai berkata begitu, Hailey mengalihkan pandangannya dan langsung menutup pintu.Luther duduk di meja makan menunggunya. Hailey berjalan mendekat, lalu Luther secara alami menyerahkan sendok kepadanya. Ujung jari Hailey sedikit bergetar."Kenapa tadi kamu nggak keluar?"Ini bukan gaya Luther. Begitu hubungan mereka ditetapkan, dia langsung dengan tegas menunjukkan bahwa Hailey adalah miliknya. Kini, seluruh kantor cabang sudah tahu bahwa Luther pergi ke luar negeri karena Hailey."Hailey, aku juga bisa merasa takut." Luther tersenyum tipis. "Tapi sekarang aku sudah nggak takut lagi.""Kenapa?""Aku memahamimu. Kamu nggak akan menoleh ke belakang." Tatapan Luther membara. "Aku terima kalau sekarang kamu belum terlalu suka padaku, tapi kamu orang yang bertanggung jawab. L

  • Cinta yang Tepat Untuk Orang yang Pantas   Bab 15

    "Jangan panggil aku begitu, menjijikkan!"Flynn terdorong beberapa langkah sebelum bisa berdiri stabil. Matanya tiba-tiba memerah."Soal foto pernikahan itu, aku sudah jelaskan padamu, itu palsu. Hari itu aku sudah bilang, aku sedang dinas luar.""Aku nggak ada hubungan dengan Elysa, aku anggap dia seperti adik. Kalau kamu nggak suka, aku nggak akan bertemu dengannya lagi.""Kamu sengaja menyembunyikan dirimu dariku. Aku susah payah mencari tahu keberadaanmu. Aku sampai naik pesawat sepuluh jam untuk datang ke sini.""Hailey, kumohon padamu, jangan begini padaku. Aku nggak sanggup." Suara Flynn bergetar, penuh dengan rasa tertekan.Hailey menggigit bibir merahnya erat-erat, dadanya bergelora dengan rasa muak. "Flynn, kamu ini nggak punya rasa malu ya?"Flynn tertegun menatap Hailey. "Sebenarnya kenapa? Aku salah apa? Kita sudah bersama lima tahun, sebentar lagi menikah. Kenapa kamu tiba-tiba nggak mau lagi denganku?"Hailey menatapnya tanpa ekspresi. "Di hari pernikahan itu, kamu lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status