Short
Organ Putriku Untuk Putra Pelakor

Organ Putriku Untuk Putra Pelakor

By:  Jelita AyundaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
1.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Suamiku adalah dokter yang baik di mata semua orang. Namun, demi menemani anak dari cinta pertamanya bermain di taman dan mencoba meraih hadiah, dia malah menunda penanganan pasien kritis yang menjadi korban kecelakaan. Kemudian, dia bahkan diam-diam menukar obat pasien dan membiarkan pasien itu mati perlahan-lahan agar bisa mendapatkan donor jantung untuk putra cinta pertamanya. Namun, yang tak dia sadari adalah, gadis kecil yang wajahnya tak lagi bisa dikenali akibat kecelakaan itu ternyata adalah putrinya sendiri. Kemudian, dia mencoba menghubungi keluarga pasien dan berharap bisa mendapatkan izin untuk mendonorkan organ. Namun saat panggilan tersambung, suara dering ponselku memenuhi ruangan.

View More

Chapter 1

Bab 1

Putriku dan aku dipisahkan setelah kecelakaan mobil dan dibawa ke rumah sakit yang berbeda. Karena dokter bedah utama belum tiba, operasinya terus tertunda. Entah bagaimana, jiwaku keluar dari tubuh setelah kecelakaan itu.

Tubuhku terbaring di tempat tidur, sementara jiwaku melayang di dekat putriku dengan cemas dan tak berdaya. Aku sangat khawatir, begitu juga dengan perawat ruang gawat darurat yang terlihat panik.

"Kenapa Pak Samuel belum datang? Kondisi gadis kecil ini sangat kritis!"

Seorang petugas di sampingnya menjawab dengan canggung, "Aku sudah hubungi dia, tapi Pak Samuel bilang akan datang nanti. Dia lagi di taman bersama seorang anak yang sedang menangis karena ingin memenangkan hadiah utama dari permainan pecah telur emas dan nggak mau pulang kalau belum mendapatkannya."

"Samuel ini benar-benar nggak tahu membedakan mana yang lebih penting! Anak ini sudah hampir sekarat!"

Samuel?

Mendengar nama itu, aku tersentak menyadari bahwa putriku telah dibawa ke rumah sakit tempat suamiku bekerja. Dia adalah dokter anak terbaik di kota ini. Jika dia ada di sini, putriku pasti bisa diselamatkan!

Perawat yang berdiri di samping kami sangat gelisah dan akhirnya memutuskan berlari keluar ruangan. "Taman berada di dekat sini, coba kalian telepon lagi. Aku akan langsung cari dia."

Saat itu aku baru tersadar. Tidak ada panggilan darurat dari rumah sakit, tapi dia memang memilih untuk menemani Ruby dan anaknya. Meski demikian, aku tidak tega meninggalkan sisi putriku. Aku hanya bisa diam-diam berdoa agar Samuel segera kembali.

Di taman ....

"Selamat, Nak. Kamu memenangkan hadiah kedua lagi."

"Kenapa hadiah kedua lagi? Aku nggak mau! Aku cuma mau hadiah utama!"

Perawat yang baru saja tiba di taman, melihat Samuel sedang bersama cinta pertamanya, Ruby. Mereka sedang menenangkan Max, anak Ruby, yang kecewa karena tidak bisa mendapatkan hadiah utama dari permainan pecah telur emas.

"Pak Samuel, kenapa Anda masih di sini? Ada seorang gadis kecil korban kecelakaan di ruang gawat darurat yang kondisinya sudah sangat kritis."

Perawat muda yang berlari sepanjang jalan akhirnya tiba dengan napas terengah-engah dan keringatan.

Melihat perawat yang berlari mendekat, Samuel terkejut sesaat, lalu melirik Max yang masih menangis dan berkata pada perawat itu dengan ragu-ragu, "Tunggu sebentar, sebentar lagi."

Perawat itu membuka mulutnya dengan cemas, tapi Samuel sudah berbalik dan berjongkok di depan Max.

"Max sayang, kamu punya masalah jantung, jangan menangis begini. Nanti kamu akan merasa nggak enak dan perlu diinfus, itu pasti menyakitkan. Paman akan belikan semuanya untukmu. Kita coba lagi nanti, gimana?"

Mendengar ucapannya, Max yang sudah ditenangkan oleh Ruby, mulai mereda dan berhenti menangis. Ruby mengelus kepala Max dan tersenyum pada Samuel, "Terima kasih banyak. Mungkin sebaiknya kita sudahi dulu hari ini, kita juga harus kembali ke rumah sakit."

Samuel mengangguk, lalu membawa Ruby dan Max kembali ke rumah sakit. Setelah memastikan mereka kembali ke kamar dengan aman, dia akhirnya mengikuti perawat ke ruang gawat darurat.

Di tengah kecemasan para staf, suamiku akhirnya muncul terlambat.

Dia melirik sekilas pada putri kami yang terbaring di ranjang dengan tubuh yang penuh luka dan berdarah. Tebersit kejengkelan pada ekspresinya, tetapi hanya sekilas. Aku menggelengkan kepala, berusaha meyakinkan diri bahwa aku salah lihat.

Samuel selalu menganggap menyelamatkan nyawa orang adalah tanggung jawabnya. Tidak mungkin dia bisa sedingin itu, 'kan?

Lampu di ruang operasi akhirnya menyala dan rasa cemas yang menghimpit dadaku mulai berkurang. Aku berbalik dan melihat diriku sendiri yang terbaring koma di ranjang ruang gawat darurat.

Seorang dokter di samping ranjang berkata sambil mencatat dengan pena, "Gegar otak, retak ringan di tengkorak, tapi nggak ada yang terlalu serius."

Namun, hatiku tidak merasa lega sedikit pun. Betapa aku berharap akulah yang tertabrak, bukan putriku. Kejadian hari itu masih terbayang jelas di kepalaku. Hari ini adalah ulang tahun putri kami. Sebelum makan malam, suamiku menerima panggilan dari rumah sakit dan segera meninggalkan rumah.

Putri kami diam-diam keluar dari rumah, berniat mencari ayahnya yang baru saja dipanggil ke rumah sakit. Aku menemukannya di tepi jalan, tepat saat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.

Aku berlari sekuat tenaga untuk mencoba mendorongnya, tapi sudah terlambat. Aku hanya bisa menyaksikan tubuh kecilnya terlempar oleh benturan mobil.

Wajah putriku mengalami luka serius. Kepangan kecil yang kubuatkan pagi itu sudah berantakan, bercampur dengan darah. Gaun kelinci kecil yang dia kenakan penuh dengan darah dan tanah. Membayangkan sosok mungilnya di meja operasi, hatiku terasa perih.

Mengapa?

Mengapa aku tidak bisa menjaga putriku dengan baik?

Seketika, rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam menyelimutiku. Namun, begitu teringat bahwa suamiku adalah dokter bedah utama dalam operasi ini, perasaan tegangku sedikit mereda. Syukurlah, dia yang akan merawat putriku.

Aku menunggu di depan ruang operasi selama seharian penuh sampai akhirnya putriku keluar dari ruang operasi dan dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Melihat kepalanya yang dibalut perban, hatiku terasa perih, berharap aku bisa menukar nyawaku untuk kesehatannya.

Samuel melihat laporan medis putri kami sambil bertanya pada perawat, "Apa sudah ada keluarga pasien yang ditemukan?"

Perawat menggelengkan kepala dan menjawab, "Setelah tertabrak, pengemudi langsung melarikan diri. Ada orang yang melaporkannya ke polisi, tetapi gadis kecil ini hanya memakai baju tidur dan nggak membawa barang yang bisa mengidentifikasi dirinya. Pihak berwenang sudah menyebarkan pengumuman pencarian, tapi belum ada yang menghubungi."

Suamiku mengerutkan alis. "Anak sendiri hilang, tapi keluarganya bahkan nggak tahu? Orang tua macam apa itu, nggak bertanggung jawab sekali!"

Mendengar perkataannya, rasa bersalah di hatiku semakin membesar.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status