Ryan Badawi selalu dikenal sebagai orang yang penuh kasih sayang. Tetapi pada hari ketika cinta pertamanya terdiagnosa kanker, dia malah kasih aku obat yang bisa membuat seseorang amnesia. “Mona, Clara sudah mau meninggal. Kasih aku tiga hari, aku akan memenuhi pernikahan impiannya." "Aku tidak akan membuatmu sedih. Obat ini hanya membuatmu amnesia sementara. Ketika pernikahan kami selesai dalam 3 hari, kamu minum obat penawarnya dan akan kembali mencintaiku. Saat itu, kita menikah kembali." Melihat tatapannya yang sangat mendesak, aku mengambil obat itu dan langsung menelannya tanpa ragu-ragu. Tapi Ryan tidak tahu bahwa obat amnesia itu adalah hasil penelitianku sendiri, dan sebenarnya tidak ada obat penawarnya. Setelah tiga hari, aku akan benar-benar melupakan dia.
View MoreDia pun berbalik dan pergi dengan sedih.Setelah Ryan pergi, akhirnya Nadia merasa lega."Mona, melihat kamu begitu sadar, aku benar-benar senang.""Ryan selama ini terlalu gila. Dulu aku tidak tahu dia bisa segila itu."Nadia mendekat dan mulai bercakap-cakap banyak hal.Dari perkataannya, aku mengetahui bahwa sebelumnya Clara sering meminta banyak uang darinya dengan alasan biaya medis.Sekarang, setelah Ryan mengetahui kebenarannya, dia langsung menuntut Clara.Clara kini memiliki banyak utang dan terpaksa harus bekerja untuk membayarnya. Dan Ryan menggunakan kekuasaannya, kini tidak ada perusahaan yang berani mempekerjakan Clara."Kejam sekali. Dulu Ryan sayang padanya, sekarang langsung sejahat itu.""Menurutku, pria dengan emosi tidak stabil seperti itu, sebaiknya segera dilepaskan. Dia memang tidak pantas untukmu."Aku tertawa mendengar kata-katanya. Saat itu, direktur datang terlambat dan menggenggam tanganku."Sampelnya sudah kami ambil untuk diuji, dan hasilnya sangat bagus!
Nadia menatapnya dengan jijik, lalu segera membawaku pergi.Aku menoleh ke belakang dan melihat dia masih berdiri sendirian dengan wajah sedih.Saat kami bertatapan, dia seperti ingin berkata sesuatu, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun."Kamu sedang lihat apa?"Aku mengalihkan pandanganku dan bertanya lembut kepada Nadia, "Jadi dia suamiku?"Nadia mengoreksi, “Mantan suami. Kamu tidak perlu mengingat. Lebih baik melupakannya. Dia tidak layak untuk dipertahankan."Aku tersenyum, mengangguk, dan tidak bertanya lebih lanjut.Proyek berjalan sangat cepat. Dalam waktu tiga bulan, obat penawar akhirnya berhasil dikembangkan.Nadia tampak sangat gembira, memelukku sambil melompat-lompat."Sampelnya sudah dikirim! Direktur dan timnya segera datang. Obat ini bisa jadi dasar pengobatan penyakit mental secara luas. Mona, pemenang nobel berikutnya adalah kamu!"Aku terlihat lelah, tetapi tidak bisa menyembunyikan rasa lega di mataku.Setelah lima tahun, akhirnya aku mencapai impianku.
Dia menatapku dengan wajah lelah dan suara pelan."Mona, tunggu aku di restoran dulu. Aku akan segera menyusul."Aku mengangguk pelan dan menghela napas tanpa daya, "Baiklah. Jangan lama-lama, ya."Baru saja melangkah keluar dari gerbang Institut, tiba-tiba sebuah tangan menarik lenganku dari samping.Aku menoleh, seorang pria berdiri di depanku, matanya sembab dan merah, kantung matanya gelap, kumis tipis belum dicukur, penampilannya kusut, seperti seseorang yang tidak tidur berhari-hari.Sepasang matanya yang merah padam menatap lurus ke arah aku. Secara refleks, aku mundur, tetapi pria itu tidak mau melepaskan tanganku.Tanganku merogoh dompet dan menyodorkan beberapa lembar uang ke arahnya."Ini semua uang yang aku bawa, cukup kan?"Dia mengatupkan mulutnya, kemudian sadar kalau aku mengira dia seorang gelandangan."Aku tidak butuh uangmu."Kesabaranku sudah habis, aku pun berkata dengan sedikit tidak sabar, "Lalu kenapa kamu menahanku? Kita kenal?"Dia menatapku, tiba-tiba dia ber
Selama ini, Ryan mengira perasaannya terhadap Clara hanyalah sebatas kasih sayang dan rasa kasihan. Ia pikir, semua itu bukan cinta. Tapi sekarang...dia harus jujur pada dirinya sendiri, emosinya memang berubah karena Clara.Itulah kenapa, saat melihat Clara menangis dengan mata sembab, dia menyetujui pernikahan itu tanpa berpikir panjang.Kapan tepatnya dia mulai peduli pada Clara? Dan kapan Mona mulai kecewa padanya?Hati Ryan kacau. Kertas surat yang tadi dibaca kini diremas erat di tangan.Ujung jarinya memucat.Dengan suara nyaris tak terdengar, ia bergumam, "Mona, aku salah..."Di sisi lain, aku sudah duduk di kursi pesawat. Aku melirik jam di layar, dua menit lagi.Dua menit sebelum semua ingatanku tentang Ryan benar-benar lenyap.Aku rasa, saat ini dia pasti sudah membaca suratku.Apa dia akan menyesal?Aku menunduk dan tersenyum kecil.Sudahlah. Entah dia menyesal atau tidak, itu bukan lagi urusanku.Mulai sekarang, aku dan dia tak ada lagi hubungan.Setelah menghapus kontak
Wajah Ryan tampak pucat. Ia melangkah mendekati Nadia dengan ekspresi ketakutan, keningnya berkerut saat berusaha tetap tenang."Apa... benar yang kamu katakan?""Benar atau tidak?"Nadia tersenyum dingin, "Untuk apa aku bohong? Kamu terlalu percaya diri, makanya Mona bisa meninggalkanmu."Lalu suaranya merendah, namun penuh tekanan."Tahu tidak? Dia bilang dia benci kelemahannya sendiri. Benci karena terlalu mencintaimu, sampai-sampai dia tak pernah bisa benar-benar melepaskanmu. Tapi sekarang, setelah kamu yang menyuruhnya minum obat itu... dia benar-benar sudah bebas."Kata-kata itu menghantam garis pertahanan terakhir di hati Ryan. Suaranya mulai gemetar."Dia... dia sekarang di mana?"Nadia menatap Ryan tajam, dengan sorot mata penuh sindiran."Katanya kamu mencintainya, kan? Kalau begitu... cari sendiri."Ryan mengepalkan tangannya. Dalam satu gerakan, ia melemparkan buket bunga dan berbalik, berjalan cepat meninggalkan arena."Ryan! Ryan! Jangan pergi! Pernikahan kita belum sele
Mendengar Ryan berinisiatif mengesampingkan hubungan lama itu, kelompok itu menghela napas lega."Clara muda dan cantik, mana mungkin Mona bisa dibandingkan dengannya," ujar salah satu dari mereka."Ryan, Clara sudah menyerahkan hidupnya padamu. Jangan sampai kamu mengecewakannya."Ryan tersenyum lembut, seperti janji yang pernah dia buat padaku dulu."Tenang, aku tidak akan mengecewakannya."Aku hanya bisa merasakan kecewa, sementara Nadia tampak marah, sampai-sampai menggertakkan giginya."Dasar nggak bermoral! Mana ada orang seterang-terangan gitu jadi selingkuhan."Tak jauh dari situ, tiba-tiba seseorang berseru, "Di hari yang bahagia ini, bagaimana kalau Clara dan Ryan berciuman?"Seruan itu disambut riuh oleh para teman-teman."Ciuman! Ciuman!"Clara menatap Ryan dengan malu, wajahnya tampak merengek manja.Di tengah sorakan itu, Ryan menyentuh telinga Clara perlahan dan dengan lembut mencium bibirnya.Sorak-sorai memuncak.Meski suasana ramai, aku merasa sangat sepi.Tidak bisa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments