Short
Pengkhianatan di Tengah Duka

Pengkhianatan di Tengah Duka

Oleh:  Sara DavinaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Hari dimana ketika mertuaku diculik, suamiku sedang memasak untuk cinta pertamanya. Aku tak menghalanginya untuk membantu orang lain, tapi setelah berbalik, aku melaporkannya ke polisi dengan niat baik. Karena aku telah bereinkarnasi. Sebelum aku bereinkarnasi, aku melarang suamiku pergi merawat si cinta pertamanya. Dia menghentikan ayah dan ibu mertuaku yang hendak keluar rumah, mencegah tragedi penyerangan menimpa mereka. Namun, si cinta pertamanya justru harus diamputasi karena luka di tangannya yang terinfeksi. Setelah kejadian itu, suamiku sama sekali tidak menyalahkan aku. Hingga setahun kemudian, saat aku hamil dan hampir melahirkan, dia membawaku ke tebing yang terpencil dan dengan tega mendorongku jatuh. "Kalau saja malam itu kau nggak menghalangiku untuk mencari Jessi, dia nggak akan mengalami hal ini. Semua yang terjadi, itu semua salahmu!" "Kenapa yang harus diamputasi itu Jessi? Seharusnya kau yang mati! Dasar kau wanita jahat!" Aku terguling di tebing bersama anaknya diperutku, mati tanpa bisa menutup mata dengan tenang. Kali ini, suamiku akhirnya keluar untuk merawat cinta pertamanya, tapi setibanya di rumah, dia malah jatuh berlutut, tubuhnya tampak lebih tua sepuluh tahun lebih tua dari sebelumnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Ketika cinta pertama Fandi tiba, aku kebetulan menerima telepon dari penculik.

"40 miliar! Kau punya waktu satu jam untuk mengumpulkan uangnya. Satu jam kemudian, taruh uang itu di kolong Jembatan Musin. Kalau kau berani lapor polisi, nyawanya akan melayang!"

Dengan pengalaman dari sebelumnya, aku mengaktifkan speaker telepon, dan Fandi juga mendengar panggilan itu.

Aku menoleh dan bertatapan dengan wajahnya yang suram.

Dia terkekeh sinis, "Giselle, bagaimana bisa kau seberani ini? Demi mengusir Jessi pergi, kau bahkan bersekongkol dengan orang tuaku untuk berpura-pura di depanku?"

Aku tidak menangis dan berteriak seperti yang dia kira, aku hanya dengan tenang berkata, "Aku nggak sedang berpura-pura. Mertua kita diculik dan butuh 40 miliar untuk tebusan. Sekarang, ambil uang itu."

Fandi menatapku dengan tatapan dingin, dan tanpa ekspresi dia berkata "Jadi setelah menikah nggak dapat cinta dariku, sekarang malah mau menipu uangku, ya?"

Aku dan Fandi sudah saling mengenal lebih dari dua puluh tahun. Waktu kecil, aku pernah menyelamatkan nyawanya, dan sejak saat itu orang tua kami sudah menjodohkan kami. Tapi aku tahu, Fandi selalu merendahkan latar belakangku, dan aku juga tahu dia memiliki cinta pertama yang selalu dia ingat, yang sedang kuliah di luar negeri. Tapi aku tak keberatan, karena aku mencintainya.

Sebelum menikah, aku sempat memberitahunya, jika dia tak ingin menikah denganku, dia masih bisa membatalkan dan menemui cinta pertamanya. Aku tak akan keberatan.

Dia bahkan tidak melirikku, dan hanya berkata dengan datar "Aku bersedia atas keputusanku ini."

Setelah menikah, dia menjadi lebih dingin dibandingkan sebelumnya. Sejak aku mengenalnya, dia tak pernah sekalipun memandangku dengan serius. Aku sempat berusaha menghibur diri, meyakinkan diriku bahwa sikap dinginnya itu hanyalah sifat alaminya, dan di dalam hatinya, dia tetap mencintaiku.

Tapi ketika cinta pertamanya, Jessi Hartanto, kembali pulang dari luar negeri, senyum di wajahnya terasa seperti pisau yang mengiris hatiku.

Sejak awal hingga akhir, dia tak pernah memihakku.

Pandanganku perlahan menjadi dingin, aku menatap Fandi dengan tatapan dingin. Aku benar-benar kecewa padanya.

Aku mengerutkan bibirku, lalu berkata dengan tenang, "Aku tak pernah berpikir untuk menipu uangmu, apalagi menggunakan cara yang begitu rendah dan tidak terhormat seperti ini."

"Terserah kau percaya atau nggak, orang tuamu memang sedang diculik sekarang, aku nggak sedang berpura-pura."

"Kalau kau percaya, ikutlah ke kantor polisi. Kalau nggak, pergilah, jangan halangi aku untuk menyelamatkan orang."

Mungkin karena aku terlalu sabar, atau mungkin karena ini pertama kalinya aku menunjukkan ketidaksabaranku padanya, Fandi pun diam terpaku.

Aku dengan perlahan mendorong Jessi, bersiap untuk keluar, namun Jessi malah terjatuh ke lantai.

"Ah, sakit!"

Dia berkedip dengan mata besarnya yang penuh kepolosan, air matanya jatuh membasahi wajahnya.

"Fandi, jangan marah sama Kak Giselle, dia nggak sengaja kok."

Wajah Fandi tampak sangat gelap, seakan bisa meneteskan air hujan, dia dengan tanggap langsung melangkah maju dan memeluk Jessi. Jessi memegang tangannya yang kesakitan, dan aku baru menyadari kalau tanganku juga terluka.

Fandi berteriak padaku dengan marah seakan-akan dia kehilangan akalnya.

"Kalau terjadi sesuatu pada Jessi, aku akan membuat kau merasakan akibatnya!"

Dia buru-buru membawa pergi Jessi ke rumah sakit, meninggalkanku sendirian di dalam ruangan yang besar itu.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status