Share

Lusia Ternyata....

Lalu dituangkannya air panas ke dalam teko pada masing-masing mie instan tersebut. Dia memang rajin merebus air panas di dalam teko elektrik yang disediakan hotel agar sewaktu-waktu dapat langsung digunakan jika membutuhkan.

           

Sambil menunggu kedua mie instannya matang, lelaki itu memeriksa pesan-pesan dalam ponselnya. Tiba-tiba perangkat komunikasinya itu berbunyi. Tertera nama Mimin pada layarnya. “Lho, tumben Mimin nelepon aku di malam hari?” tanyanya pada diri sendiri. Diterimanya telepon sahabat perempuannya yang nyentrik itu dan berkata riang, “Halo, Min. Tumben jam segini nelepon?”

           

Terdengar suara di seberang sana terkekeh geli. Jujur Jonathan bersyukur sekali mempunyai sahabat seperti Mina. Teman SMA-nya  itu selalu membuat suasana menjadi ceria. Sejak dulu selalu begitu. Untung kami bisa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status