Untu perempuan
di Sabtu Kemarin
Bisakah kau ke mari sebentar. Dekatkanlah telingamu.
Aku ingin bercerita beberapa hal kepadamu: tentang dirimu, dan kenapa aku masih saja bertahan untuk memperjuangkan kamu.
Untuk bisa menjadi pantas mendampingimu.
Kau tahu? Bagiku kau adalah perempuan yang meneduhkan.
Kau adalah perempuan yang membuatku merasa utuh.
Meski terkadang tak jarang hujan pun meruntuh di dadaku. Saat cinta yang kujaga ternyata tidak kau rasa.
Saat rindu yang kupunya hanya terpendam dan menua.
Saat segala yang aku harapkan memilih lenyap sebelum bisa kuwujudkan.
Namun, tidak mengapa. Karena memang, bagiku kau adalah perempuan yang meneduhkan.
Walaupun akhir-akhir ini jarang kita bertemu. Kau sibuk dengan duniamu, dan aku sibuk dengan rinduku.
Kau berjalan dengan segala senyummu, aku berjuang untuk membuatmu kelak percaya.
Aku adalah lelaki yang
Kepada Perempuanyang Sedang Jauh dari rumahKamu harus percaya. Kamu tidak pernah benar-benar sendiri.Barangkali, surat ini juga tak akan mampu menyeka air matamu.Sama seperti suratku untuk memelukmu saat tubuhmu panas dingin.Tidak mampu menyembuhkan.Namun, aku ingin mengatakan kepadamu, bahwa, banyak sekali di dunia ini yang tak pernah kita inginkan.Namun, itulah yang diberikan Tuhan kepada kita.Bukankah semua itu adalah pilihan kita sendiri, meski tidak kita sadari.Sebab, ketika kita memiliki kesepakatan dengan tuhan untuk lahir ke dunia, kita sudah memaketkan segalanya dengan kelahiran.Keputusan memilih menetap sementara di dunia.Keputusan apa yang terjadi saat ini, saat kau membaca surat ini.Kau tahu? Tanpamu rasanya keramaian dan kembang api tak pernah benar-benar bisa menjadi teman bagiku.Tanpamu, kesepian adalah lebaran sesungguhnya.
Untuk Perempuankuyang Sedang SakitAku tahu surat ini tak akan menyembuhkanmu.Aku paham, rindu yang menumpuk di dadaku juga tidak mampu memulihkanmu.Namun, pada bait-bait ini aku ingin memelukmu.Menemani sepanjang panas dingin tubuhmu.Menjagamu dengan pikiranku: bahwa kamu adalah satu-satunya perempuan yang ingin kuyakinkan, untuk mencintaiku.Tidak usah sesalkan jarak. Tidak usah salahkan waktu.Karena kita juga tidak seharusnya menolak rindu.Jaraklah yang mengajarkan kita bagaimana cara menjaga percaya.Jarak pula yang mengajarkan kita untuk bersabar saat satu di antara kita tidak sempat memberi kabar.Kelak, juga jarak yang akan memperpendek diri, ia akan memangkas waktu hanya untuk melihat kita bertemu.Pada tubuhmu yang melemah, ada satu hal yang harus kau ingat: bahwa aku menjaga hatimu di sini kuat-kuat.Aku adalah hati yang menunggu rindu
Aku telah mimilihmuAku tahu, banyak di luar sana hati yang mungkin bisa saja menjadi pilihan lain.Hati yang bersedia menemani sepiku. Yang bersedia bermalam larut bersamaku.Yang bersedia berbagi segala yang ia punya padaku.Namun, aku telah memilihmu. Aku memilihmu atas apa saja risiko yang akan kuhadapi nanti.Aku memilihmu karena aku percaya. Rasa tidak pernah salah dalam mengeja.Meski rasa tidak selalu benar dalam memperhitungkan luka.Tidak mengapa. Bagiku memilihmu selalu mampu memulihkan.Kau obat atas segala nyeri di sudut hati.Walau kadang tidak jarang kau juga sebab rindu memagut sepi.Aku memilihmu atas segala perasaan yang tumbuh di dada.Mengabaikan segala kalimat manusia yang melemahkanku.Aku memilih buta. Aku memilih tuli.Aku tidak peduli pada perkataan orang-orang yang menginginkanku tidak mencintai kamu.Memilihmu adalah hal yang ingin
Ini Hanya Soat WaktuTak ada yang tahu kapan hati bisa dengan mudah menerima orang yang baru saat ia patah begitu sendu oleh cinta yang ternyata hanya benalu.Dan, kau hadir dalam getirku. Menghapus segala pupus asa.Kau manusia yang akhirnya mengertikan aku, bahwa selalu ada sembuh setelah jatuh, bahwa selalu ada kuat setelah rehat, bahwa ada kamu setelah dia.Setelah luka. Setelah khianat.Hadirmu mengubah apa-apa saja yang kuduga tak akan pernah ada.Apa-apa saja yang kini ternyata kita sebut bahagia. Ternyata benar, saat kau dicampakkan akan ada pemungut hati yang lebih tulus untuk mengajakmu kembali berdiri.Merentangkan pelukan, mengecupkan rindu, menghangatkan sendu.Di dadaku kini kau menjadi pemenuh segala teduh, tak ada lagi gersang yang mengeringkan, tak ada lagi lembab yang meneteskan.Jika pun nanti waktu memang tak bisa kita buat abadi, tetapi percayalah aku tak pernah lagi
Tak Pernah HabisPadamu cinta tak pernah habis.Meski seringkali dicuci oleh tangis.Aku memilih bertahan bukan karena takut kedinginan.Bagiku tetap bersamamu melebihi keinginan.Aku manusia yang utuh membutuhkanmu. Yang rela jatuh membasuh sendu sedanmu.Tanpa pernah kau minta, karena cinta selalu ada.Ia kembali pulih dari luka-luka, menjagamu tanpa pamrih seisi dada.Tak ada cinta yang sempurna.Aku pun pernah membuat retak-retak di dadamu.Tanpa kusadari, tanpa kuingini, jatuh kata-kata yang menyakiti.Namun, ingin kusampaikan kepadamu, tak pernah berniat aku menyakiti.Maafkanlah segala salah. Akan kupeluk semua yang patah.Biarkan kembali rindu lahir dari sebentuk harapan yang mengalir.Doa-doa mungkin tak akan berharga, tanpa rasa syukur karena kita masih ada.Peluklah segala harapan, biar kita tak tersesat menuju tujuan.Denganmu saja ingin ku menua.
Kalau SudahWaktunya KumintaKau Jadi SegalanyaLucu memang. Saat tidak bertemu denganmu. Aku ingin sekali segera bisa punya waktu berdua denganmu.Berbicara banyak hal. Aku bahkan sengaja menyiapkan diri untuk menunggu momen itu.Menyiapkan bahan pembicaraan yang akan aku utarakan nanti.Namun, sungguh di luar dugaan saat momen itu datang, semuanya malah menjadi buyar di kepalaku.Yang tersisa hanya perasaan grogi. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepadamu.Apalagi melihat senyummu itu. Ampun, aku benar-benar semakin grogi.Ternyata apa yang aku siapkan sama sekali tidak berguna.Namun, aku menikmati perasaan ini. Perasaan yang kubiarkan mengalir tenang. Aku memang sudah tidak mau menunjukan perasaan menggebu-gebu, sebab yang mengebu seringkali lebih cepat berlalu.Biarlah perasaan ini kunikmati pelan-pelan, semoga dia betah bertahan.Aku sungguh ingin menikmati se
Semoga Nanti KitaBertemu LagiAda banyak hal yang terduga dalam hidup ini. Seperti hari ini. Aku dibangunkan oleh satu panggilan telepon.Seorang teman mengajakku mengikuti kelas ujian mata pelajaran olahraganya. Sebenarnya aku tidak begitu tertarik awalnya.Selain karena aku sudah bukan mahasiswa lagi. Kegiatan berenang hanya dikhususkan untuk kelas mereka saja.Namun, dia memintaku ikut. Katanya mengantarkan dia saja. sebab ia malas untuk ikut bersama rombongannya.Akhirnya, aku bangun dan segera mandi. Ya sudahlah, lagian hari ini aku juga tidak kemana-mana.Tidak ada salahnya, aku membantu teman. Lagi pula, aku bisa mengetik sesampai di sana.Ada kafe kecil di pinggir kolam renang. Dan, temanku yang menanggung biaya sarapan pagi dan secangkir teh hangat di sana nanti.Aku dan temanku sampai lebih awal. Rombongan kelasnya belum juga datang. Sempat kesal.Aku memang tidak suka pada orang yang tela
Perkara MemendamPerasaanSetiap momen jatuh cinta kita dihadapkan pada pilihan.Mengatakan cinta itu dengan segera, atau menikmati pelan-pelan apa yang terasa.Mengambil risiko diterima atau ditolak saat menyatakan perasaan.Atau menjalani rasa rindu yang kadang membuat tak keruan. Memendam perasaan yang ada di pikiran.Dua-duanya adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Namun, saat jatuh cinta tidak ada pilihan lain. Hanya itu.Mau tidak mau harus menjalani salah satunya. Menyatakan atau memendam. Saat memutuskan memendam perasaan. Secara sadar kamu sudah memutuskan apa saja risiko dari semua itu.Kalau tidak nyesek, ya, nyesek banget. Namun, terlepas dari perasaan itu. Setiap perasaan sesungguhnya bisa dinikmati. Perasaan apa saja.Apakah itu patah hati, jatuh cinta, jatuh cinta diam-diam, juga saat kau memilih memendam perasaan. Kau selalu bisa menikmatinya.Meski terkadang lebih banyak perasaan bi