LOGINUsai menangisi kedekatan Nick dengan Liora, Gina memilih ke toilet untuk membersihkan wajahnya agar dia tampak fresh dan tak seperti orang yang baru saja menangis hebat.
Gina menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum miris. "Miris sekali hidupmu, Gina. Kamu bermimpi akan menikah bak putri kerajaan lalu hidup bahagia dengan pasanganmu hingga mati, tetapi kau malah menikah dengan seorang pria yang bahkan sama sekali tak perduli bahwa kau hidup atau tidak," ucapnya pada diri sendiri. Gina menghela napas berat. Dia berusaha untuk tetap tersenyum. "Ini yang semalam sengaja menyiram Liora ya? Jahat sekali. Dia sudah mengambil jabatan Liora, lalu dia memperlakukan Liora dengan tidak baik." "Padahal setahu aku, Liora punya banyak potensi untuk tetap menjadi sekretaris Pak Nick." "Sehebat apa perempuan itu sampai bisa menggeser Liora?" Gina mengerutkan keningnya. Dia mendengar semua bisik-bisik para karyawan itu. Dia berbalik dan menatap para pekerja kantor suaminya itu dengan tatapan datar. "Lupa ya kalau tembok juga punya telinga?" tanya Gina. Gina berjalan menghampiri mereka. "Aku bukan orang jahat. Orang jahatnya adalah Liora!" tegas Gina. Karyawan-karyawan itu menatap Gina dengan tatapan meledek. "Kalau kalian tahu aku istri Nick, kalian pasti tidak akan seberani ini padaku," batin Gina. Gina berjalan keluar dari toilet, telinganya panas karena jadi bintang utama gosip kantoran itu. Gina memilih untuk kembali ke ruangannya. Saat baru masuk ruangan Nick, mata Gina membelalak kaget. Dia mendapati suaminya tengah berciuman panas dengan Liora. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" teriak Gina histeris. Liora dan Nick kaget, buru-buru mereka memperbaiki posisi mereka. "Ini—" "Sama seperti apa yang kamu lihat, Mrs. Sarvana," ucap Liora memotong perkataan Nick sebelum pria itu angkat suara. "Kamu—" Gina menunjuk Liora. "Hahaha!" Liora tertawa menang. Liora melipat kedua tangannya di depan dada. Dia begitu angkuh. "Kamu pikir dengan menikah dengan Nick, hubunganku dengan Nick akan berakhir? Tidak, Gina!" seru Liora sinis. "Hubungan kami masih sangat berjalan dengan baik. Ya, walaupun sebelumnya aku dan Nick harus menyembunyikan itu semua di depanmu," lanjutnya tenang. "Pergi Liora! Jangan goda suamiku!" marah Gina. Gina dengan cepat menghampiri Liora. Tangannya terangkat tinggi. Dia akan menampar perempuan itu. Suara tamparan keras terdengar di ruangan itu. Bukan. Itu bukan suara tamparan Gina untuk Liora, itu suara tamparan yang Nick layangkan di pipi kanan istrinya. Gina menangis sambil memegang pipinya yang terasa sakit dan perih. "Jangan coba-coba menggores wajah kekasihku!" sentak Nick. Gina menatap Nick. "Putuskan dia. Aku istrimu!" seru Gina. "Sampai kapanpun Nick tak akan mau melepaskan aku," sahut Liora. "Aku akan melaporkan hubungan kalian ke Ayah, Ibu, Nenek dan kedua orang tuaku," final Gina. Gina berbalik dan hendak pergi dari sana. "Awalnya Nick takut kalau keluargamu tahu akan hubungan gelap kami. Tapi, kamu memang bisa menerima konsekuensi kalau mereka semua tahu tentang hubunganku dengan Nick?" tanya Liora santai. Perempuan itu memainkan jari jemarinya dengan tenang. "Kalau berita tentang hubunganku dengan Nick tersebar di keluargamu, maka putuslah hubungan keluarga kalian berdua. Bagaimana dengan keadaan nenekmu yang punya sakit jantung? Apa jadinya jika nenekmu tahu kalau akibat dari wasiat kakekmu membawamu ke hubungan yang tak diinginkan? Nenekmu akan merasa bersalah. Dia akan menyalahkan dirinya sendiri dan BOM—" Liora tertawa keras sebelum melanjutkan ucapannya. "Dia bisa menyusul kakekmu," lanjut Liora santai. ". . ." Gina terdiam. Dia menunduk dan tak tahu harus berbuat apa. Apa yang dikatakan Liora sangat benar. Semuanya bermula dari perjodohan itu. Gina tak bisa berkata apa-apa. Dia memilih untuk pergi sambil menghapus air matanya dengan kasar. Dia tak tahu apa yang dilakukan Liora dan Nick disana saat dia sudah pergi. Seks mungkin? Entahlah, membayangkannya saja membuat dunia Gina hancur. Semua orang memandang ke arah Gina yang berlari sambil menangis. Mereka berbisik-bisik dan menganggap kalau Gina aneh. "Argg!" Gina terjatuh dan lututnya tergores saat dia tak sengaja menabrak seseorang sampai dia terjatuh di lantai. Gina menangis keras. Dia menangis bukan karena sakit pada kakinya, tetapi semuanya. Semua pengkhianatan suaminya di belakangnya. "Kamu—Gina?!" Pria itu kaget saat melihat siapa yang menabraknya. Gina tersentak. Suara itu lumayan familiar. Perempuan iu mengangkat pandangannya. Didapatinya seorang pria dengan tubuh proporsional bak model dan kuliat berwarna Tan yang eksotis. Tanpa mengucap sepatah kata apapun, Gina memeluk orang itu sambil menangis meraung-raung. Pria itu kaget tetapi dia juga membalas pelukan Gina. Dari balkon lantai dua kantor Nick, sang CEO memandang pemandangan itu, pemandangan dimana istrinya tengah berpelukan dengan salah seorang kolega nya yang punya janji meeting hari ini dengannya. "Apa hubungan Daniel dan Gina?" gumam Nick geram sambil mengepalkan kedua tangannya di bawah sana.Tak mau berada lebih lama di apartemen untuk melihat kedekatan Liora dan Nick, Gina memilih untuk berjalan-jalan di sekitaran area apartemen nya. Malam itu terasa sangat dingin hingga menusuk ke kulit-kulit tubuh.Perempuan dengan kulit putih bersih itu berjalan di tengah malam yang dingin sambil memeluk tubuhnya untuk melindungi tubuh mungilnya dari dingin malam yang menyengat.Katakanlah Gina saat ini seperti orang tak terurus sama sekali, seperti bukan anak orang kaya saja dan malah sebaliknya. Rambutnya acak-acakan, matanya sembab dengan garis hitam di bawah sana, ujung hidungnya memerah sambil sesekali dia menghisap ingusnya yang ingin keluar."Gina?" sapa seseorang agak kaget.Gina berbalik lemas, tetapi saat ingin membalas panggilan orang itu, pandangan Gina tiba-tiba memudar. Kepalanya pusing dan dalam seketika perempuan itu terjatuh tak sadarkan diri.Iya. Gina Pingsan.***"Uhm..."Gina bergerak lemah sambil sesekali meringis pelan. Matanya terbuka perlahan. Sakit kepala men
Gina menghentikan langkah kakinya saat seorang perempuan yang sangat dia kenali masuk ke apartemennya, maksudnya apartemennya dengan Nick."Apa yang kau lakukan di sini, Liora?!" tanya Gina nyalang.Liora menatap Gina dengan sinis. Dia memandang istri kekasihnya itu dengan tatapan meremehkan dan angkuh yang mungkin sudah jadi ciri khas nya jika dia bertemu dengan Gina."Keluar dari apartemenku!" teriak Gina marah."Apartemenmu? Bukannya inj dibelikan oleh Ayahku?" tanya Nick yang baru masuk.Gina mengepalkan kedua tangannya di bawah sana. Sudah dia pastikan kalau Liora datang ke sini bersama Nick."Kenapa kau membawa dia ke sini, Nick? Aku tak suka. Suruh dia pulang," perintah Gina.Nick mengangkat alis kanannya cukup tinggi. Gina paham akan hal tersebut. Wanita itu langsung menghela napas panjang."Ini apartemen kita, Nick. Untuk apa membawa orang asing ke sini?" tanya Gina putus asa."Hei! Kau berkata kalau aku orang asing? Apa kamu lupa kalau aku kekasih suamimu, Nyonya Gina Sarvan
Tamparan keras melayang pada pipi kanan Gina. Ini adalah kali kedua dia mendapatkan perlakuan KDRT itu dari sang suami.Gina hanya bisa menunduk sambil menangis pelan. Dia merasakan sensasi perih pada pipinya. Hatinya juga bergemuruh sakit karena Nick.Menjadi seorang istri yang disayangi dan dijaga oleh suami adalah impian semua orang, tetapi mengapa Gina tak mendapatkan hal itu."Kau lupa bahwa kau sudah bersuami, Gina Sarvana?!" tanya Nick marah. Pria itu menggertakkan giginya dengan kuat."Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba menamparku?" tanya Gina bingung.Nick menatap istrinya dengan tajam."Jangan berpura-pura bodoh, Gina. Kau harus tahu statusmu. Kau istri dari seorang Nick Arselio. Kau harus jaga sikap, Gina!" jelas Nick yang masih menderu karena amarah.Gina menatap Nick dengan iba sekaligus bingung. Dia bingung karena tiba-tiba Nick langsung menamparnya saat mereka baru sampai di apartemen mereka. Dia merasa iba karena kalimat Nick yang seakan-akan mengartikan bahwa pria itu
Usai menangisi kedekatan Nick dengan Liora, Gina memilih ke toilet untuk membersihkan wajahnya agar dia tampak fresh dan tak seperti orang yang baru saja menangis hebat.Gina menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum miris."Miris sekali hidupmu, Gina. Kamu bermimpi akan menikah bak putri kerajaan lalu hidup bahagia dengan pasanganmu hingga mati, tetapi kau malah menikah dengan seorang pria yang bahkan sama sekali tak perduli bahwa kau hidup atau tidak," ucapnya pada diri sendiri.Gina menghela napas berat. Dia berusaha untuk tetap tersenyum."Ini yang semalam sengaja menyiram Liora ya? Jahat sekali. Dia sudah mengambil jabatan Liora, lalu dia memperlakukan Liora dengan tidak baik.""Padahal setahu aku, Liora punya banyak potensi untuk tetap menjadi sekretaris Pak Nick.""Sehebat apa perempuan itu sampai bisa menggeser Liora?"Gina mengerutkan keningnya. Dia mendengar semua bisik-bisik para karyawan itu.Dia berbalik dan menatap para pekerja kantor sua
"Kamu belum menjawab pertanyaanku sama sekali Nick!" Gina terus menerus mencecar Nick dengan pertanyaan yang sama usai mereka masuk ke ruang kerja mereka. Mana mungkin Gina berani bersikap begini jika diluar ruang kerja mereka, bisa-bisa satu kantor tahu tentang hubungannya dengan Nick.Sebenarnya, mulai dari saat di mobil tadi Gina mencecar Nick, lalu kembali melanjutkan aksinya saat mereka di dalam ruang kerja mereka."Nick—""Diam, Gina!" potong Nick marah. Dia sudah muak dengan pertanyaan Gina.Gina menggelengkan kepalanya."Aku tidak akan berhenti sebelum kamu menjawab pertanyaanku, Nick," tolak Gina.Perempuan itu mendekati suaminya yang tengah menandatangani sebuah dokumen."Aku menunggumu di kafe Brexa semalam. Bukan waktu yang tak lama, Nick. Aku menunggu hampir dua jam sampai-sampai salah seorang pelayan kafe itu memintaku untuk segera membayar bill," jelas Gina.". . ." Nick tak berkomentar membuat Gina menatap suaminya itu dengan tatapan tak percaya."Apa kamu sama sekali
"Aku tidak melakukan apa-apa, Nick. Dia berbohong. Dia sendiri yang menumpahkan kopi itu di atas bajunya!" Gina berseru untuk membela dirinya.Nick memandang tajam istrinya itu."Orang bodoh mana yang ingin mengotori dirinya sendiri, Gina?" tanya Nick dingin."Mana mungkin Liora melakukan hal gila itu? Kemeja yang dia gunakan adalah kemeja dari brand bermerek terkenal yang paling dia suka," lanjut Nick.Gina menatap Nick serius."Ka—kamu yang membelikannya?" tanya Gina ragu."Iya, aku. Begitu royalnya aku ke dia selama ini, kan? Sialnya semua sia-sia karena harus menikah dengan kamu, Gina," jawab Nick meremehkan.Gina memegang dadanya. Jantungnya sesak dan perih saat mendengarkan ucapan Nick."Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini, Nick. Apalagi saat aku tahu kalau ternyata kau punya kekasih. Aku—""Alasan munafik!" potong Nick.Gina menatap Nick sendu.Gina menundukkan kepalanya."Sakit sekali," batin Gina sambil menahan tangis.Perlakuan suaminya benar-benar membuat dirinya ing







