“Maafkan ibu, karena cinta ibu, kamu seperti ini.”“Ibu tahu, ini adalah kesalahan ibu, kamu berhak marah, kamu berhak memaki ibu. Tidak masalah. Ibu tidak akan marah kepadamu,” serunya.Adelia menghela napas berat. Dia menyentuh tangan William. Lelaki itu tidak menepisnya lagi. Hanya diam dan terus menangis. Adelia bisa merasakan tubuh William yang sedang bergetar. Dia menahan sesak di dadanya saat ini.“Kamu berhak marah, William!”“Ibu yang salah. Apa kata ayahmu?” tanyanya. Adelia mencoba menatap William dan berharap putranya itu melihatnya juga.“Ayah mengatakan, jaga ibumu. Dia tetap ibumu. Bagaimana pun aku membencinya, dia tetap ibumu!” jelas William. Intonasi suaranya merendah saat ini. Tidak ada amarah. Dia berusaha menahannya.“Ayahku sangat mencintaimu. Mengapa tega menghianatinya? Mengapa tega mewarisi kutukan ini kepadaku? Sahabatku juga menodai pernikahanku sendiri. Orang yang aku cintai pergi bersama anakku. Ini semua karena …,” kata-kata William terjeda. Dia tidak san
Joanna meminta izin kepada Aurora untuk keluar bersama Roy. Mereka akan mempersiapkan keperluan untuk pernikahan nanti. Aurora menganggukan kepala. Dia mengizinkan Joanna untuk pergi bersama Roy. Dia akan ditemani para suster yang berjaga di rumah.“Apa tidak apa-apa, Aurora?” tanya Joanna melalui sambungan telepon. Dia takut jika Aurora keberatan. Apalagi di rumah tidak ada yang menemaninya kecuali para suster yang berjumlah dua orang.Prof. John sengaja membawah dua suster penjaga untuk menemani Aurora. Mereka akan bergantian mengasuh baby Peter.“Tidak apa-apa, Joanna. Lagian kamu juga perlu waktu berdua dengan Roy. Kalian akan menikah jadi perlu bersama.”Joanna sedikit ragu meninggalkan Aurora sendiri.“Aku akan pulang cepat, aku janji,” serunya.“Aku pergi dulu yah, hati-hati di rumah!” ucap Joanna lalu segera mematikan sambungan telepon. Aurora menghela napas lega. Joanna harus selalu bersama Roy untuk menumbuhkan cinta mereka.Tapi, dari tadi subuh sebuah pesan dari nomor tida
Dominic mempercepat langkahnya masuk ke dalam apartemen. Dia memandangi Maya yang sudah menunggunya. Perempuan itu segera memeluknya dan menangis.“Aku tidak tahan dengan media sosialku, Dominic. Aku sungguh terluka,” ucapnya. Maya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Isak tangisannya pecah saat melihat Dominic yang sudah dua hari tidak datang menemuinya.“Memangnya ada apa?”“Aku juga sedang sakit kepala, perusahaanku terancam bangkrut! Aku tidak bisa berbuat apapun saat ini, Maya.”Dominic menunduk ke bawah. Dia sesekali menatap Maya yang panik. Ada ketakutan di raut wajah perempuan cantik itu.Dominic mendapatkan Maya. Dia menang karena telah mendapatkan cinta yang selalu dikejarnya puluhan tahun. Mereka tergolong nekat. Berani bercinta dan mengambil resiko untuk itu semua. Ya, tentu saja karena Dominic percaya Maya hanya menjadi miliknya.“Jadi, kamu bangkrut?” tanyanya. Dominic menggelengkan kepala secepat mungkin. “Bukan bangkrut, perusahaanku terancam bang
“Tuan, kita diserang dan sekarang kita sudah habis, mereka terlalu hebat untuk dilawan.”“Tidak ada yang bisa melawan keluarga Zubaric. Keluarga terkaya dari Inggris. Kita akan sangat sulit mengalahkannya. Terlebih lagi, keluarga Keller yang mempunya kekuatan di Nevada melepaskan tangan dari urusan kita. Kita tidak punya kuasa,” jelasnya. Dominic menghela napas panjang. Dia sangat bingung dengan semua ini. Apa yang harus dilakukannya? Menyerahkan diri dan mengatakan bahwa yang membunuh Edward adalah dirinya.“Tuan?” sahut sang pengawal. Dominic menatap lelaki itu.“Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya bingung. Dominic menundukan wajahnya ke bawah. Maya akan ketakutan. Dia semakin cemas karena kasus yang menyeret nama dan perusahaanya. Menghadapi dua perusahaan besar adalah hal mustahil. Dia akan Aurorah. Keluarga Keller memiliki power yang kuat sedangkan keluarga Zubaric adalah keluarga yang tidak terAurorahkan di Inggris.“Tuan?” sahut suara itu lagi.“Oke, aku akan memikirkan ini,
“Apa yang bisa kamu berikan kepadaku, William?”“Cintamu?”“Kamu pikir, kamu bisa seperti prof. John? Dia berbeda denganmu, William. Dia memiliki hati yang tulus kepada aku dan Peter. Dia melindungi kami. Apa kamu ada waktu Maya hampir membunuhku?”“Di mana kamu saat aku membutuhkanmu?” keluh Aurora. Dia menatap tajam ke arah William tanpa berkedib sedikit pun. Aurora ingin lelaki itu sadar! Aurora ingin William tahu apa yang sedang diperbuatnya selama ini.“Aku sakit, aku cemburu, aku terluka dan aku hampir saja mati!” sahutnya. Air mata itu menetes lagi. William segera memeluk Aurora tapi secepat kilat Aurora memundurkan tubuhnya menjauh.“Jangan sentuh aku!”“Jangan pernah menyentuhku!” hardiknya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia mengigit bibir bawahnya menahan amarah. William adalah orang yang sangat dibencinya.“Peter ingin bersamaku, dia pasti membutuhkanku kelak!”“Tidak, Prof. John yang akan menganti posisimu! Dia yang akan menganti posisim
Prof. John tersenyum bahagia melihat Dominic yang dengan suka rela menyerahkan diri ke pihak keamanan demi melindungi asset perusahaanya. Cukup berani. Prof. John yakin, hal itu akan dilakukan Dominic. Tentu saja dia tidak ingin jatuh miskin. Dia mencintai Maya dan perempuan itu adalah perempuam gila harta. Makanya Dominic berusaha menyelamatkan asetnya demi perempuan itu.Cukup bodoh, bagaimana jika selama di tahanan, Maya bertemu lelaki baru yang kaya raya dan meninggalkannya sendiri? Apakah itu tidak cukup membahayakan baginya? Prof. John menghela napas panjang. Roy di dalam ruangan sibuk memainkan ponselnya. Lelaki bujang itu sedang asik menelepon Joanna dan membahas persiapan pernikahan mereka.“Apa kamu sudah tahu, mengapa Dominic tidak menyerang kita?” tanya prof. John. Dia memandangi Roy. Lelaki itu segera menyimpan ponselnya.“Tentu saja dia tidak akan berani melawan kita, John. Kamu memiliki kekuasaan di sini, apa berani Dominic menghancurkanmu?”“Perusahaanya adalah perusah
Prof. John menyeruput air hangatnya dengan hati-hati. Dia memandangi Aurora yang hanya diam membisu di depan. Tatapan mata Aurora sedingin es. Sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja.“Apa ada yang menganggumu?” tanyanya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menongakan wajah dan memandangi prof. John. Aurora menggelengkan kepala.“Aku hanya tidak enak badan,” jawabnya.“Oh, apa aku perlu memanggilkan dokter untukmu?” tanya prof. John. Wajahnya terlihat panik seketika. Joanna dan Roy hanya saling pandang dalam keheningan. Suasana di meja makan sangat hening.“Tidak perlu, John. Ini sudah biasa terjadi,” ucapnya.Setelah sarapan, Aurora bergegas masuk ke dalam kamar. Di sana sudah ada suster Ani sedang membantu Peter memakai baju.“Nona, mengapa wajahnya terlihat pucat?”“Apa Nona sedang sakit?” Aurora duduk di bibir ranjang dan memandangi Peter sedang asik memakai baju.“Aku sakit kepala,” jawabnya.“Apa yang membuat Nona sakit kepala?”“Apa saya bis
William sengaja sore hari datang ke rumah keluarga Zubaric. Setelah mendengarkan info dari pengawalnya bahwa prof. John sedang keluar, William memanfaatkan kesempatan itu. Tentu saja dia ingin bertemu dengan bayi Peter dan Aurora. William akan berjuang merebut Aurora kembali.“Maaf Tuan, untuk kali ini anda tidak bisa masuk!” sahut salah satu pengawal. Lelaki itu menunduk ke bawah memberikan hormat sekaligus meminta maaf.“Saya membawah banyak permainan dan baju untuk anak saya!” jelas William tegas. Lelaki itu menggelengkan kepala.“Maaf Tuan, untuk saat ini, anda tidak bisa masuk dulu,” serunya lagi. William menghela napas panjang.“Oke, aku akan menunggu di sini,” jawab William pada akhirnya. Dia memutuskan menghubungi Aurora dan menjelaskan posisinya sekarang. Namun sialnya, perempuan itu sama sekali tidak mengangkatnya. Malah nomor Maya yang tertera jelas di layar monitor ponselnya.“Sial, mengapa dia menghubungiku lagi? Bukankah aku dan dia sudah selesai?” protes William kesal.
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m
Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di
Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi
“Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke
“Kau bisa marah kepadaku saat ini, kamu bisa berteriak dan memukulku. Tapi, biarkan William dan Aurora bersama lagi. Peter membutuhkan keluarga yang utuh. Bayi itu membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya,” sahut Adelia. Air matanya terjatuh di pipi. Rebeca menghela napas panjang. Dia memandangi William yang sedang menatapnya.“Maafkan aku,” gumamnya lirih.“Maafkan aku!” pintanya lagi. Adelia menunduk ke bawah dan terus meminta maaf kepada wanita yang pernah disakitinya itu. Tidak mudah bagi Rebeca untuk menerimanya kembali. Tidak mudah bagi Rebeca untuk melupakan penghianatan suaminya karena Adelia.“Aku tidak bisa!”“Aku tidak ingin anakku menderita, Adelia!”“Aku tidak bisa Aurora menderita, cukup aku saja yang mengalami ini. Tidak untuk putriku!” gerutunya. Adelia menghela napas berat. Dia mengengam tangan Rebeca semakin erat.“Kamu bisa marah kepadaku sekarang, Rebeca!”“Kamu bisa memakiku saat ini, tapi jangan lakukan kepada William. Jangan pisahkan putraku dengan perempuan y
“Definisi cinta selalu berbeda bagi orang yang merasakannya,” gumam Roy. Dia menunggu Cicilia selesai menangis. Dia harus mencoba menyadarkan perempuan itu terhadap apa yang sedang dirasakannya. Bukan cinta yang ada di hatinya. Bukan cinta yang ada di hati Cicilia saat ini.Cicilia secepat kilat menyeka air matanya. Dia menunduk ke bawah. Malu karena Roy sedang menatapnya saat ini.“Aku minta maaf karena membuatmu menangis.”“Aku kasihan denganmu Cicilia, kamu harus tahu ini, kamu harus paham bagaimana John dan keras kepalanya. Kamu akan terluka jika terus bersamanya. Cinta tidak akan membuatmu bahagia bersamanya. Dia tidak akan mencintaimu, kamu hanya melukai dirimu!”“Aku mengandung anaknya!” tegas Cicilia kemudian. Roy menghela napas panjang.“Apa benar kamu mengandung anaknya?” tanyanya lagi. Cicilia menganggukan kepala.“Ya, aku mengandung anaknya, aku tidak berbohong! Aku mengandung anaknya!” rancau Cicilia. Seluruh yang ada di restoran itu menoleh ke arah mereka. Roy mencoba me
“Semua lelaki sama saja, kamu memberikan luka itu kepadaku, kamu tidak peduli, kamu dan William sama saja!” rancau Aurora. Dia terus menangis di dalam pelukan prof. John.“Kamu egois!” hardiknya.Butiran bening itu terus mengalir di pipinya. Tubuh Aurora bergetar. Dia tidak kuasa menahan luka hatinya. Dia tidak kuasa menerima semua ini. Sungguh, dia tidak tahan lagi. Aurora ingin berteriak. Aurora ingin pergi saja dari tempat itu. Tidak ada orang yang bisa dipercayainya. Tidak ada orang yang begitu tulus melindunginya. Semuanya sama saja! Melukai hatinya dan membuatnya tidak bisa berkata apapun.“Maafkan saya Aurora.”“Apa yang kamu katakan benar adanya, saya egois, saya lelaki egois!” ucap prof. John. Dia terus memeluk Aurora dan tidak ingin melepaskannya.“Saya tidak ingin kamu kembali bersama William. Saya menahanmu di sini agar kamu tetap memilih saya. Semua hal ini diluar kehendak saya, semuanya tidak bisa saya atasi!” ucap prof. John. Suaranya merendah. Seakan sedang menahan ses