Home / Young Adult / Cintaku Melawan Restu / Beratnya Realita Hidup

Share

Beratnya Realita Hidup

last update Last Updated: 2023-10-03 09:43:12

"JAMBREET!" 

Teriakan salah satu ibu-ibu penumpang bus itu mengejutkan Cherry yang berdiri di tengah di antara 2 lajur kursi bus kota yang penuh. Seorang pria bertato dengan tubuh kekar berotot dengan kaos hitam tanpa lengan menubruk keras tubuh kurusnya.

Pria itu bergegas turun dari bus yang langsung melaju kembali. Sedangkan, seisi bus kota masih riuh memperbincangkan siapa yang menjadi korban jambret tadi. Si ibu-ibu yang berteriak tadi pun sudah turun dari pintu belakang bus. 

"Cibiru ... Cibiru!" seru kondektur bus kota memberi tahu nama halte pemberhentian berikutnya. 

Cherry pun menyahut, "Turun, Mang!"

Bus itu pun berhenti untuk menurunkan beberapa penumpang termasuk Cherry. Dia pun merogoh tas selempangnya yang terbuka kaitnya dengan jantung mencelos. "Ehh ... kok kebuka sih tasku?!" Dan benar saja ada yang raib dari dalam tasnya, ponselnya tak ada di situ. Sambil bergegas menuju ke warteg ibunya, Cherry bergumam sedih bercampur gelisah, "kayaknya jambret yang nubruk aku tadi yang ambil deh! Ya ampun ... gimana dong?" 

Belum juga kegalauannya terobati, Cherry mendengar ribut-ribut dari dalam warteg milik ibunya. Dia pun bergegas masuk dan mendapati beberapa pria berpenampilan preman berbicara dengan nada keras kepada ibunya.

"Utang loe sudah numpuk, Mak Inah! Bos sudah nyuruh kami nagih bolak-bali ke mari, kapan bisa dilunasi, hahh?!" 

Martinah, ibunda Cherry yang terduduk di lantai pun terisak-isak memelas seraya menjawab, "Bang Panjul, tolong beri waktu sedikit lagi. Ini baru ada sebagian aja duitnya. Bunga dari Bos Romli terlalu gede, saya jadinya cuman bisa nyicil bunganya dan pokoknya sedikit!"

"Masalah buat gue! Urusan loe lah ... siapa suruh pinjem modal dari Bos Romli. Ckk ... udah ... udah, kayak sinetron aja loe! Jangan lama-lama bayar sisa tagihan utangnya. Duitnya gue setor dulu seadanya. Permisi!" Kepala preman bernama Bang Panjul itu mengerling kepada Cherry sekilas saat mereka berpapasan di dekat pintu warteg.

"Iiihh ... genit! Dasar preman gajes!" Cherry bergidik ngeri-ngeri sedap melihat wajah Bang Panjul. Dia bergegas membantu ibunya bangkit dari lantai warteg. 

"Bu, sisa pinjaman ke Bos Romli masih berapa sih? Kemarin 'kan habis dapet duit dari katering acara balai desa!" ujar Cherry sambil duduk di bangku kayu panjang bersebelahan dengan ibunya.

Bu Martinah menghela napas panjang, beban biaya hidup keluarga mereka dengan tanggungan 3 anak terlalu berat. "Duit segitu cuma lewat doang, Cher. Untungnya kamu sudah lulus SMA, adik kamu yang dua itu masih butuh banyak biaya. Belum lagi biaya sehari-hari!" jawab wanita yang bersanggul sederhana dengan semburat uban di kepalanya itu.

Langganan Warteg Mak Inah yang bernama Mang Tarjo berkata, "Maaf kalau ikut-ikut nih, Mak Inah. Itu si Cherry kerja nyanyi aja, suaranya 'kan bagus tuh. Aye ada nih channel buat kerjaan di Merlino Cafe and Bar. Penyanyi sebelumnya jadi artis di TV, jadinya sekarang posisi penyanyi kosong. Gimana?" 

Sepasang ibu dan anak itu saling pandang dengan raut wajah sama-sama galau. Sejujurnya mereka berdua tak ingin bila Cherry terjerat dalam dunia malam yang banyak image miringnya. Namun, Bu Martinah akhirnya bertanya ke puteri sulungnya, "Gimana, Cher? Apa mau ikut kerja sama Mang Tarjo?"

Dalam kebimbangan Cherry merasa tak ada banyak pilihan bagi dirinya saat ini. Dia mengangguk perlahan. "Iya ... Cherry harus kerja buat bantu Ibu sama bapak cari duit. Adik-adik masih kecil—"

Bu Martinah merengkuh puterinya sembari menangis sesenggukan. "Maafin Ibu sama bapak ... nggak bisa jadi orang tua yang baik buat kamu ya, Nak!"

"Nggak, Bu. Kalian orang tua terbaik buat Cherry. Memang kondisi ekonomi sulit, butuh perjuangan buat hidup!" jawab Cherry menepuk-nepuk punggung renta ibunya yang tak lagi muda nyaris setengah abad.

Mang Tarjo menyeka sudut matanya dengan tissue dari meja warteg. "Aye janji buat jagain, Cherry di tempat kerjaan nanti, Mak! Tenang aja, bos besar juga orangnya pan baik yang penting rajin kerja, nggak banyak tingkah ... udah deh awet pasti kerja di sono!" hibur pria berkumis tebal dengan kulit sawo matang berusia kepala 3 tersebut.

"Syukur kalau gitu, Mang Tarjo. Aku titip anakku ya kerja di cafe!" sahut Bu Martinah seraya membersit ingusnya. Dia lalu berpesan kepada Cherry, "Nak, kerja yang baik. Jangan nyusahin Mang Tarjo ya!" 

Dengan patuh Cherry menganggukkan kepalanya. Dia pun mendengarkan petunjuk dari Mang Tarjo untuk berangkat ke Merlino Cafe and Bar nanti pukul 19.00 WIB. Mereka berdua akan menemui pemilik tempat hiburan tersebut.

Jelang sore Bu Martinah menyuruh Cherry pulang untuk mandi dan beristirahat di rumah sebelum berangkat ke calon tempat kerja yang baru. Dengan berjalan kaki Cherry pun meninggalkan warteg menuju ke tempat tinggal keluarganya di kampung belakang 200 meter dari warung ibunya.

Pikiran Cherry bercampur aduk, dia tak bisa menghubungi Martin yang sudah berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah. Ponselnya kena jambret, beruntung dompetnya masih ada di dalam tas. Itu pun isinya hanya 25.000 saja. Tidak mungkin baginya membeli gadget baru untuk mengganti ponsel yang hilang, tak cukup tabungannya.

"Semangat, Cher! Mungkin memang harus direlain aja Martin. Dia pasti juga bakal move on lama-lama di Australia," gumam gadis itu sembari menghela napas panjang. Ada rasa tak rela dalam hatinya melepas kisah cinta pertamanya, tapi situasinya tak memberi pilihan lain.

Petang itu sebelum jam 7 malam, Mang Tarjo menjemput Cherry sesuai janji mereka di rumah untuk berangkat ke Merlino Cafe and Bar. Pakaian yang dikenakan oleh Cherry, blouse sesiku biru muda dan rok selutut warna hitam, rambut hitam legamnya tergerai sepunggung. Dia terkesan anggun dan sopan seperti biasanya.

"Ayo berangkat, Mang. Aku sudah siap kok!" ucap Cherry di teras lalu membonceng di belakang sepeda motor matic milik Mang Tarjo dengan helm pink miliknya sendiri yang berstiker Hello Kitty.

Sambil mengendarai sepeda motornya Mang Tarjo berpesan kepada Cherry, "Neng, kalau ditanya soal gaji nanti, jangan nuntut yang gede-gede dulu ya. Ikut kata boss aja!"

"Beres itu mah, Mang. Diterima kerja aja sudah syukur. Oya, apa kerjaannya malam semua ya, nggak ada yang siang gitu?" balas Cherry penasaran. Dia takut image wanita malam itu akan melekat pada dirinya karena pekerjaan tersebut.

"Ya adanya cuma malem doang. Soalnya orang rame dateng buat hiburan pulang gawe kantor gitu, Neng. Kalau ada yang nawarin aneh-aneh ntar jangan ditanggapin ya. Tolak baik-baik, pokoknya Neng Cherry kerjaan cuma nyanyi bukan nemenin tamu buat 'ninu ninu', oke?!" ujar Mang Tarjo yang sudah lama bekerja di sana.

Cherry terkikik pelan mendengar ucapan Mang Tarjo yang sudah seperti pamannya itu. "Nana ninu, Mang? Hihihi ... iya, beres. Pokoknya yang halal aja kerjaannya. Makasih udah dibantuin cari kerjaan, Mang!"

Akhirnya mereka berdua sampai juga di tempat tujuan. Cherry mendesah takjub melihat bangunan 3 lantai yang nampak megah dan meriah di hadapannya sebelum masuk ke dalam. 

'Ya Tuhan, semoga ketrima kerja di sini!' doa gadis itu dalam hatinya lalu melangkah mengekori Mang Tarjo berjalan ke pintu masuk yang dijaga beberapa sekuriti berpakaian preman.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cintaku Melawan Restu   Sebuah Hari Istimewa (THE END)

    "Iya, Om. Nama saya Luther, maaf ... Om ini siapa ya?" Putra sulung Cherry tak mengenali ayah biologisnya sendiri. Pedro dan Justin saling sikut seraya memperhatikan kemiripan wajah kakak mereka dengan pria yang menyapa Luther barusan."Aku papa kandungmu, Luther. Apa nggak ingat? Kita pernah ketemu puluhan tahun lalu!" jawab Martin yang membuat pemuda di hadapannya mundur beberapa langkah lalu segera menaruh piring ke meja karena takut menjatuhkan benda itu hingga membuat heboh di tengah acara ramai.Luther menolak dengan keras karena kenangannya tentang Martin nyaris tak ada, "Om, tolong jangan ngaku-ngaku. Saya lebih baik panggilkan dad and mom, tunggu di sini!" Dia bergegas mencari Nicky dan Carrisa yang sedari tadi hanya ditemani Chrissy, si bungsu.Seolah menahan lara hatinya karena kesalahan di masa mudanya, Martin tetap di tempatnya menunggu putra kandungnya bersama Cherry dulu memanggil orang tuanya untuk menemui dia.Pedro menebak-nebak bahwa pria di hadapannya adalah sosok

  • Cintaku Melawan Restu   Reuni SMA Setelah 20 Tahun

    Dua puluh tahun kemudian.Carrisa yang sedang bersantai sore menikmati secangkir teh di patio backyard mansion house mewah keluarga Jansen di Jurong, Singapura dikagetkan oleh sebuah undangan via email. Perlahan dia membaca dengan teliti isi undangan via online itu lalu menghela napas panjang. "Kenapa, Mom? Kok wajahnya tiba-tiba kayak nggak enak gitu sih?" tegur Pedro yang kini telah menjadi pemuda tampan berusia 20 tahun. Genetik Kaukasoid dari keluarga daddynya nampak semakin jelas di perawakan tinggi gagah dan hidung mancung serta bola mata cokelat madu yang melelehkan hati kaum Hawa itu.Istri Nicky Jansen yang masih nampak awet muda tersebut tertawa kering seraya menjawab, "Ada undangan reuni SMA di Bandung, Indonesia!""Ohh ... pantas!" tukas Pedro paham, kunjungan mereka ke Indonesia memang sangat dibatasi oleh Nicky, ayahnya. "Tapi kalau untuk acara yang langka dan berkesan begitu masa sih nggak boleh, Mom?" lanjut Pedro berusaha memberi secercah harapan.Carrisa menaruh can

  • Cintaku Melawan Restu   Malam Pertama Sebelum Honeymoon

    "Mencintaimu seumur hidupku, selamanya setia menanti. Walau di hati saja, seluruh hidupku. Selamanya. Kau tetap milikku."Lantunan lagu pamungkas di pesta pernikahan Martin dan Rihanna terasa mengharu biru. Rihanna memang merequest lagu yang dipopulerkan oleh Krisdayanti itu. Dia sempat menitikkan air matanya ketika berdansa di pelukan suaminya, cinta pertama yang awalnya bertepuk sebelah tangan."Jangan nangis dong, Sayang!" bujuk Martin sembari berdansa dengan langkah perlahan mengikuti irama lagu yang sedang dilantunkan biduanita bersuara bening di atas panggung dengan iringan home band.Tatapan mata Rihanna berkaca-kaca, dia menyunggingkan senyum sendu sembari menatap Martin. "Malam ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan buatku, Tin. Dahulu kupikir aku nggak akan pernah bisa menjadi wanita yang kau pilih menjadi istrimu. Cintaku itu hanya bisa kunikmati sendiri dalam diam!" ujarnya masih berdansa penuh perasaan.Martin menghela napas lalu menjawab, "Maafkan karena sadarku yang t

  • Cintaku Melawan Restu   Perfect Wedding

    Ruangan di JCC Plenary Hall yang menjadi tempat acara resepsi Dokter Martin Bintoro dan Rihanna Annelika Razak dipadati lautan manusia karena undangan yang disebar berjumlah seribu dari kedua keluarga mereka.Keluarga kecil Cherry bersama tetangga mereka Bu Murni dan Bu Sundari baru saja sampai di sana. Mereka mengisi buku tamu lalu memasukkan amplop sumbangan. Penerima tamu berparas cantik dengan balutan dress anggun yang berwarna hijau pastel dari pihak wedding organizer menyerahkan cenderamata kepada mereka."Wah, pestane geden ya, Mbakyu!" seru Bu Sundari yang berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. (Wah, pestanya besar-besaran ya, Kakak Perempuan!) "Iya. Wajar soalnya Rihanna putri bungsu terakhir yang menikah dan Martin juga jadi pewaris tunggal keluarga Bintoro, Jeng Sundari!" jawab Bu Inah maklum. Sebenarnya jika dibandingkan dengan acara pernikahan dengan putrinya dulu, ini menjadi hal yang miris untuk diperbandingkan. Jelas sudah status sosial mereka berbeda perlakuan.And

  • Cintaku Melawan Restu   Undangan Pernikahan Martin dan Rihanna

    "Halo, selamat pagi!" sapa Nyonya Regina Jansen dengan wajah berseri-seri ketika memasuki kamar perawatan menantunya."Selamat pagi, Ma. Semalam maaf kami nggak membangunkan Mama sewaktu berangkat ke rumah sakit. Takut Mama kecapekan kalau ikut begadang!" jawab Carrisa seraya menerima kecupan sayang di pipi kanan kiri dari mama mertuanya.Namun, Nyonya Regina Jansen mengibaskan tangannya seraya berkata, "Sudah nggakpapa, yang terpenting semua sehat sesudah melahirkan. ASI kamu lancar 'kan, Carrisa?" "Syukur, lancar kok. Sudah minum bolak-balik dari tadi Pedro. Ini lagi aja kelar terus dia terlelap. Nggak rewel bocahnya, Ma. Apa mau coba gendong?" balas Carrisa yang kemudian menyerahkan bayinya ke Nyonya Regina.Wanita berumur yang masih nampak awet muda itu menggendong cucu bungsunya begitu fasih karena memang telah mengasuh banyak anak-anak selama puluhan tahun, empat anak kandung dan sepuluh cucu. "Wajah Pedro seperti jiplakan ayahnya sewaktu bayi. Oya, di mana Nicky?" ucap Nyonya

  • Cintaku Melawan Restu   Menantikan Kelahiran Putra Ketiga

    Nicky berdiri di balik punggung istrinya seraya mendekap calon ibu yang sedang hamil besar itu. Sebelum tidur Carrisa terbiasa membersihkan wajahnya dan menggunakan skincare agar kulitnya terhindar dari penuaan dini sedari muda. Sementara itu telapak tangan Nicky mengusap-usap lembut perut istrinya yang membuncit itu dari balik kain lingerie khusus wanita hamil."HPL kata dokter kapan sih? Lama amat ya!" ucap Nicky sembari mengecupi leher wanita kesayangannya yang wangi semerbak bunga."Sudah nggak sabar buat ketemu si jagoan kecil ya, Daddy?" goda Carrisa sambil terkikik. Dia lalu menjawab, "sebenernya ini telat dari HPL lima hari, Mas. Jadi bisa kapan saja sih!" Nicky mengerutkan keningnya lalu menyahut, "Berarti harus dipacu deh biar bisa pecah ketuban dan kontraksi. Beib, kita ML ya habis kamu kelar pake skincare, mau kusembur di dalam biar bisa lancar melahirkan. Udah telat pula nih!""Masih wajar bukannya ya? Kan baru telat HPL lima hari sih, Sayang!" kelit Carrisa lalu menutup

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status