Dari semua kata kenapa Angkasa hanya mengucap begitu, padahal Sari sudah gemas sedari tadi demi mendengar jawabannya.
"Lo nggak perlu marah sama Kiara," matanya mengikuti arah pandang Angkasa.
"Ya gue nggak tahu lo marah karena apa, Kiara sempet bilang kalau lo udah nggak mau ketemu sama dia."
Angkasa masih tidak bergeming.
"Rumah dia dijual sama kakaknya sendiri, dan yang gue tahu. Om Rio itu yang nolongin dia, numpangin dia selama ini. Gue tahu banget Sa, kalau Kiara nggak mungkin selingkuh dari lo!""Lo nggak tahu sejauh apa?" mata elangnya beralih meremehkan Sari."Dia nggak suka sama kakak tiri lo itu, gue berani jamin."TAP TAP TAPDerap langkah lain dari kedua orang itu, Sari menoleh dan mendapati Rio berjalan menghampiri Angkasa."Cih," bibir pria itu berdecih.Angkasa membalikkan badan tingginya, menatap Rio dengan nyalang.
Sari mundur beberapa langkah untuk men
Drama gratis yang Intan tonton langsung didepannya, terasa sangat menegangkan. Apalagi karena salah satu dari tokohnya adalah pria yang dia harapkan. Sempat kaget ketika Rio terkapar karena ulah seorang bocah SMA, alasannya sendiri membuat perempuan itu tersenyum kecut. Sekarang pertanyaan dari Rio untuk Kiara juga akan menentukan hidupnya bersama Andro."Aku," begitu berat Kiara memilih, apalagi Angkasa sama sekali tidak menatap kepadanya. Dia menjadi ragu apakah laki-laki itu barusaja berkelahi untuk merebutkannya.Angkasa melepaskan tangan gadis itu, menatap sekilas sebelum meraih langkah pergi. Kiara tahu, laki-laki itu bahkan tidak sudi mendengar apa yang akan dia katakan."Memilih Angkasa!"DEG DEG DEGMemang ini yang seharusnya dia harapkan, Angkasa pergi karena tidak sanggup jika gadisnya akan memilih Rio. Tapi, dia yakin telinganya masih normal untuk mencerna pilihan Kiara. Langkahnya terpaksa dia hentikan untuk mem
BUG BUG BUGDUGH"Aduh!" seru seorang gadis ketika kepalanya terhantam oleh bola basket.TAP TAP TAP"Kamu ngapain keluyuran di jam pelajaran? laki-laki yang tadi tidak sengaja melempar bola ke atas kepala gadis itu mendekat."Siapa yang keluyuran? Aku habis dari toilet.""Hn," laki-laki tadi hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas."Aduh, kepalaku pusing nih," bola mata yang begitu indah tersilau sorot matahari itu melirik kearah laki-laki yang tadi mengenai kepalanya."Lebay, sana masuk!"Bersama dengan pencarian perhatian yang dihiraukan, laki-laki itu kembali ke lapangan basket dan bergabung bersama teman satu timnya."Ih sebel deh, diantar ke UKS kek. Malah pergi!"Gadis itu adalah Kiara Azizah, usianya 18 tahun yang kini duduk dikelas 3
"Gimana nih?" satu teman Selly menarik rok seragam Selly merasakan panik, setelah melakukan aba-aba mereka bertiga pergi dari halte dan meninggalkan Kiara yang masih berada dipinggir jalan."Ya Ampun, kalau gue udah di surga tapi kok masih denger suara klakson mobil ya?" Kiara membatin sembari memejamkan mata setelah pasrah akan kedatangan mobil yang tadi melaju ke arahnya, perlahan mata bulat itu terbuka dan Kiara menyadari bahwa dia masih berada di bumi.Saat matanya menoleh ke kiri dan mencari dimana mobil tadi berada gadis itu tidak menemukannya, dia berdiri dan menoleh ke belakang. Bibirnya terbuka dan matanya melotot menyadari mobil yang tadi, membelok ke arah lain dan baru saja menabrak pembatas jalan, ada begitu banyak orang disana. Tidak hanya para pejalan kaki, beberapa mobil yang sedang melintas juga ikut menyaksikan aksi kecelakaan itu.Merasa penasaran dengan keadaan mobil d
KLUNTINGKiara mengalihkan pandangannya begitu mendengar pesan yang masuk pada ponselnya, tangan mungilnya meraih benda pipih itu. Begitu melihat siapa yang telah mengirim pesan, gadis itu menekan layar ponsel itu untuk menyambungkan panggilan.TUUUT TUUUT"Iya hallo Ra?""Gue mau cerita nih.""Cerita apaan?" Kiara memindahkan ponsel yang berada ditelinga kanan menuju telinga kiri, jari telunjuknya mengelus pelan lutut yang tadi terluka."Lo pasti nggak percaya kalau tadi gue habis didorong sama Selly sampai gue jatuh ke jalan raya.""Kok bisa si?""Gue kan tadi lagi nuggu bus dihalte, tiba-tiba Selly dan genknya nyamperin gue dan sempet ngeledek. Setelah itu gue didorong dong.""What? Parah si tu anak, tapi lo nggak papa, kan?""Nggak papa si, cuma lecet doang.
Lalu lalang para siswa yang tengah beraktifitas terpatri jelas dinetra Kiara, gadis itu menatap kosong lapangan basket yang tidak berpenghuni. Jam istirahat yang biasanya ramai sorak gembira para pendukung tim basket kesayangan mereka kini tidak ada, mungkin para pemain sedang tidak bergairah untuk melakukan aktifitas seperti biasa.Dari arah barat Sari menenteng beberapa makanan ringan dan juga air mineral, gadis itu terus melangkah menghampiri Kiara."Nih pesenan lo," di sodorkannya setengah bawaan Sari tadi."Makasih.""Lagian lo ngapain si pakai acara mogok ke kantin?""Gue tu pengen nungguin Angkasa main basket.""Hari ini libur," Sari memasukkan beberapa makanan ke mulutnya."Siapa yang libur?""Anak-anak basket pada libur main.""Emangnya kenapa?"
"Bukan siapa-siapa kok mukulin kamu?" Kiara terus merayu Angkasa untuk dia gali informasi sebenarnya.TIN TIN"Woi Angkasa!"Kiara dan Angkasa sama-sama menoleh keluar, ada delapan laki-laki yang bertengger di motor mereka masing-masing."Bentar gue ganti baju dulu.""Oke," seruan tadi memutus percakapan singkat Angkasa dan teman-temannya. Laki-laki itu masuk kedalam sebuah ruangan yang Kiara yakini adalah kamar laki-laki itu.Tidak berselang lama Angkasa keluar dan sudah berganti pakaian, Kiara berdiri menghampiri kekasihnya. Mencekal lengan Angkasa yang sudah berhasil keluar rumah."Tunggu!"Angkasa berhenti dan menoleh ke arah Kiara, gadis itu memperhatikan pipi Angkasa untuk mengecek luka tadi."Memarnya belum ilang, kamu ma
"Kakak mau kemana?"Gerak Kiara yang tengah menyiapkan piring untuk makan malam terhenti ketika melihat Intan yang akan pergi, yang ditanya sama sekali tidak menggubris. Terus melangkah dan sedikit berlari ketika sudah berada dijalan."Kakak kamu kemana?""Nggak tahu Bu, langsung pergi.""Yaudah kita makan dulu aja," Kiara menurut dan memakan dengan nikmat."Oh ya Bu, tadi sore kak Intan nanyain sertifikat rumah ini lo.""Kamu kasih tahu?"Kiara menggeleng, "kan aku nggak tahu dimana ibu naruhnya.""Emang buat apa si Bu?""Pokoknya kalau Intan nanya lagi, kamu bilang nggak tahu ya!""Kan emang nggak tahu Bu."******Ada bermacam makanan tersaji dengan lezat di sebuah meja makan, sang p
"Dor!"Sari menggertak sahabatnya yang tengah melamun, Kiara mengelus dadanya menetralkan detak jantung yang tidak teratur."Nggak usah ngagetin bisa nggak si?""Nggak bisa! Ngapain si lo melongo ditengah-tengah keramaian?""Angkasa-""Nggak nongol lagi?"Kiara menatap jengah Sari yang memutus perkataannya."Yaudah si, dibawa happy aja.""Lo nggak ngerti Sar, karena lo nggak jadi gue.""Kalau gue jadi lo, udah gue putusin tuh si Angkasa. Cakep si iya, tapi nggak jelas.""Iya, yang jelas emang cuma lo doang!"Entah marah atau tidak, tetapi Kiara langsung pergi setelah mengucapkan hal itu. Sari menatap kepergian sahabatnya dengan ekspresi tidak terkendali, baru kali ini Kiara membantah perkataannya.