Selma meyakini, bahwa apa yang sudah ditetapkan Tuhan, harus ia jaga dan pertahankan, termasuk suami yang tidak mencintainya. Ia percaya, bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Saat ini baginya, Panji bagaikan batu yang butuh ditetesi hujan, agar hatinya tersentuh. Maka, sekali lagi ia menemui Panji pada suatu hari di rumah sakit. Ia cukup beruntung karena Panji ada, dan sedang dinas.Panji tampak enggan bicara dengan Selma yang dianggapnya kepala batu. Seperti tidak mengerti bahasa manusia, untuk memahami situasi yang tengah mereka hadapi. Tapi baiklah, ia ingin coba dengar, apa yang mau Selma katakan.Mereka berdua bicara di sebuah kafe, dekat rumah sakit, pas di jam makan siang, sehingga tidak mengganggu pekerjaan Panji sebagai dokter."Kamu bilang, butuh waktu untuk membuat pernikahan ini berjalan cukup lama sampai berakhir dalam perceraian, bukan? Oke, aku setuju." Selma menyeruput teh hangat yang dipesannya.Panji tidak menyangka, Selma akan menyetujui ini. Tapi ia yakin, ti
Pukul sepuluh malam, hari itu.Kamar rumah sakit kelas VIP itu terasa dingin karena embusan udara dari AC. Seorang pria berjas dokter tertidur di sisi ranjang, sambil memegang tangan pasien yang tengah terbaring dengan mata terpejam.Kemudian... "Pan...ji..."Dokter muda itu terbangun. Ia melihat Amanda membuka matanya. "Sayang?""A-aku di mana?" tanya Amanda."Kamu di rumah sakit, Sayang. Tadi pagi kamu pingsan. Litha yang bawa ke sini." Panji menceritakan kejadiannya.Amanda pun teringat. Pagi tadi ia merasakan kepalanya yang sangat sakit. "Sayang, aku sakit apa, sih?" tanyanya."Kamu hanya kecapean dan stress karena pekerjaan," jawab Panji, lagi-lagi berbohong. "Aku bisa mati?" Ia bertanya demikian, karena sakit di kepalanya tadi sangat tidak biasa.Panji tersenyum. Ia lantas memeluk Amanda. "Engga, dong. Kamu pasti akan pulilh kembali, asal, seperti yang biasanya aku bilang, jangan terlalu banyak mikir. Gak boleh stress."Di luar kamar, sebenarnya ada Selma. Ia penasaran karena m
Amanda kembali disibukkan dengan kegiatan keartisannya, sebagai pemain film dan sinetron yang sangat digemari. Sesekali ia menerima tawaran untuk menyanyikan lagu soundtrack film yang dibintanginya. Rupanya ia memiliki suara yang bagus saat bernyanyi. Sehingga datanglah tawaran untuk membuatkannya sebuah single. Hanya saja, Amanda menolak."Aku mana pede nyanyi beneran? Kalau cuma untuk have fun kayak pas nyanyiin soundtrack itu gak masalah," kata Amanda mengemukakan alasannya pada Vero dan Litha."Tapi lo punya suara yang bagus loh, Manda." Vero membujuknya."Jangan, deh. Belum tentu kan, orang bakalan suka. Beda penggemar film, sinetron, dan musik." Amanda masih kekeh menolak."Ya udah deh, terserah lo. Oh ya, besok ini jadwal lo ya, udah gue kirim ke ipad lo. Inget buat bangun pagi, buat siap-siap." Vero selalu menjadi manajer yang luar biasa disiplin. Dan Amanda menjadi artisnya yang setengah penurut.Sementara itu, Panji. Ia memang menjalankan perannya sebagai suami bagi Selma, n
Bisa dibilang, Amanda Syailendra adalah salah satu bidadari yang ada di dunia seni peran. Orangnya cantik, penampilannya menarik, serta memiliki hati yang baik. Siapa pria yang tidak menyukainya? Ian Darwis sudah kelepek-kelepek terhadapnya, hanya belum berani menyatakan perasaan.Belum lama bangkit dari keterpurukan dalam jurang patah hati yang diciptakan seorang pria bernama Panji Setiawan Suroso. Keluar dari kungkungan depresi akibat tragedi cinta indah yang kandas tiada berbekas, Amanda menunjukkan pada dunia, bahwa dirinya baik-baik saja. Kiprahnya setelah kejadian batal nikah itu, memang terkesan seperti orang yang meningkatkan kepercayaan diri. Terbuka menjalin pertemanan dengan siapapun, ironisnya kebanyakan pria.Tetapi Amanda tidak peduli pendapat orang. "Aku udah pernah berusaha menjadi orang sempurna, tanpa cacat di depan orang. Reputasiku begitu baik. Apa yang aku dapatkan? Tuhan gak adil!" Begitulah katanya, ketika Vero coba menasihatinya."Jangan keterusan, lah. Inget,
Beberapa hari sebelumnya.Panji menemui kepala rumah sakit, yaitu dokter Teriawan, seusai menangani pasien kecelakaan di UGD. "Bapak manggil saya?""Ya. Silakan masuk, dokter Panji!" sambut Teriawan. Ia mempersilakan Panji duduk pada kursi di hadapannya.Panji sangat jarang dipanggil begini, kecuali ada masalah-masalah penting, seperti persiapan untuk pasien VIP. Selain hal seperti itu, hampir tidak pernah. "Ada masalah apa ya, Pak?""Gak ada masalah yang serius, kok. Hanya aja, saya mau menugaskan kamu di luar rumah sakit." Teriawan memberikan informasi. "Sebuah rumah produksi akan bertolak ke Amerika Serikat akhir pekan ini untuk syuting film action. Mereka mempercayakan rumah sakit kita untuk memimpin tim medis. Biasalah, action gitu, pasti butuh tim medis kalau ada yang kecelakaan dan sampai terluka. Saya mempercayakan tugas ini ke kamu. Kamu bisa bawa satu asisten dokter dan satu orang perawat."Rumah produksi? Film? Sesungguhnya Panji tidak yakin, apakah akan menerima tugas ini.
Malam di Jakarta.Selma duduk sendirian dan kesepian di ruang tengah. Membairkan televisi menyala dengan tayangan berupa FTV yang dibintangi Amanda Syailendra. Memang FTV lama yang tayang ulang. Gadis itu memang cantik sejak awal. Apakah kecantikan itu yang menyebabkan Panji sampai cinta mati? Pasti tidak. Ia juga mengulik berbagai jejak digital. Membaca berita-berita lama dalam kurun waktu delapan tahun lamanya. Banyak foto-foto Amanda dan Panji beredar sebagai pasangan paling digemari kala itu. Mereka memang terlihat bahagia dan saling mencintai. Bahkan rencana pernikahan pada tanggal itu. Tanggal yang sama, di mana Panji dan Selma menikah.Ya. Mereka sudah menikah. Sah di mata hukum agama dan negara. Apa yang ditakutkan? Selma berhak memperjuangkan pernikahannya. Ia adalah istri yang sah.*************** GEORGIA, ATLANTA, AMERIKA SERIKAT**********Sampailah rombongan kru film dan para artisnya di sebuah mansion mewah. Salah satu properti milik Akshay Kumar dan keluarganya.
Malam masih larut. Belum ada tanda-tanda fajar menampakkan dirinya. Kejadian tengah malam itu memang masih membuat siapapun terkejut.Panji dan Amanda duduk bersama di mini bar mansion itu. Seorang pramutama menyajikan minuman hangat berupa susu vanilla untuk mereka. Menghangatkan badan pada cuaca dingin musim gugur begini."Makasih, udah nolong Pak Akshay," ucap Amanda."Sudah tugasku sebagai dokter," sahut Panji pelan."Mansion semewah ini hanya punya satu kekurangan dari sekian banyak kemewahan yang tampak," ujar Amanda. "Yaitu tim medis."Panji bingung harus mengobrol apa dengan gadis ini. Badannya lelah. Tetapi tidak ia pedulikan karena terlalu bahagia. Amanda sudah mau lebih ramah kepadanya. "Kamu harus jaga kesehatan." Kalimat itu terdengar begitu monoton.Amanda menoleh, lantas tersenyum. "Kamu sendiri gimana? Udah ada tanda-tanda akan punya momongan atau gimana?"Kenapa Amanda menanyakan hal seperti ini? Panji bahkan masih membenci kenyataan bahwa dirinya menikah dengan orang
Lima menit setelah Amanda keluar dari ruang rapat mewah di Georgian Mansion, Arjuna masih mengobrol dengan sutradara. Tentang beberapa teknik akting yang harus Arjuna perdalam dan latih agar lebih menguasai peran."Banyakin latihan fisik ya. Karena ini filmnya penuh aksi berantem." Begitu kata Fajar, sebelum meninggalkan ruang rapat.Ketika Arjuna bersiap hendak meninggalkan ruangan itu, ia masih mengumpulkan barang-barangnya seperti sebendel naskah, juga HP-nya, ia melihat satu HP lagi. Di silikon HP itu ada huruf A, mungkin inisial nama pemiliknya. Ia melihat di layar HP tersebut, memang milik Amanda. ia berinisiatif mengembalikannya.Hanya tidak menyangka, ia akan melihat seorang pria ada di dalam kamar Amanda. Dokter yang memimpin tim medis dalam produksi film ini. Memang sih, agak aneh, kenapa harus bawa tim medis dari Jakarta, coba? Ia menghargai jawaban Amanda tadi. Minta resep penambah stamina?*Amanda mendorong Panji jauh-jauh darinya. Sampai pria itu mundur beberapa langkah