Share

3. Salah Kamar

"Ayah ingin mencarikan aku suami atau mencari penyokong untuk perusahaan Ayah? Kali ini aku tidak setuju, lagi pula aku tidak ingin menikah dengan siapapun."

Ayah menghela nafas berat. "Nak, ayah hanya ingin kau menikah dan hidupmu terjamin. Ayah sangat heran padamu, banyak wanita berlomba-lomba mencari perhatian Lucas Chen, kenapa kau tidak? Ini adalah kesempatan emas, Nak. Di lain waktu belum tentu dapat. Lagipula ayah sudah dikonfirmasi kalau Lucas Chen setuju dengan kencan buta."

"Ayah! Bukankah aku sudah memperingatkan? Ayah tidak boleh mengemis-ngemis lagi berharap para pria mau berkencan denganku. Apa Ayah tidak dengar gosip di luar sana? Mereka mengira Ayah menjualku dan terobsesi punya menantu kaya."

"Ayah dengar, semuanya. Tapi mereka tidak tahu niat ayah yang sebenarnya, jadi biarkan saja. Kadang ayah iri melihat putri rekan-rekan ayah yang begitu bersemangat mencari perhatian Lucas Chen, tapi kenapa kau tidak melakukannya? Bahkan rekan-rekan ayah sudah banyak yang memiliki menantu dan cucu."

"Aku tidak sama dengan mereka, pria tampan dan kaya bukan segalanya. Lagipula aku masih muda untuk menikah. Usiaku tidak sama dengan anak rekan-rekan Ayah."

"Lalu kau mau menikah dengan siapa? Ayah tidak pernah mendengar kau berkencan dengan seseorang atau kau menyukai seseorang. Apa yang harus ayah lakukan untuk putri ayah ini, hm?"

"Apa perlu aku membayar orang untuk menjadi suamiku?"

"Itu pemikiran yang gila. Kau hanya akan dirugikan jika seperti itu. Pokoknya kau harus ikut ke pesta karena jika tidak, ayah akan menikahkanmu dengan seseorang tanpa menunggu pendapatmu."

Ayah meninggalkan ruangan tanpa menunggu komentar dariku, itu artinya permasalahan sudah ada pada garis finish. Jika sudah begini, aku tidak bisa menentang Ayah. Terpaksa aku akan ikut ke pesta dan menemui Lucas Chen. Ya, kalau dia hadir.

-o0o-

Mobil yang kunaiki akhirnya berhenti di depan sebuah gedung raksasa. Aku mengintip keluar dan takjub. Del Express, hotel tertinggi di dunia dengan desain berbentuk layar kapal. Kudengar desain itu sengaja dibuat karena letak hotel di tengah laut, berjarak sekitar satu kilometer dari pesisir pantai dan yang lebih penting, Del Express merupakan salah satu prestasi terbesar Lissel Group di bidang perhotelan.

Del Express dibangun dengan material khusus berkualitas tinggi, salah satunya yaitu kaca untuk melapisi bagian luar, saat siang hari Del Express memancarkan cahaya seperti kilauan permata. Untuk bisa menjangkau Del Express cukup menyeberang lautan melalui jembatan khusus penghubung antara daratan dengan Del Express.

Sebelumnya aku tidak pernah ke Del Express, aku hanya melihatnya di sosial media dan TV. Pergi ke sana cukup menguras isi dompet, menginap semalam pun aku harus berpikir seribu kali. Namun, aku memang bukan target pasar Del Express. Del Express hanya menargetkan orang-orang tertentu yang benar-benar 'mampu'. Karena undangan ini aku berkesempatan datang ke Del Express secara cuma-cuma.

Aku datang sendirian karena Ayah ada urusan lain di luar kota, tentu bersama sopirku untuk menyetir mobil karena aku tentu tidak mau jika menyetir dengan jarak tempuh ratusan kilometer dari kota Beijing.

Seorang pria berseragam serba hitam datang menghampiri mobilku, di bagian dada kirinya terpasang pin berbentuk logo Lissel Group berwarna keemasan. Dia membukakan pintu untukku dan menyapaku dengan ramah, lalu menunjukkan letak pintu utama masuk hotel dan menunjukkan arah tempat parkir pada sopirku. Tidak bisa dibayangkan, pasti pelayanan Del Express luar biasa memuaskan.

Di depan pintu utama aku diperiksa terlebih dahulu oleh salah seorang penjaga, dia meminta undangan lalu memindai barcode yang tertera di sana menggunakan alat khusus.

"Nona, di sini tertulis nama Tuan Tomy Tan," jelas penjaga dengan mata menyelidik.

"Tomy Tan adalah ayahku," jawabku seraya menunjukkan kartu nama padanya.

Setelah penjaga memeriksa identitasku dan dia tahu kebenarannya, aku dipersilakan masuk menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar. Penjagaan Del Express sangat ketat, tidak hanya Del Express, masuk ke kantor Lissel Group dan semua anak perusahaannya juga sama. Aku tidak tahu Lissel Group mempekerjakan berapa ratus ribu orang, atau mungkin sudah menginjak angka jutaan.

Banyak tamu lain yang kutemui di resepsionis, mereka tampak mengambil kunci kamar mereka masing-masing tanpa membayar, itu artinya mereka adalah tamu undangan sepertiku. Sepertinya Lissel Group mengundang banyak orang 'penting', bahkan Lissel Group membiarkan para tamunya menginap selama tiga hari dua malam di Del Express secara cuma-cuma. Besok malam adalah puncak acara dan nanti malam ada acara makan malam bersama.

Setelah melewati beberapa lantai, aku melewati lorong yang lantainya dilapisi karpet warna biru safir, desain interior Del Express mengambil desain klasik modern perpaduan warna putih tulang dan biru safir, memberi kesan sederhana tapi mewah.

Akhirnya aku menemukan kamarku, dengan tidak sabar aku membuka pintunya. Mataku berbinar melihat isinya, semua perabotannya anggun dan mewah, aroma ruangan yang menenangkan, aku berjalan mendekati jendela dan membuka tirai.

Takjub. Ketika melihat lautan lepas di bawah sana aku merasa seperti sedang terbang sangat tinggi, kamarku berada di ketinggian entah berapa ratus meter, ombak di bawah sana terlihat tenang dan airnya berwarna biru muda, lokasi berdirinya Del Express masih tergolong area laut yang dangkal, jadi cukup aman dan ombak tidak terlalu ganas. Sepertinya letak kamarku berada di bagian utara hotel karena pemandangan di luar jendela hanya lautan dan awan, tapi di sini sangat indah.

Aku membiarkan tirai terbuka, lalu berbalik melihat koperku yang sudah berdiri di sisi ranjang. Tapi di atas ranjang tergeletak kain berwarna abu-abu. Tampak seperti baju, tapi aku merasa tidak membawa baju warna abu-abu.

Dengan hati penuh tanya, aku mendekati ranjang dan mengambil benda itu. Terkejut bukan main, ini jas pria. Sontak aku melemparnya ke ranjang. Pikiranku mulai curiga, apa ada orang selain aku di sini? Tapi satu kamar hanya untuk satu orang kecuali mereka adalah pasangan atau ada yang datang bersama keluarga.

Apa sebelumnya ada yang menginap di sini lalu orang itu meninggalkan jasnya?

Saat tengah berpikir, tiba-tiba aku mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.

Ada orang lain di kamar ini!

Aku bergegas mendekati kamar mandi dan mengetuk pintunya, tidak ada jawaban, malah airnya tiba-tiba mati.

"Apa di dalam ada orang?!" tanyaku dengan suara lantang.

Hening.

"Halo! Ada orang?!"

Hening.

Kemudian aku mengetuknya lagi.

"Apa di dalam ada orang?!"

Hening.

Saat hendak mengetuk pintu lagi, tiba-tiba pintu terbuka dan di depan wajahku bukan daun pintu lagi, melainkan dada berotot milik seorang pria, masih basah dan wangi sabun. Airnya menetes-netes menelusuri kulitnya yang putih.

Aku mendongak untuk melihat seperti apa wajahnya. Hal pertama yang terlintas di otakku adalah: tampan. Pria ini tampak baru selesai mandi karena handuk melingkar di pinggang, rambut basah dan tubuhnya mengeluarkan aroma sabun.

"Anda siapa?" tanyaku menyelidik.

Pria ini diam tak menjawab sambil melihatku, seolah sedang menelisik setiap garis wajahku.

"Sepertinya anda salah kamar, ini adalah kamar saya." Aku menunjukkan kartu akses yang nomor kamar ini tertera di sana.

Pria ini belum juga merespon.

"Boleh aku lihat kartu akses anda, Tuan?" tanyaku seraya menengadahkan tangan di depannya.

"Apa anda wanita yang bernama Maria Tan? Putri tunggal Tomy Tan?"

Pertanyaannya membuatku kaget.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status