Beranda / Romansa / City Light / 2. Undangan

Share

2. Undangan

Penulis: Aerina Jane
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 20:54:03

Aku tetap mengabaikan pria itu dan berusaha sabar agar tidak membalas pesannya dengan kata-kata kasar. Masalahnya hanya waktu, dia akan lelah sendiri jika aku tidak pernah merespon. Dia memiliki kesan yang lugu, sebenarnya itu hanya topeng. Dia sebenarnya buaya berkepala serigala.

Aku ini wanita mandiri, bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri, ke mana-mana sendiri dan membeli apapun menggunakan uangku sendiri. Tiba-tiba dipertemukan dengan pria yang hanya bermodal mengirim pesan: sedang apa, apa kau sudah bangun, jangan lupa makan, jangan lupa mandi, selamat tidur, selamat siang, selamat pagi, jangan lupa buang air, membuang sampah, mencuci baju, membersihkan dosa, menutup pintu, jendela, menutup aib dan lain-lain. Ya ampun, maaf, itu sangat tidak berguna bagiku. Apalagi pria yang gila wanita, dalam hidupnya pasti hanya terbayang-bayang tubuh wanita. Siapa yang bisa hidup dengan pria seperti itu? Hanya yang sama-sama gila yang bisa.

Percayalah, di zaman ini pria yang punya banyak uang tidak akan cukup dengan satu wanita, tapi jika wanita punya banyak uang -- satu laki-laki pun tidak akan dia butuhkan, dia bisa membeli pria jika ingin. Pria yang baik dan tulus sulit ditemukan pada zaman ini. Kesetiaan seorang pria tidak bisa diukur dari seberapa cantiknya dirimu, seberapa pintarnya dirimu, seberapa kayanya dirimu atau seberapa seksinya tubuhmu. Kesetiaan itu datang dari dalam diri pria itu sendiri dan seseorang tidak bisa mengendalikan hati orang lain. Godaan pasti terjadi, tapi tergantung bagaimana pria itu mengambil keputusan saat godaan itu datang.

Aku sudah lelah dengan kehidupan asmaraku, rasanya tak ada satu pun pria yang bisa kupercaya. Mengapa pria meninggalkan wanitanya jika ada wanita lain yang lebih baik? Mengapa pria begitu pemilih dan serakah? Mengapa pria mewujudkan semua keinginan wanitanya pada wanita lain? Mengapa? Jika sejak awal tak mencintai, untuk apa memulai sebuah hubungan? Semua rasa sakit itu dimulai dari beberapa tahun yang lalu. Dia menganggap sepele perasaanku dan perpisahanlah pemenangnya.

Sejak saat itu aku takut memulai sebuah hubungan baru dan aku takut jatuh cinta lagi. Bagiku jatuh cinta adalah gerbang untuk menyakiti diri sendiri, karena itu aku tidak ingin jatuh cinta. Jika harus menikah maka pernikahan hanya sebuah transaksi bagiku. Mewujudkan pernikahan yang dilandasi saling cinta bukan hal yang mudah, aku menyadari hal itu karena aku pernah dibohongi. Perkataannya menunjukkan seolah dia hanya mencintaiku, tapi sikapnya menunjukkan sebaliknya. Dari pengalaman itu akhirnya aku menyadari bahwa isi hati seseorang tidak bisa dilihat dari perkataannya, tapi sikaplah yang menunjukkan semua isi hatinya. Mulut bisa berbohong, tapi tidak dengan bahasa tubuh.

'Pilih saja dia, aku tidak masalah. Jika kau benar-benar mencintaiku, tidak akan mungkin ada yang lain di hatimu. Kau tidak benar-benar menginginkan aku, jika kau menginginkan aku, kau tidak akan mengambil opsi yang lain kan? Jadi pilih saja dia, aku akan baik-baik saja. Ini adalah pertemuan terakhir kita, selamat tinggal.'

Aku masih ingat betul kata-kata terakhir yang kuucapkan padanya dan aku merasa sangat puas mengatakan hal itu padanya. Bahkan saat pertemuan terakhir itu aku tidak memberinya kesempatan untuk bicara karena aku tahu, orang yang sudah berbohong padaku tentang satu hal, dia akan berbohong tentang hal yang lainnya. Aku tidak mau mendengarnya lagi.

-o0o-

Baru saja duduk di ruang kerja, Ayah datang dengan undangan di tangannya. Undangan itu berukuran sedang dengan desain keemasan yang memberi visual mewah. Aku dapat menebak kalau undangan itu dari salah satu perusahaan besar di negara ini, biasanya undangan itu dari perusahaan yang meluncurkan produk baru, brand atau membuka cabang baru. Ayah pasti akan menyuruhku untuk datang ke sana sekaligus menemui seorang pria pilihannya. Membosankan. Aku sudah hafal dengan taktik Ayah: pesta adalah ajang pencarian jodoh.

"Kali ini undangan dari perusahaan mana?" tanyaku acuh tak acuh.

"Lissel Group."

Aku mengernyit sekaligus kaget karena aku sensitif terhadap perusahaan itu. "Lissel Group?" tanyaku memastikan.

"Iya."

"Bukankah mereka menjauhi kita?"

"Sepertinya mereka tidak seburuk itu."

"Ayah terlalu berpikir positif, dunia bisnis itu kejam."

"Hahaha," Ayah tertawa. "Kejam bagi yang tidak beruntung anakku. Ayahmu ini sudah menelan banyak garam."

"Apa rencana Ayah?"

"Tentu saja datang ke pesta."

"Dan menemui seorang pria?"

Ayah mengangguk. "Sepertinya... kali ini akan sangat sulit, tapi kau harus berusaha."

"Siapa yang harus kutemui? Jangan memberiku pria tidak berguna lagi."

"Tidak akan. Kali ini mungkin sedikit berguna bagimu atau mungkin dia akan sedikit menyulitkanmu. Lucas Chen, kau pernah dengar? Kau pasti pernah mendengar nama itu, tidak mungkin kau tidak pernah mendengar tentangnya. Namanya sudah terdengar di seluruh pelosok negeri ini."

"Lucas Chen? Apa hubungannya dengan dia? Dia hanya seorang pengacara. Apa dia akan hadir di acara seperti itu? Kurasa dia tidak akan hadir meskipun diundang sebagai tamu penting karena dia selalu menolak undangan. Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan pesta bisnis. Lebih baik cari yang lain saja, dia tidak akan hadir."

"Kali ini dia pasti hadir karena ayah sudah membuat janji dengannya."

Mataku melolot. Aku merasa sangat tidak percaya itu. Lucas Chen hanya seorang pengacara dan tidak ada hubungannya dengan Lissel Group, bahkan pria yang kata orang-orang bak pangeran berdarah dingin itu jelas-jelas tidak bekerja dengan Lissel Group. Bagaimana mungkin dia bersedia hadir ke pesta?

"Ayah, jangan mengada-ada. Lucas Chen tidak akan hadir, memangnya dia sudah mengkonfirmasi janji temu dengan Ayah?"

"Sudah. Asistennya mengatakan kalau dia akan hadir di pesta itu dan ayah sudah memastikan hal itu."

"Tidak mungkin dia hadir. Mungkin asistennya membohongi Ayah. Di saat Ayah sudah di lokasi pertemuan, pasti asistennya tiba-tiba menghubungi Ayah kalau Lucas Chen membatalkan pertemuan karena ada kepentingan mendesak. Aku sudah hafal tindak-tanduknya karena rekan-rekan bisnisku banyak mengalami hal demikian. Jadi cari target lain saja."

"Lucas Chen adalah target yang sempurna. Kalau kau bisa mendekatinya, kalian mungkin saja bisa sampai ke jenjang pernikahan."

"Pria sempurna seperti dia, apa mau menjadi suamiku? Kita tidak tahu tipe idealnya seperti apa. Kebanyakan orang seperti dia mencari yang sepadan, aku tidak sepadan dengannya. Ayah tidak perlu bekerja keras untuk menjodohkan aku dengan dia."

"Ck, kau ini. Apa kubuat janji dengan Evin Ji saja?"

"Jangan!" tolakku spontan.

"Kenapa? Dia pria seumuran denganmu dan pewaris tunggal Lissel Group. Dia lebih sempurna secara keseluruhan dari pada Lucas Chen."

"Aku tidak mau. Siapapun yang ada hubungannya dengan Lissel Group, aku tidak akan berkencan dengannya."

"Kenapa?"

"Ayah, Lissel Group bukan rekan yang sepadan dengan kita. Ayah ingin aku diinjak-injak?"

"Sebenarnya Lissel Group tidak terlalu buruk. Keluarga Ji bukan orang yang sombong, mereka hanya disiplin. Mereka tidak akan mencampuraduk urusan asmara dengan bisnis."

"Tidak, tidak. Aku tidak mau."

"Kalau begitu dengan Lucas Chen saja. Meskipun dia kalah secara financial dengan Evin Ji, tapi kurasa dia lebih tampan dibandingkan dengan Evin ji. Orang-orang mengatakan dia sangat cerdas, selain menjadi pengacara — dia juga seorang pembisnis. Apa salahnya mencoba?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • City Light   4. Terobsesi Menantu Kaya

    Aku menoleh ke belakang ketika seorang pria memanggil namaku. Jamie Lim.Astaga, aku lupa kalau orang itu selalu hadir di acara-acara seperti ini.Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk sebagai balasan. Saat hendak pergi menghindarinya, pria itu malah menarikku bergabung bersama teman-temannya.Aku berusaha memberinya kode supaya melepaskan tanganku, tapi sepertinya dia tidak mengerti. Orang tolol ini, membuatku malu karena orang-orang di sekitar melihat, aku takut mereka akan berpikir bahwa aku memiliki hubungan dekat dengan Jamie Lim.“Bukankah kau Maria Tan yang sekarang jadi wakil presdir di XP?” tanya seorang teman Jamie.“Iya, kau benar. Seminggu yang lalu dia sempat kencan buta denganku,” sahut Jamie dengan girang.“Benarkah?”“Tentu saja. Kalian tahu ayahnya kan? Dia sangat terobsesi memiliki menantu kaya dan aku salah satu targetnya. Tapi… kalian tahu kan seleraku seperti apa? Maria Tan tidak bisa menggapai itu dan aku menolaknya saat kami kencan buta. Aku tidak bisa meneri

  • City Light   21. Kenapa membenci wanita itu?

    "Tidak, Kek. Buka mata Kakek. Berhenti menunggalkan aku sebagai cucu Kakek sedangkan masih ada tiga cucu Kakek yang lain. Kek, berhenti menyakiti Evin, Cicillia dan Meghan, mereka sangat menyayangi Kakek tapi apa yang Kakek lakukan pada mereka?" Hermand terdiam. Benar, sikapnya terhadap Lucas dan ketiga cucunya yang lain sangat kontras. Tidak salah jika Lucas memilih meninggalkan rumah supaya Hermand lebih fokus kepada tiga cucunya yang lain. Supaya Hermand sadar bahwa ada cucu lain selain Lucas yang harus diperhatikan. Yang membutuhkan cinta - kasih yang sama seperti cinta dan kasihnya kepada Lucas. Sakit hati tetaplah sakit hati, karena kesakitan itu membuat Hermand menutup sebelah matanya dan hanya melihat Lucas seorang sebagai cucunya. Cucu kesayangan dan pewaris utama dari Lissel Group. Evin? Hermand tidak pernah menganggap Evin

  • City Light   20. Kakak tertua datang

    "Kau yakin? Kau sudah memeriksanya?" "Kami sangat yakin, Tuan." Evin meletakan kedua tangannya di atas meja, mengetuk-ngetuk meja menggunakan jari telunjuknya.Tuk. tuk. tuk. "Setelah ini apa rencana kalian?" "Kami akan terus mengawasinya dan mengelilingi area kafe, kami berasumsi kalau kakak anda pergi melalui jalan yang tersembunyi." "Baiklah, apa pun itu... kalian harus menemukannya, kalau tidak... aku tidak akan membayar kalian." "Baik, Tuan." -o0o- Seminggu berlalu... Akhirnya Evin berhasil membawa kakak

  • City Light   19. Bawa kakakmu pulang

    Evin selalu berusaha menjadi seperti kakaknya, ingin menyamainya, tapi sekeras apa pun dia berusaha, dia dan kakaknya adalah orang yang berbeda dan sampai kapan pun tidak akan bisa sama. Mencari sesuatu yang membuat Kakek menyukai kakaknya, Evin tak menemukan sesuatu yang spesial. Kakaknya sama saja seperti orang pada umumnya, bahkan lebih pembangkang dari pada Evin sampai-sampai berani meninggalkan rumah. "Kenapa aku yang harus menikah duluan? Kakak lebih tua, kenapa bukan kakak saja yang menikah dulu?" balas Evin menahan kecewa. "Kau menginginkan itu? Kalau begitu bawa kakakmu pulang." "Kalau aku membawanya pulang, Kakek tidak perlu lagi menyuruhku untuk menikah, bukan?" "Ya, terserah kau mau melakukan apa. Kau mau menjadi fotog

  • City Light   18. Tidak menjamin hidupmu

    "Kenapa Mom selalu menyalahkan foto-foto ini dari pada menyalahkan diri Mom sendiri?" balas Evin. "Kenapa Mom menyalahkan diri sendiri? Tentu saja foto-foto itu yang membuatmu mengabaikan perusahaan! Kau berlagak sibuk dengan wanita, padahal kau menutupi foto-foto itu dengan wanita!" "Mom, apa salahnya aku menjadi fotografer?" Evin berdiri dari kursinya. "Fotografer tidak akan menjamin hidupmu!" "Bisa, Mom! Mom saja yang tidak suka aku menjadi fotografer! Mom, tidak bisakah Mom mendukung satu saja yang menjadi impianku?" "Dengar, Evin, Lissel Group jauh lebih membuatmu bahagia dari pada fotografi." "Itu menurut Mom, tapi tidak

  • City Light   17. Aku tidak akan menikah dengan siapa pun

    "Kau sangat kasar, Tuan." "Aku memang orang yang kasar dan aku tidak menyukai wanita, aku tidak akan menikah dengan siapa pun." "Bagus, itulah yang kucari..." Maria mencondongkan tubuhnya ke tubuh Lucas dan membisikkan kalimat dengan suara menggoda, "Bukankah aku cantik? Menikah saja denganku, meskipun menikah, kau akan tetap merasa tidak menikahi siapa pun. Kau hanya perlu berada di sisiku saat di depan orang tuaku saja. Bagaimana? Bukankah itu sangat menarik?" "..." Tanpa takut, Maria membelai wajah Lucas. Tangannya merasakan kalau jenggot Lucas baru saja dicukur. Kulit yang halus membuat Maria merasa terpukau. 'Kulit seorang pria bagaimana bisa sehalus ini?' Awalnya Lucas men

  • City Light   16. Mengikuti skenario Maria

    Sementara di kantor tempat Maria bekerja, begitu mendapat telepon dari rumah, Maria panik setengah mati. Tidak, dia kaget dan penasaran tentang motif apa di balik kedatangan Lucas di rumahnya. Buru-buru Maria meninggalkan ruangannya dan pulang meskipun belum jamnya untuk pulang. Sebagai pimpinan, Maria bebas pergi kapan saja kalau tidak ada pekerjaan lagi di kantor. Maria mengendarai mobilnya sedikit mengebut sambil membawa rasa penasaran yang membuatnya tidak sabar untuk bisa sampai di rumah. Tak bisa dipungkiri, Maria merasa senang atas kedatangan Lucas. Saat menerima panggilan dari Ros tadi, dia mendengar suara ibunya sedang mengatakan sesuatu. Tapi Maria tidak tahu apa yang dikatakan oleh ibunya karena suaranya terdengar samar-samar. Maria tidak menyangka, Lucas datang sendiri ke rumahnya. Padahal yang Maria minta hanya alamat rum

  • City Light   15. Apa Nyonya Mo Selingkuh?

    Jarum jam menunjukkan pukul 17.00. Harusnya jam kerja sudah berakhir, tapi aku masih memiliki beberapa hal yang harus kukerjakan. Di samping itu, pikiranku terus tertuju pada undangan Jenny — membuatku tidak bisa fokus pada pekerjaanku. "Bu Maria, ini ada beberapa dokumen yang memerlukan tanda tangan anda," ucap Selly, sekretarisku. Dia masuk ke dalam ruanganku sambil membawa tumpukan kertas. Aku melirik lagi ke arah jam digital di meja kerjaku. Entah kenapa aku merasa tidak sabar untuk meninggalkan kantor. "Aku harus pergi ke suatu tempat, apa aku bisa menundanya besok?" kataku pada Selly. Ada nada memaksa di sana. "Tentu saja. Di mana saya harus meletakkan ini?" "Tolong letakkan di meja dekat rak buku! Besok akan kuperiksa." "Baik." "Oh ya, Selly. Apa ada pakaianku di kantor?" "Ada. Apa anda ingin aku menyiapkannya?" "Iya. Aku akan pergi ke pesta reuni, tolong siapkan!" "Pesta? Apa anda ingin memakai gaun atau semacamnya?" "Tidak. Jangan terlalu mewah, aku hanya perlu terli

  • City Light   14. Rencana Jenny Dan Aku

    Label 'barang dagangan' sudah melekat di dalam diriku, jadi sekalian saja aku merendahkan diriku sendiri dengan mengajak Lucas menikah. Namun, ajakanku langsung ditolak olehnya, harga diriku semakin jatuh. Ah, tanpa itu pun harga diriku sudah jatuh sejak ayahku menjodohkan aku dengan beberapa pria kenalannya. Kencan buta sialan! Dikarenakan oleh label itu, reputasi XP Fire juga terpengaruh. Untungnya aku bisa menyelamatkan XP Fire, yah... walaupun posisinya tidak setinggi dulu. Sungguh menjengkelkan!Aku tidak marah pada Lucas meskipun dia menolakku, aku hanya marah pada diriku sendiri yang tidak dapat mengontrol emosi. Seandainya aku bisa lebih tenang, aku tidak akan berkata pada Evin 'akan segera menikah'— bahkan dengan beraninya aku menunjukkan Lucas padanya sebagai calon suamiku. Jika aku tidak melakukan semua itu, aku tidak akan sampai menerima tantangan dari Evin. Biasanya aku bisa mengendalikan diri, tapi saat di depan Evin — entah kenapa aku merasa lebih emosional."Sekarang ap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status