Share

4. Terobsesi Menantu Kaya

"Siapa kau?" tanyaku waspada.

"Aku adalah salah satu orang yang masuk ke dalam daftar calon suamimu."

"Maaf, aku tidak memiliki calon suami. Katakan siapa namamu!"

"Kau tidak mengenalku?"

"Tidak."

"Baiklah, izinkan aku berpakaian terlebih dahulu."

Aku memberinya jalan dan dia meninggalkan kamar mandi menuju lemari, membukanya lalu mengambil pakaian baru dari sana. Diam-diam aku berjalan menuju telepon yang terletak di meja samping ranjang, aku mengangkat gagangnya dan menekan angka satu untuk memanggil bagian resepsionis.

Belum sampai dijawab, pria yang kupikir sedang ganti baju di kamar mandi ternyata berdiri di belakangku dan mengambil alih gagang telepon dengan tenang.

"Tidak perlu memanggil orang karena orang lain tidak akan peduli. Aku kemari hanya untuk numpang mandi, kau tidak perlu lapor polisi atau semacamnya jika ingin selamat," bisiknya.

Tak! Pria ini meletakkan kembali gagang telepon ke tempat semula.

"Tuan, aku tidak tahu siapa anda, tapi bisakah anda menggunakan sedikit sopan santun? Apa boleh anda mandi di kamar orang lain tanpa izin? Jika butuh bantuan, harusnya anda meminta bantuan pada pihak hotel, bukan menyusup ke kamar orang lain."

"Apa aku tidak boleh mandi di kamar calon istriku? Lagi pula aku hanya mandi."

"Tuan, saya bukan calon istri anda dan kita tidak saling mengenal, bukan? Tapi bagaimana bisa anda mengenali saya sebagai Maria Tan? Kita tidak pernah bertemu sebelumnya."

"Apa itu penting untuk kau ketahui?"

"Tidak. Untuk saat ini yang terpenting adalah anda harus segera berpakaian, jika anda tamu di sini, tolong pergi ke resepsionis dan minta kunci kamar anda di sana. Apa anda butuh bantuanku?"

"Aku akan pergi sendiri, sampai jumpa!"

Pria itu bergegas meninggalkan kamar tanpa berpakaian terlebih dahulu, masih menggunakan handuk untuk menutupi area sensitifnya sambil menenteng pakaiannya.

Sebelum membuka pintu dia berkata, "Oh ya, terima kasih, nanti aku akan membalas kebaikanmu."

Blam! Pintu tertutup kembali.

"Pria aneh," komentarku.

Tanpa menunggu, aku langsung menelepon Ayah.

"Halo."

"Ayah, apa Ayah mau memberiku pria aneh lagi?"

"Tidak. Ayah belum menemukan pria lagi untukmu, sementara ini kau cari sendiri dulu ya. Memangnya ada apa? Apa ada masalah di sana?"

"Tidak ada."

"Jangan lupa nanti temui Lucas Chen dan dekati dia. Hanya ini satu-satunya kesempatan kau bertemu dengannya, setelah pesta berakhir kau akan kesulitan meski hanya untuk melihatnya sekilas. Lissel Group mengundang kita tidak dengan maksud apa-apa karena kita bukan target bisnis."

"Aku tidak akan menemui siapapun di pesta ini, aku hanya hadir dan menikmati semua pelayanannya."

Aku mengakhiri obrolan, bosan membahas tentang pria. Lagi pula menikah dengan siapapun tidak masalah, banyak pria yang mengejarku dan aku bukan perawan tua. Aku hanya perlu menunggu pria yang tulus mencintaiku, tidak masalah aku tidak mencintainya. Aku hanya perlu 'menikah' saja kan?

-o0o-

Acara makan malam akhirnya tiba, para tamu keluar dari kamar masing-masing dan mengenakan pakaian terbaik mereka. Ada beberapa orang yang kukenal dan masih banyak orang yang tidak kukenal dan tidak mengenal diriku. Kebanyakan tamu yang hadir berasal dari keluarga elit, pembisnis, politikus maupun selebritas. Para tamu Lissel Group adalah orang-orang terpilih dan mungkin di antara mereka merupakan para investor maupun rekan bisnis, atau mungkin hanya sekedar mengundang orang-orang tertentu dengan tujuan memamerkan prestasi yang dimiliki Lissel Group. Atau mungkin ada calon rekan bisnis di antara mereka dan aku tidak tahu perusahaan ayahku tergolong yang mana.

Berbagai macam model pakaian yang dikenakan oleh para tamu, ada yang sederhana dan ada juga yang mewah. Tergantung selera masing-masing. Karena ini hanya acara makan malam, aku mengenakan dress hitam yang penjangnya tidak sampai menutupi mata kaki sehingga sepatu tinggiku tetap terlihat. Lengan model bishop dengan kain putih transparan memberi kesan yang manis, bagian dada sedikit terbuka karena aku memilih gaun yang bagian lehernya berbentuk persegi. Dress model ini memberi nuansa tahun 80-an tapi tidak ketinggalan zaman karena menggunakan bahan khusus dan pilihan warna yang tepat.

Rambut panjangku kusanggul dengan model sederhana dan kuberi poni tipis supaya penampilanku terlihat sesuai usiaku yang masih muda, anting mutiara untuk mempercantik diri dan riasan natural membuatku tidak terlalu mencolok karena aku tidak ingin menjadi pusat perhatian di sini.

Beberapa tamu ada yang membawa putri mereka yang telah dewasa, aku sangat paham maksudnya. Mereka sedang bersaing mempromosikan putri mereka supaya pewaris tunggal Lissel Group 'melirik' putri mereka, lalu mereka akan membangun sebuah 'hubungan yang erat'. Sebenarnya mereka tidak jauh beda dengan ayahku, hanya saja aku datang sendirian dan 'bersaing' sendirian di sini. Sayangnya, aku tidak akan bersaing. Aku kemari hanya untuk bersenang-senang dan mencari rekan bisnis yang baru.

Aku tidak peduli dengan Lucas Chen atau siapapun itu, aku tidak mau kencan buta lagi. Aku sudah muak.

"Oh, Maria Tan!"

Aku menoleh ke samping ketika seorang pria memanggil namaku. Dia adalah Jamie Lim.

Astaga, aku lupa kalau orang itu selalu hadir di acara-acara seperti ini. Harusnya aku lebih waspada.

Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk sebagai balasan. Saat hendak pergi menghindarinya, pria itu malah menarikku bergabung bersama teman-temannya.

Aku memberi kode supaya dia melepaskan tanganku, tapi sepertinya dia tidak mengerti. Orang tolol ini, membuatku malu karena orang-orang di sekitar melihat ke arah kami, aku takut orang-orang akan berpikir bahwa aku memiliki hubungan dekat dengan Jamie Lim. Aku tidak sudi digosipkan dengan pria ini.

"Bukankah kau Maria Tan yang sekarang jadi wakil direktur di XP Fire?" tanya seorang teman Jamie padaku.

"Iya, kau benar. Dia adalah Maria Tan, seminggu yang lalu dia sempat kencan buta denganku," sahut Jamie dengan girang. Dia tidak memberiku kesempatan untuk menjawab.

"Benarkah?" 

"Tentu saja. Kalian tahu ayahnya kan? Tuan Tomy Tan, direktur XP Fire, dia sangat terobsesi memiliki menantu kaya dan aku salah satu targetnya. Tapi... kalian tahu kan seleraku seperti apa? Maria tidak bisa menggapai itu dan aku menolaknya saat kami kencan buta. Aku tidak bisa menerima wanita yang dijadikan barang dagangan oleh ayahnya. Benar kan, Maria?"

Aku diam menahan amarah, tapi aku tidak bisa mengelak karena itu benar... mungkin juga tidak. Aku hanya khawatir ucapan Jamie menjadi bahan gosip di kalangan orang-orang elit dan mereka menambah-nambahkan sesuatu yang tidak benar adanya. Kemudian nama keluargaku dan XP Fire terkena imbasnya, hah... betapa melelahkannya menghadapi hal-hal tidak penting seperti itu.

Orang ini sedang membalas perbuatanku di restoran. Aku tahu itu karena dia tipe orang yang tidak suka disalahkan dan memiliki gengsi setinggi langit. Sepertinya aku harus mengambil tindakan lebih tegas supaya dia berhenti memojokkan aku. Setelah mendengar cerita singkat dari Jamie, teman-teman Jamie memandangku seperti sampah dan aku sangat malu. Mereka seolah mengolok-olokku melalui tatapan mereka. Mereka menertawakan aku.

"Aku sungguh tidak menyangka menjadi target Tuan Tomy, tapi karena aku memiliki hati nurani, aku tidak bisa berbohong. Kau memang cantik, Maria, tapi aku tidak bisa menjadi menantu ayahmu. Ayahmu mencari menantu kaya untuk menyokong XP Fire kan?" ujar Jamie.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status