Share

Chapter 2

Seperti biasa, tepat saat bel masuk berbunyi Adit akan langsung pergi dari sekolah untuk membolos. Jika kalian berfikir dia akan pergi membolos ke tempat yang tidak baik itu salah, Adit selalu menggunakan waktu bolos nya untuk bekerja. Bekerja menjual koran keliling, setiap pagi dia selalu bekerja untuk menjual koran keliling dan malamnya bekerja di cafe.

"Hei mau kemana lagi kamu? Kamu tidak akan bisa membolos lagi."

Sepertinya kali ini niat pria itu untuk membolos harus gagal karena sang security sudah bersiaga ditempat biasa dia memanjat dinding untuk membolos.

"Ayolah pak biarkan saya pergi. Bapak hanya akan membuang waktu dan tenaga jika ingin menghalangi saya, apalagi bapak sudah tua."

"Enak saja kamu bilang bapak tua. Kali ini aku tidak akan membiarkan mu membolos lagi. Memangnya kamu tidak kasihan dengan orang tuamu yang sudah membiayaimu sekolah tapi kamu sering membolos?"

"Tidak," jawab Adit singkat membuat sang security kaget.

"Anak jaman sekarang tidak pernah menghargai kerja keras orang tuanya."

"Orang tua saya sudah meninggal pak jadi biarkan saya pergi. Orang tua saya tidak akan memarahi saya."

Dengan secepat kilat Adit berhasil menaiki dinding dengan bantuan tumpukan meja yang tak terpakai."Udah ya pak saya pergi, selamat pagi."

Bruk !!

"Akh!"

Plak !!

"minggir!! Aduh kakiku."

"Hei kamu gila hah?!"

Jangan tanyakan apa yang baru saja terjadi. Saat Adit melompat keluar dinding sekolah, dia tidak melihat jika ada Nayla dibawah nya dan tanpa sengaja dia jatuh menimpa tubuh kecil gadis itu.

Untuk suara tamparan, itu Nayla pelakunya. Nayla bisa berada disana karena dia telat masuk sekolah. Tadinya dia berencana lewat dinding belakang sekolah untuk masuk namun kejadian tak terduga malah menimpa nya.

Nayla masih sibuk membersihkan seragamnya yang kotor terkena tanah, sedangkan Adit yang sudah ingin melempar amarahnya tiba-tiba tertunda karena sebuah panggilan yang membuatnya harus pergi saat itu juga.

"Ckk tidak bisakah dia meminta maaf dulu sebelum pergi? Menyebalkan."

*****

Terpaksa hari ini Nayla harus membolos untuk pertama kalinya karena bingung harus berbuat apa. Dia sudah terlanjur telat, memanjat dinding pun juga tak bisa. Dari pada di hukum lebih baik bolos mencari tempat sepi untuk menyendiri itu lebih baik.

Setelah memakai hoodie kebesarannya, gadis itu memilih untuk pergi ke cafe yang memang buka 24 jam. Memesan segelas jus alpukat setelah itu duduk diam tanpa berbuat apa-apa. Bosan? Tidak. Yakinlah jika kalian menyuruhnya untuk mengikuti lomba melamun dialah yang akan menang.

*****

"Pagi paman," sapa Adit pada sosok kakek tua yang sedang duduk didepan sebuah toko yang masih tutup.

"Adit? Kamu datang lagi?"

Adit tersenyum "Iya paman, Sini biarkan Adit yang lanjutkan pekerjaan paman."

"Tidak perlu. Adit kamu sudah sering membolos sebaiknya kamu pergi ke sekolah saja, paman tidak apa-apa. Paman masih kuat berkeliling."

"Sudahlah Adit sudah pintar tanpa harus mengikuti pelajaran. Berikan semua koran itu pada saya dan Paman beristirahatlah."

Sudah menjadi rutinitas Adit untuk berjualan koran keliling setiap paginya. Lebih tepat nya membantu kakek tua yang sudah ia kenal beberapa bulan ini. Adit tidak meminta imbalan sepeserpun, dia menyerahkan semua hasil jualan pada kakek tua itu. Ah ya, jika kalian bertanya kenapa dia bisa baik degan kakek itu tua ? Itu karena dulu kakek tua itu pernah menolongnya. Hanya dengan kakek tua itu Adit berubah sifatnya 180° dari yang dingin menjadi hangat.

*****

"Apa? Nayla tidak masuk sekolah? Tapi tadi dia berangkat ke sekolah bu."

"Baiklah, saya minta maaf. Saya akan menanyakan padanya nanti. Terima kasih."

Ibu Nayla menghela nafasnya panjang setelah mendapat telepon dari pihak sekolah jika anaknya tidak masuk sekolah tanpa izin. Ini pertama kalinya Nayla membolos, bahkan saat sedang sakit sekali pun gadis itu tetap memilih untuk berangkat ke sekolah.

"Kemana anak itu? Tidak masuk sekolah tapi jam segini belum pulang juga?" gumamnya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Samuel yang menyadari raut wajah khawatir dari Ibu tirinya itu berusaha bertanya. "Jadi Nayla membolos?" tanyanya kaget setelah ibu nya menceritakan apa yang baru saja guru Nayla katakan.

"Apa tadi kamu melihatnya berangkat ke sekolah? Atau dia pergi ke Tempat lain?"

"Tidak mah. Tadi pagi aku sempat menawarinya untuk berangkat bersama tapi dia tidak mau, dia bilang ingin naik bus."

"Ah begitu rupanya. Ya sudah makanlah, ini sudah jam makan malam. Mamah akan menunggu Nayla didepan."

Belum sempat melangkahkan kakinya, orang yang menjadi topik pembicaraan pulang. "Nayla, dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang?"

Yang ditanya dengan berat hati harus menghentikan langkah nya. "Maaf Mah tadi ada jam tambahan."

"Kamu berbohong? Gurumu baru saja menghubungi mamah, dia bilang kamu membolos. Kemana kamu?"

Nayla diam tanpa reaksi, sudah bisa ditebak pasti gurunya akan menghubungi orang tua nya mengingat bagaimana para guru dan teman temannya selalu mencoba dekat dengan keluarga baru nya yang terkenal kaya dan berpengaruh baik.

"Nayla hanya bosan mah. Sudahlah mah aku lelah, ingin istirahat." Tanpa memperdulikan marahan ibu nya lagi, Nayla langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar nya.

"Mah sudah, mungkin dia sedang ada masalah. Nanti biar aku yang bicara dengannya," Sahut samuel menenangkan ibunya.

******

Keesokan harinya Nayla menatap kaget sosok siswa baru yang masuk kedalam kelas nya saat ini.

"Halo, perkenalkan namaku Michella putri. Kalian bisa memanggilku Michella. Aku murid pindahan dari Surabaya."

Saat itu juga, detik itu juga Nayla langsung berlari keluar dari kelas, tidak perduli dengan teriakan sang guru yang memanggil namanya. 

"Apa kamu masih membenciku,Nay ?" batin Michell, dia menatap sendu sosok yang dulu pernah menjadi sahabat nya itu.

******

Tidak perduli seberapa banyak anak tangga yang harus ia naiki, Nayla terus berlari menuju atap sekolah, tempat yang selalu ia datangi setiap kali ingin menghindar dari keramaian.

"Kenapa dia datang lagi, kenapa dia harus kembali disaat aku sudah mulai menerima masa lalu walau belum bisa memaafkan." 

Jika kalian lupa , Michell adalah sahabat Nayla dan Samuel. Mereka sudah mengenal dan bersahabat sejak kecil. Awalnya hubungan mereka baik baik saja hingga suatu ketika Michell patah hati karena kekasihnya menghianatinya. Disaat itu Samuel lah yang setiap hari menenangkan nya hingga lama lama perasaan cinta diantara keduanya mulai tumbuh. 

Perlahan Samuel mulai nyaman dengan Michell, tanpa dia sadari dia melakukan perbuatan yang menimbulkan masalah besar. Samuel meminta Michell untuk menjadi kekasihnya yang tentunya tanpa sepengetahuan Nayla, dan bodohnya Michell menerimanya. 

Hingga suatu saat ayah samuel dan ibu nayla yang sama sama berstatus duda dan janda memberitahu jika keduanya sudah menjalin hubungan cukup lama dan akan segera melangsungkan pernikahan. Hal itu Samuel jadikan alasan untuk memutuskan hubungannya dengan Nayla.  Jahat? Ya samuel sangat jahat tapi saat itu dia lebih memilih keegoisannya yang menyebabkan penyesalan saat ini.

"Arrgghhhh aku benci kalian!" teriak Nayla sekeras mungkin.

"Brisik!"

Nayla langsung menoleh cepat saat mendengar suara seseorang. Lebih tepat nya orang yang terganggu tidur nya dengan suara teriakan nya.

Aditya pratama, orang yang biasanya membolos pergi dari sekolah sekarang memilih untuk membolos dengan tidur di atap sekolah .

"K-kamu? Siapa kamu?" tanya Nayla was was.

Adit berjalan mendekat ke arah nya. "Kalau mau teriak jangan disini. kamu mengganggu tidurku."

"Apa? Hei ni bukan tempat tidur jadi itu salahmu sendiri kenapa tidur disini."

"Kamu tidak tahu aku?"

"Memangnya kamu siapa?"

"Kamu benar tidak tahu aku? Kamu akan menyesal sudah mengganggu ketenanganku setelah kamu tahu siapa aku."

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Adit langsung pergi meninggalkan atap gedung sekolah. Menyisakan Nayla yang masih bingung memikirkan sesuatu.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status