Share

Bab 3

Hari ini Nayla kembali pulang malam, tadi setelah dari atap gedung sekolah dia memutuskan untuk membolos di perpustakaan, jadi ini kedua kalinya dia membolos.

"Terima kasih om dan tante sudah mengizinkan saya tinggal disini. Sebenarnya saya bisa tinggal di apartment," ucap Michell merasa tak enak.

Michell baru saja datang dari surabaya, dia memutuskan untuk pindah sekolah ke jakarta. Karena orang tuanya tinggal di surabaya, tadinya dia ingin menyewa salah satu apartment tapi orang tua Samuel serta samuel sendiri menyuruhnya untuk tinggal bersama.

"Tak apa, sekalian kamu beradaptasi dengan keluarga kita toh nanti kamu juga akan menjadi bagian dari keluarga kita kan," ucap Ayah Samuel dengan senyum ramah nya.

"Benar, Nayla juga pasti senang tinggal bersama sahabatnya lagi," sahut Ibu Nayla yang langsung membuat Samuel dan Michell seketika diam.

"Oh ya ngomong-ngomong dimana Nayla? Kenapa dia belum pulang?"

"Aku disini Mah."

Nayla diam mematung. Tadinya dia tidak sadar dengan keberadaan Michell sampai akhirnya saat dia bersuara semua orang menoleh kearahnya termasuk Michell. "K-kamu? Ngapain kamu disini?" tanyanya dengan mata tajamnya.

"Oh Nay kamu sudah pulang? Kemarilah, mulai sekarang Michell akan tinggal bersama kita. Kamu senang kan?" tanya sang ibu.

"Tidak! Kenapa dia harus tinggal disini?"

"Michell sendirian di jakarta, kasihan jika harus tinggal di apartment sendiri jadi papah dan mamah memutuskan untuk mengajaknya tinggal bersama kita," ayah tiri gadis itu.

"Apa? Tinggal bersama? Tidak! Aku tidak mau dia tinggal disini!"

"Kenapa? Bukankah dulu kamu dan Michell bersahabat baik? Kalian sangat dekat dulu bahkan tak terpisahkan."

"Om, tante tak apa. Saya akan tinggal di apartment saja," sahut Michell merasa Nayla sangat tidak menyukai kedatangannya.

"Bagus. Kalau kamu punya malu sebaiknya pergi dari sini."

"NAYLA !!" Suara bentakan itu membuat seisi rumah langsung terkejut, bukan papah atau mamah Nayla yang berteriak tapi Samuel. Ini pertama kalinya pria itu berteriak dan membentak nya.

"Kenapa? Oh aku lupa, dia kekasihmu ya? Maaf jika menyinggung kekasih tercintamu," ucap Nayla dengan nada ejekannya.

"Nayla, kamu ini kenapa? Kenapa kamu berubah,Nak ?"

"Mamah tanyakan saja pada mereka," Jawan Nayla kemudian langsung berlari menaiki tangga menuju kamar nya.

"Maaf semua kekacuan ini karenaku," lirih Michell.

"Sebenarnya ini ada apa? Apa yang terjadi dengan kalian?"

"Nggak ada apa-apa Mah. Kita hanya terlibat kesalahpahaman saja dengan Nayla. Nanti kita akan bicarakan ini dengan nya," sahut Samuel.

"Baiklah, selesaikan masalah kalian. Kalau begitu Mamah dan Papah akan istirahat. Michell, kamu tinggal lah disini, tidak perlu kamu pikirkan ucapan Nayla tadi."

"Kak," lirih Michell setelah kedua orang tua samuel meninggalkan mereka.

"Tak apa, aku akan bicara dengannya. Kamu istirahat lah. Ayo aku antar ke kamarmu."

******

Adit melempar asal bekas rokok yang baru saja ia sesap. Hidup nya benar benar membosankan, setiap malam setelah bekerja dia hanya berdiam diri di kamar kecil nya sambil menyesap rokok. seperti itu setiap hari nya dan sekarang semuanya terasa benar benar membosankan.

Dengan cepat dia menyambar hoodie hitam nya, memakai hoodie itu sambil berjalan keluar dari kontrakan kecil nya.

Jika kalian bertanya Adit akan pergi kemana semalam ini, jawabannya tidak jelas. Dia bahkan tidak punya arah tujuan, kakinya akan terus melangkah entah sampai mana hingga saat dia mulai merasa lelah barulah dia kembali pulang.

Saat sampai di sebuah gang sepi, tak sengaja dia melihat segerombol laki-laki mabuk yang sepertinya sedang menggoda seorang wanita. Pria itu memilih untuk tidak perduli, dia bahkan melanjutkan langkahnya seolah tak melihat apapun.

"Tolong!! Hey tolong aku!" teriak gadis itu saat melihatnya. 

"Sudahlah jangan banyak berteriak. Kami hanya ingin mengajakmu bersenang senang."

"Tidak mau! Lepaskan aku brengsek!"

Suara tamparan keras itu mampu membuat Adit menghentikan langkah nya walaupun dia belum ada niatan sedikit pun untuk menolong gadis itu.

"Sudah kubilang jangan berontak!! Kamu mau kita main kasar? Lebih baik kamu diam dan ikuti kita," Beberapa pria mabuk itu menarik paksa sang korban.

"Lepaskan dia!"

"Siapa kamu? Menyingkirlah jangan ikut campur."

"Hiks tolong aku," Ucap gadis itu membuat Adit langsung menatapnya sekilas. Wajah gadis itu terasa tidak asing baginya.

"Cepat minggir! Ckk mengganggu saja."

Pria-pria itu kembali menarik paksa sang korban, terlihat Adit hanya diam saja saat mereka sudah mulai melangkah beberapa langkah didepannya.

Hingga beberapa saat Kemudian dengan sekali tendangan pria pria mabuk tadi langsung terhuyung, Adit yang menjadi sang pelaku penendangan tadi menarik tangan sang korban dan membawa nya berlari kabur.

*******

Adit membaringkan tubuhnya diatas kasur lipat milik nya. Pikirannya masih terbayang dengan wanita yang tadi sempat ia tolong. "Wanita itu? Sepertinya aku pernah melihatnya."

Pria itu langsung merubah posisi nya menjadi duduk setelah mengingat wanita yang ia tolong tadi. Wanita itu sama seperti yang siang tadi ia temui di atap sekolah.

"Siapa dia?"

,,,,,,,,,,

"Astaga Nayla kamu dari mana saja?!! Ini sudah lebih dari tengah malam dan kamu pulang dengan wajah seperti itu?!"

Nayla hanya diam saat mamahnya memarahinya karena pulang jam 1 pagi. Tadi malam setelah mengetahui Michell akan tinggal bersamanya, Nayla langsung pergi dari rumah tanpa ada yang tahu satu pun.

"Kenapa sih Nay kamu jadi seperti ini? Susah sekali di atur! Bagaimana jika Papahmu tahu? Mamah malu karena tidak bisa mendidikmu."

Samuel yang terbangun karena haus pun tak sengaja mendengar pertengkaran Nayla dan mamah nya.

"Mah aku lelah, jadi simpan saja omelan Mamah untuk besok lagi."

Ucapan Nayla itu membuat mamahnya langsung melayangkan tamparannya tepat diatas bekas luka tamparan pria cabul tadi tadi mengganggunya.

"Mah," panggil Samuel, dia berjalan cepat menghampiri 2 wanita itu.

"Hiks Mamah tidak habis pikir denganmu. Kamu berubah hiks kamu bukan lagi Nayla yang mamah kenal hiks."

"Mamah sudahlah lebih baik mamah istirahat, biarkan Nayla istirahat juga karena besok dia harus sekolah," sahut Samuel.

"Nay, pergilah ke kamarmu," lanjut Samuel  yang langsung dipatuhi gadis itu.

"Mah sudahlah, Nayla biar jadi urusanku. Biar aku yang mengubahnya menjadi nayla yang kita kenal dulu. Mamah tidak perlu khawatir."

,,,,,,,,,,,

Hari ini Nayla berangkat sekolah lebih awal, pagi pagi sekali dia berangkat agar tidak bertemu dengan keluarga nya. Ya dia sengaja menghindari keluarganya. Waktu masih menunjukkan pukul 5.30 pagi sedangkan sekolah baru masuk pukul 7.30 jadi sekolah masih benar benar sepi.

Nayla memutuskan untuk langsung pergi ke kelas nya. Didalam kelas di melihat seorang siswa yang terlihat sedang tertidur dengan menenggelamkan wajahnya di atas meja.

"Siapa murid yang datang sepagi ini ?" gumam nya sambul duduk di bangku nya. sesekali dia melirik kearah siswa itu yang tidak bergerak sama sekali.

Hingga beberapa puluh menit kemudian, siswa mulai datang satu persatu membuat kelas yang tadinya sangat sepi berubah menjadi sedikit ramai.  

"Hai Nay, kamu datang lebih awal ?" tanya Nanda basa basi namun tidak ada balasan sama sekali.

"Cih sombong sekali," gumamnya pelan.

Lama kelamaan murid mulai berdatangan tak terkecuali Michell. Hingga bel masuk pun berbunyi. Nayla melirik kearah meja orang yang dia lihat datang lebih awal tadi. Kosong, kemana dia? Kapan dia pergi? Apa aku salah lihat? Begitulah pikir nya.

"Selamat pagi anak-anak," sapa sang guru yang baru saja memasuki kelas.

"Hari ini kita adakan ulangan mendadak. Cepat simpan semua buku kalian."

"Yahhh pak."

,,,,,,,,,,,

"ADITYA WIJAYA!"

Adit yang sudah berjalan menuju gerbang belakang sekolah terpaksa menghentikan langkahnya setelah mendengar seseorang memanggil nya.

"Kamu mau membolos lagi?"

Pria itu menatap seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari nya. Dia adalah bu Dewi, guru BK disekolahnya.

"Adit, ikut ibu ke ruangan bk."

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun adit langsung mengikuti gurunya itu. Kini dia sudah duduk didepan kursi didalam ruangan BK.

"Ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya bu Dewi namun pria itu hanya diam, enggan mengeluarkan suara nya.

"Kamu bisa mempercayai saya, apa ada masalah denganmu? Kamu murid pandai, tapi bukan berarti kamu bisa membolos sesukamu."

Lagi, pria itu masih tetap bungkam. Hingga tak lama kemudian suara ketukan pintu membuat keduanya langsung menoleh.

"Bu dewi? Ibu memanggil saya?"

"Nayla? Iya masuklah."

Nayla mengangguk kemudian masuk kedalam ruangan itu dan mendudukan dirinya disamping Adit.

"Saya permisi bu," sahut Adit yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Sebelum nya dia sempat melirik kearah Nayla begitu juga sebaliknya .

"Nayla, ibu dengar kemarin kamu membolos? Kamu juga keluar dari kelas begitu saja."

"Maaf bu."

"Kamu ada masalah? Tidak biasanya kamu membolos."

"Tidak."

Bu Dewi menghela nafasnya, pagi-pagi sudah mendapat 2 murid dengan tingkah yang sama "kamu sama seperti Adit. Siswa barusan, dia namanya Adit. Dia sekelas denganmukan?"

"Dia sering sekali membolos tapi nilainya selalu bagus sedangkan kamu selalu masuk tapi maaf nilai mu tidak pernah bagus. Kalian berbeda tapi sama. Sekarang Kembalilah ke kelas mu. Tapi maaf ibu harus memberi mu skor minus."

"Baik bu."

Saat baru saja keluar dari ruangan BK, Nayla langsung dikejutkan dengan keberadaan Adit yang ternyata menunggunya di luar. Pria itu menyuruh Nayla untuk ikut dengannya.

"Kamu? Kamu Adit kan?" tanya Nayla ragu membuat pria itu mengerutkan kening nya bingung.

"Bu Dewi yang memberitahu namamu."

"Aku harus kembali ke kelas," lanjut Nayla yang langsung berputar arah.

"Kamu gapapa kan?" 3 kalimat yang baru saja keluar dari mulut Adit berhasil membuat Nayla menghentikan langkahnya.

"J-jadi benar kamu yang menolongku semalam?" tanya Nayla namun tidak ada jawaban.

"Lain kali jangan berjalan sendirian ditengah malam apalagi dijalan sepi," bisik Adit saat berjalan melewati gadis itu.

Nayla diam ditempat saat Adit sudah pergi meninggalkan tempat itu "Apa dia perduli denganku? Apa barusan itu termasuk kekhawatiran? Ckk bahkan kita tidak saling mengenal." 

******

Nayla masih betah melamun memikirkan Adit. Ah mereka baru beberapa kali bertemu namun gadis itu sudah sangat penasaran dengannya.

"Siswa barusan, dia namanya Adit. Dia sekelas denganmu kan?"

Gadis itu teringat dengan ucapan bu Dewi tadi, kepalanya menoleh kearah kursi yang selalu kosong namun sempat ditempati seseorang tadi pagi "Apa itu tempat duduk nya?" 

Nayla terus memperhatikan bangku yang dia yakini adalah bangku adit. Sudah beberapa bulan mereka sekelas namun dia baru mengetahui jika adit teman sekelas nya. Mungkin karena dia selalu diam di kelas tanpa perduli dengan isi kelasnya sedangkan adit hampir setiap hari membolos.

"Nay, tadi mamahmu menitipkan makan siang untukmu." 

Lamunan Nayla harus buyar karena suara seseorang yang sangat ia benci sudah berdiri didepan meja nya.

"Mamahmu bilang kamu tidak sarapan jadi dia menitipkan ini untukmu," lanjut Michell dengan senyum ramah nya.

Nayla hanya menatap kotak bekal itu sekilas sebelum akhirnya berlalu pergi begitu saja.

"Dia benar benar masih marah denganku." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status