Hari ini Nayla kembali pulang malam, tadi setelah dari atap gedung sekolah dia memutuskan untuk membolos di perpustakaan, jadi ini kedua kalinya dia membolos.
"Terima kasih om dan tante sudah mengizinkan saya tinggal disini. Sebenarnya saya bisa tinggal di apartment," ucap Michell merasa tak enak.
Michell baru saja datang dari surabaya, dia memutuskan untuk pindah sekolah ke jakarta. Karena orang tuanya tinggal di surabaya, tadinya dia ingin menyewa salah satu apartment tapi orang tua Samuel serta samuel sendiri menyuruhnya untuk tinggal bersama.
"Tak apa, sekalian kamu beradaptasi dengan keluarga kita toh nanti kamu juga akan menjadi bagian dari keluarga kita kan," ucap Ayah Samuel dengan senyum ramah nya.
"Benar, Nayla juga pasti senang tinggal bersama sahabatnya lagi," sahut Ibu Nayla yang langsung membuat Samuel dan Michell seketika diam.
"Oh ya ngomong-ngomong dimana Nayla? Kenapa dia belum pulang?"
"Aku disini Mah."
Nayla diam mematung. Tadinya dia tidak sadar dengan keberadaan Michell sampai akhirnya saat dia bersuara semua orang menoleh kearahnya termasuk Michell. "K-kamu? Ngapain kamu disini?" tanyanya dengan mata tajamnya.
"Oh Nay kamu sudah pulang? Kemarilah, mulai sekarang Michell akan tinggal bersama kita. Kamu senang kan?" tanya sang ibu.
"Tidak! Kenapa dia harus tinggal disini?"
"Michell sendirian di jakarta, kasihan jika harus tinggal di apartment sendiri jadi papah dan mamah memutuskan untuk mengajaknya tinggal bersama kita," ayah tiri gadis itu.
"Apa? Tinggal bersama? Tidak! Aku tidak mau dia tinggal disini!"
"Kenapa? Bukankah dulu kamu dan Michell bersahabat baik? Kalian sangat dekat dulu bahkan tak terpisahkan."
"Om, tante tak apa. Saya akan tinggal di apartment saja," sahut Michell merasa Nayla sangat tidak menyukai kedatangannya.
"Bagus. Kalau kamu punya malu sebaiknya pergi dari sini."
"NAYLA !!" Suara bentakan itu membuat seisi rumah langsung terkejut, bukan papah atau mamah Nayla yang berteriak tapi Samuel. Ini pertama kalinya pria itu berteriak dan membentak nya.
"Kenapa? Oh aku lupa, dia kekasihmu ya? Maaf jika menyinggung kekasih tercintamu," ucap Nayla dengan nada ejekannya.
"Nayla, kamu ini kenapa? Kenapa kamu berubah,Nak ?"
"Mamah tanyakan saja pada mereka," Jawan Nayla kemudian langsung berlari menaiki tangga menuju kamar nya.
"Maaf semua kekacuan ini karenaku," lirih Michell.
"Sebenarnya ini ada apa? Apa yang terjadi dengan kalian?"
"Nggak ada apa-apa Mah. Kita hanya terlibat kesalahpahaman saja dengan Nayla. Nanti kita akan bicarakan ini dengan nya," sahut Samuel.
"Baiklah, selesaikan masalah kalian. Kalau begitu Mamah dan Papah akan istirahat. Michell, kamu tinggal lah disini, tidak perlu kamu pikirkan ucapan Nayla tadi."
"Kak," lirih Michell setelah kedua orang tua samuel meninggalkan mereka.
"Tak apa, aku akan bicara dengannya. Kamu istirahat lah. Ayo aku antar ke kamarmu."
******
Adit melempar asal bekas rokok yang baru saja ia sesap. Hidup nya benar benar membosankan, setiap malam setelah bekerja dia hanya berdiam diri di kamar kecil nya sambil menyesap rokok. seperti itu setiap hari nya dan sekarang semuanya terasa benar benar membosankan.
Dengan cepat dia menyambar hoodie hitam nya, memakai hoodie itu sambil berjalan keluar dari kontrakan kecil nya.
Jika kalian bertanya Adit akan pergi kemana semalam ini, jawabannya tidak jelas. Dia bahkan tidak punya arah tujuan, kakinya akan terus melangkah entah sampai mana hingga saat dia mulai merasa lelah barulah dia kembali pulang.
Saat sampai di sebuah gang sepi, tak sengaja dia melihat segerombol laki-laki mabuk yang sepertinya sedang menggoda seorang wanita. Pria itu memilih untuk tidak perduli, dia bahkan melanjutkan langkahnya seolah tak melihat apapun.
"Tolong!! Hey tolong aku!" teriak gadis itu saat melihatnya.
"Sudahlah jangan banyak berteriak. Kami hanya ingin mengajakmu bersenang senang."
"Tidak mau! Lepaskan aku brengsek!"
Suara tamparan keras itu mampu membuat Adit menghentikan langkah nya walaupun dia belum ada niatan sedikit pun untuk menolong gadis itu.
"Sudah kubilang jangan berontak!! Kamu mau kita main kasar? Lebih baik kamu diam dan ikuti kita," Beberapa pria mabuk itu menarik paksa sang korban.
"Lepaskan dia!"
"Siapa kamu? Menyingkirlah jangan ikut campur."
"Hiks tolong aku," Ucap gadis itu membuat Adit langsung menatapnya sekilas. Wajah gadis itu terasa tidak asing baginya.
"Cepat minggir! Ckk mengganggu saja."
Pria-pria itu kembali menarik paksa sang korban, terlihat Adit hanya diam saja saat mereka sudah mulai melangkah beberapa langkah didepannya.
Hingga beberapa saat Kemudian dengan sekali tendangan pria pria mabuk tadi langsung terhuyung, Adit yang menjadi sang pelaku penendangan tadi menarik tangan sang korban dan membawa nya berlari kabur.
*******
Adit membaringkan tubuhnya diatas kasur lipat milik nya. Pikirannya masih terbayang dengan wanita yang tadi sempat ia tolong. "Wanita itu? Sepertinya aku pernah melihatnya."
Pria itu langsung merubah posisi nya menjadi duduk setelah mengingat wanita yang ia tolong tadi. Wanita itu sama seperti yang siang tadi ia temui di atap sekolah.
"Siapa dia?"
,,,,,,,,,,
"Astaga Nayla kamu dari mana saja?!! Ini sudah lebih dari tengah malam dan kamu pulang dengan wajah seperti itu?!"
Nayla hanya diam saat mamahnya memarahinya karena pulang jam 1 pagi. Tadi malam setelah mengetahui Michell akan tinggal bersamanya, Nayla langsung pergi dari rumah tanpa ada yang tahu satu pun.
"Kenapa sih Nay kamu jadi seperti ini? Susah sekali di atur! Bagaimana jika Papahmu tahu? Mamah malu karena tidak bisa mendidikmu."
Samuel yang terbangun karena haus pun tak sengaja mendengar pertengkaran Nayla dan mamah nya.
"Mah aku lelah, jadi simpan saja omelan Mamah untuk besok lagi."
Ucapan Nayla itu membuat mamahnya langsung melayangkan tamparannya tepat diatas bekas luka tamparan pria cabul tadi tadi mengganggunya.
"Mah," panggil Samuel, dia berjalan cepat menghampiri 2 wanita itu.
"Hiks Mamah tidak habis pikir denganmu. Kamu berubah hiks kamu bukan lagi Nayla yang mamah kenal hiks."
"Mamah sudahlah lebih baik mamah istirahat, biarkan Nayla istirahat juga karena besok dia harus sekolah," sahut Samuel.
"Nay, pergilah ke kamarmu," lanjut Samuel yang langsung dipatuhi gadis itu.
"Mah sudahlah, Nayla biar jadi urusanku. Biar aku yang mengubahnya menjadi nayla yang kita kenal dulu. Mamah tidak perlu khawatir."
,,,,,,,,,,,
Hari ini Nayla berangkat sekolah lebih awal, pagi pagi sekali dia berangkat agar tidak bertemu dengan keluarga nya. Ya dia sengaja menghindari keluarganya. Waktu masih menunjukkan pukul 5.30 pagi sedangkan sekolah baru masuk pukul 7.30 jadi sekolah masih benar benar sepi.
Nayla memutuskan untuk langsung pergi ke kelas nya. Didalam kelas di melihat seorang siswa yang terlihat sedang tertidur dengan menenggelamkan wajahnya di atas meja.
"Siapa murid yang datang sepagi ini ?" gumam nya sambul duduk di bangku nya. sesekali dia melirik kearah siswa itu yang tidak bergerak sama sekali.
Hingga beberapa puluh menit kemudian, siswa mulai datang satu persatu membuat kelas yang tadinya sangat sepi berubah menjadi sedikit ramai.
"Hai Nay, kamu datang lebih awal ?" tanya Nanda basa basi namun tidak ada balasan sama sekali.
"Cih sombong sekali," gumamnya pelan.
Lama kelamaan murid mulai berdatangan tak terkecuali Michell. Hingga bel masuk pun berbunyi. Nayla melirik kearah meja orang yang dia lihat datang lebih awal tadi. Kosong, kemana dia? Kapan dia pergi? Apa aku salah lihat? Begitulah pikir nya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa sang guru yang baru saja memasuki kelas.
"Hari ini kita adakan ulangan mendadak. Cepat simpan semua buku kalian."
"Yahhh pak."
,,,,,,,,,,,
"ADITYA WIJAYA!"
Adit yang sudah berjalan menuju gerbang belakang sekolah terpaksa menghentikan langkahnya setelah mendengar seseorang memanggil nya.
"Kamu mau membolos lagi?"
Pria itu menatap seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari nya. Dia adalah bu Dewi, guru BK disekolahnya.
"Adit, ikut ibu ke ruangan bk."
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun adit langsung mengikuti gurunya itu. Kini dia sudah duduk didepan kursi didalam ruangan BK.
"Ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya bu Dewi namun pria itu hanya diam, enggan mengeluarkan suara nya.
"Kamu bisa mempercayai saya, apa ada masalah denganmu? Kamu murid pandai, tapi bukan berarti kamu bisa membolos sesukamu."
Lagi, pria itu masih tetap bungkam. Hingga tak lama kemudian suara ketukan pintu membuat keduanya langsung menoleh.
"Bu dewi? Ibu memanggil saya?"
"Nayla? Iya masuklah."
Nayla mengangguk kemudian masuk kedalam ruangan itu dan mendudukan dirinya disamping Adit.
"Saya permisi bu," sahut Adit yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Sebelum nya dia sempat melirik kearah Nayla begitu juga sebaliknya .
"Nayla, ibu dengar kemarin kamu membolos? Kamu juga keluar dari kelas begitu saja."
"Maaf bu."
"Kamu ada masalah? Tidak biasanya kamu membolos."
"Tidak."
Bu Dewi menghela nafasnya, pagi-pagi sudah mendapat 2 murid dengan tingkah yang sama "kamu sama seperti Adit. Siswa barusan, dia namanya Adit. Dia sekelas denganmukan?"
"Dia sering sekali membolos tapi nilainya selalu bagus sedangkan kamu selalu masuk tapi maaf nilai mu tidak pernah bagus. Kalian berbeda tapi sama. Sekarang Kembalilah ke kelas mu. Tapi maaf ibu harus memberi mu skor minus."
"Baik bu."
Saat baru saja keluar dari ruangan BK, Nayla langsung dikejutkan dengan keberadaan Adit yang ternyata menunggunya di luar. Pria itu menyuruh Nayla untuk ikut dengannya.
"Kamu? Kamu Adit kan?" tanya Nayla ragu membuat pria itu mengerutkan kening nya bingung.
"Bu Dewi yang memberitahu namamu."
"Aku harus kembali ke kelas," lanjut Nayla yang langsung berputar arah.
"Kamu gapapa kan?" 3 kalimat yang baru saja keluar dari mulut Adit berhasil membuat Nayla menghentikan langkahnya.
"J-jadi benar kamu yang menolongku semalam?" tanya Nayla namun tidak ada jawaban.
"Lain kali jangan berjalan sendirian ditengah malam apalagi dijalan sepi," bisik Adit saat berjalan melewati gadis itu.
Nayla diam ditempat saat Adit sudah pergi meninggalkan tempat itu "Apa dia perduli denganku? Apa barusan itu termasuk kekhawatiran? Ckk bahkan kita tidak saling mengenal."
******
Nayla masih betah melamun memikirkan Adit. Ah mereka baru beberapa kali bertemu namun gadis itu sudah sangat penasaran dengannya.
"Siswa barusan, dia namanya Adit. Dia sekelas denganmu kan?"
Gadis itu teringat dengan ucapan bu Dewi tadi, kepalanya menoleh kearah kursi yang selalu kosong namun sempat ditempati seseorang tadi pagi "Apa itu tempat duduk nya?"
Nayla terus memperhatikan bangku yang dia yakini adalah bangku adit. Sudah beberapa bulan mereka sekelas namun dia baru mengetahui jika adit teman sekelas nya. Mungkin karena dia selalu diam di kelas tanpa perduli dengan isi kelasnya sedangkan adit hampir setiap hari membolos.
"Nay, tadi mamahmu menitipkan makan siang untukmu."
Lamunan Nayla harus buyar karena suara seseorang yang sangat ia benci sudah berdiri didepan meja nya.
"Mamahmu bilang kamu tidak sarapan jadi dia menitipkan ini untukmu," lanjut Michell dengan senyum ramah nya.
Nayla hanya menatap kotak bekal itu sekilas sebelum akhirnya berlalu pergi begitu saja.
"Dia benar benar masih marah denganku."
Sudah hampir 6 bulan Michell tinggal di rumah samuel, selama itu juga Nayla mulai jarang ikut sarapan atau makan malam bersama. Nayla selalu berangkat pagi pagi sekali dan akan tidur sebelum jam makan malam. Selama itu juga Nayla semakin penasaran dengan sosok Adit, Adit sering sekali membantu nya setiap berada dalam bahaya, tidak ada percakapan antara keduanya karena pria itu akan langsung pergi setelah menolongnya. Dan hari ini Nayla kembali datang ke sekolah lebih awal dari biasanya jadi benar benar belum ada satu pun murid yang datang termasuk Adit. Biasanya pria itu lebih dulu datang dari nya tapi hari ini kebalikannya. Jam terus berputar hingga matahari mulai naik menampakkan dirinya, beberapa murid mulai berdatangan namun sosok yang Nayla tunggu masih belum memunculkan wajahnya sejak tadi. Ini sangat aneh, biasanya Adit selalu datang walupun akhirnya akan membolos setelah bel masuk berbunyi . "Selamat pagi anak anak." "Apa dia tidak masuk? Ckk
PLAK!! Nayla menyentuh pipi nya yang memerah akibat tamparan keras yang di layangkan ibunya tepat di wajah mulus nya. Beberapa jam yang lalu dirinya kembali dituduh melakukan pembullyan hingga membuat salah seorang siswa disekolah nya mengakhiri hidup nya. Kalian ingat dengan Nina kan? Yang tempo hari mengaku di teror oleh Nayla? Beberapa hari setelah pengakuan itu, tadi pagi sekolah digemparkan dengan kabar Nina yang melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di sungai. Semua orang menuduh Nayla sebagai penyebab kematian Nina karena mereka mengira Nima bunuh diri akibat tidak tahan dengan teror dari Nayla. "Ibu benar-benar tidak menyangka kamu seperti ini nay, Ibu kecewa denganmu!" Detik berikutnya tamparan kedua kembali melayang di wajah mulus Nayla membuat dirinya sekarang mejadi pusat perhatian seisi sekolah, banyak siswa yang mengintip dari jendela ruangan bu Dewi. "Apa salah Ibu Na
Selama beberapa hari ini Nayla tinggal dirumah lama nya, beruntung dia masih menyimpan kunci rumah lamanya jadi setidaknya dia tidak akan luntang-lantung di jalanan. Namun aneh nya saat dia pulang hari ini terlihat lampu dirumahnya menyala padahal setahunya dia tidak pernah menyalakan lampu. Karena takut jika itu maling gadis itu pun langsung berlari menuju rumah nya. "Oh anda siapa?" tanya nya pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah nya. "Saya pemilik rumah ini. kamu siapa?" "Apa? Tapi ini rumah saya Tante." "Pemilik rumah ini sudah menjual nya pada saya tadi siang." ,,,,,,,,,,,,, Nayla membuka pintu rumah ayah tirinya dengan sangat kencang, bahkan penghuni rumah yang sedang makan malam itipun langsung menoleh kearahnya. "Nay kamu pulang?" tanya tuan Wijaya dengan senyum senang nya Melihat putrinya k
Nayla mulai menggeliat dalam tidur nya, badannya terasa sangat sakit karena semalaman tidur diatas kasur lipat yang sangat tipis. Saat matanya terbuka, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Adit yang sedang bersiap-siap entah mau kemana karena ini hari minggu dan sekolah libur. "Kamu sudah bangun? Hmm aku harus pergi ada urusan mungkin pulang malam. Kalau kamu mau pergi sebaiknya nanti malam saja setelah aku pulang," Ujar Adit sambil memasukkan beberapa bungkus coklat kedalam tas nya. "Aku mau ke suatu tempat yang harus aku kunjungi. Jauh dari kota Jakarta," lanjut nya seolah tahu isi pikiran Nayla yang ingin bertanya namun ragu. "Aku boleh ikut?" ,,,,,,,,,,, "Kak, bukankah seharusnya aku pergi saja? Nayla pasti pergi karenaku sampai membuat Tante sakit," lirih Michelle saat melihat dokter pribadi keluarga Wijaya baru saja selesai memerik
"Kak, ayo kita makan malam bersama. Ibu panti dan yang lainnya sudah menunggu," Ujar Putri pada Nayla yang sedang duduk termenung sendirian di taman panti. "Putri, Ayo kita tinggalkan saja dia kalau tidak mau," suara teriakan Chiko membuat Nayla langsung menoleh kearah bocah kecil yang berdiri di teras panti itu. "Tidak usah didengar, Kak. dia memang suka begitu. Ayo." "Putri duluan saja. Kakak masih ingin disini , didalam sedikit gerah," Balas Nayla. "Yasudah kalau begitu aku masuk ya, Kak," Nayla sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Putri dan Chiko berjalan bersama masuk kedalam panti. Tadi siang mereka masih bertengkar tapi sekarang tiba tiba sudah akrab. "Putri yang introvert saja bisa berubah kenapa aku tidak ? Bahkan dia masih kecil, tapi sudah berani mengambil langkah lebih baik," gumam nya kembali mendongakkan kepalanya keatas. Mamandang bintang yang berlomba mengerlipkan cahayanya terangnya. Su
Nayla diam merenung memikirkan obrolannya dengan Bu Andara beberapa jam yang lalu. "Kamu tidak ingin kembali sekolah, Nay? Bukan maksud Ibu tidak suka kamu tinggal disini, Ibu sangat senang kamu tinggal disini. tapi keluargamu pasti khawatir mencarimu dan juga bukankah sebentar lagi ujian kelulusan sekolah ? Kamu tidak ingin lulus ?" Itulah kurang lebih yang Bu Andara tanyakan padanya tadi. Sudah hampir 1 minggu Nayla tinggal di panti asuhan ini. Gadis itu merasa sangat senang, semua yang tidak pernah dia dapatkan dikeluarganya dapat ia dapatkan disini, terutama kasih sayang. Bu Andara sangat menyayangi nya, bahkan Putri yang awalnya tertutup bisa sangat terbuka dan dekat dengannya apalagi Chiko. "Kak." Suara panggilan itu membuat Nayla langsung menoleh. Putri, Gadis kecil yang selama beberapa hari ini tidur dengannya terlihat mulai terbangun. "Kakak tidak tidur?" Tanya nya dengan mata yang m
Bruk !!! Tubuh Monika terdorong begitu keras hingga punggung nya membentur tembok. Dinda, Nanda dan putri menarik rambutnya secara bergantian, tak hanya itu tubuh nya bahkan sudah penuh dengan bau busuk akibat siraman air kotor. "Cihh anak koruptor sepertimu hanya akan mengotori sekolahan ini," ucap Dinda setelah menjambak rambut Monika hingga membuatnya meringis kesakitan. "Seharusnya kamu ikut menekam dipenjara bersama ayahmu. Benar benar memalukan!!" sahut putri. "Nanda mana gunting nya?" Nanda mengeluarkan gunting yang sudah ia bawa sejak tadi "Biar aku saja yang menggunting rambutnya," ucap nya dengan senyum seringai membuat Monika ketakutan. "Jadi, gaya rambut apa yang kamu inginkan Monika Bramanta?" "Tidak, aku mohon jangan," tangis Monika mulai pecah begitu Nanda mendekat kearahnya. "Sudah
Adit dan Nayla lengkap dengan pakaian serba hitamnya kembali menyelusup masuk kesekolah. Mereka akan mencari lagi bukti tentang kematian Nina.Adit menahan tangan Nayla yang sudah ingin masuk kedalam ruang guru "ada cctv," ucap pria itu pelan sambil melirik kearah cctv di atasnya."Tunggu disini, jangan kemana mana sampai aku kembali. Aku harus mematikan saluran listrik agar semua cctv mati."Setelah keadaan mulai aman, mereka berdua mulai masuk kedalam ruangan guru. Memeriksa satu persatu laci dengan dibantu senter yang sudah Adit bawa dari rumah nya tadi. Sejujurnya Nayla sedikit aneh dengan Adit, kenapa dia terkesan sangat ahli dalam hal semacam ini? Bahkan dia seakan sudah menyiapkan ini semua sebelum nya."Aku tidak menemukan apapun. Bagaimana denganmu?" tanya Adit menghampiri sosok Nayla yang berdiri didepan meja wali kelas nya."Tidak ada apa apa," j