Home / Romansa / Complicated / Histeris Lagi

Share

Histeris Lagi

Author: Broken Flower
last update Last Updated: 2021-09-02 15:06:28

Kejadian beberapa jam yang lalu membuat Yoga sedikit terganggu. Seperti saat ini, minuman yang ia pesan di kantin hanya menjadi objek pandangannya saja tanpa niatan meminumnya.

"Ga! Lo ngelamun terus," ucap Tara membuat Yoga meliriknya sekilas, ya sekilas saja.

"Tahu lo Ga," timpal Revan.

"Iya kamu tumben Ga," timpal  Iren, kekasih Revan.

"Gue bingung sama cewek tadi," jelas Yoga.

"Yang mana??" tanya Iren karena memang ia berbeda kelas.

"Jadi tadi ada anak baru, namanya Agatha tapi dia histeris gitu. Terus dibawa pulang deh sama cowok." 

"Kok histeris??" tanya Iren lagi. 

"Tahu, abis diajak ngomong sama Yoga langsung gitu." Revan mengangkat bahunya dan melanjutkan makan mie ayamnya yang sempat ia tunda.

"Jangan-jangan lo ngomong macem-macem sama tuh cewek??" tanya Tara penuh curiga.

"Apaan sihh lo!" Yoga mendengus kesal dan meninggalkan semuanya.

Yoga kembali ke kelasnya, dan duduk di tempatnya.

"Gue rasa gue gak salah ngomong dehh," gumamnya.

"Bodo amatlah!"  Yoga memilih memasang headset di telinganya dan mendengarkan lagu kesukaannya yang dinyanyikan oleh Sleeping With Sirens.

"We are! The Stray! Ooooooooo ... We are the stray!" mulut Yoga ikut bernyanyi lagu band kegemarannya itu.

"Woyyy! Main pergi aja lu!" teriak Tara saat memasuki  kelas. Yoga masih dapat mendengarnya meski memakai headset.

"Apaain sihh berisik deh," cuek Yoga.

"Ehh berarti besok kita bersihin wc yaa?" tanya Revan.

"Lo berdua aja, gue sii ogah!" jawab Yoga santai.

"Yaa gak bisa gitu dong. Kan kita telat nurutin elo! Masa lo gak dihukum?" cecar Tara.

"Yaa kalau lo berdua gak mau, ya udah gak usah dikerjain!"  balas Yoga kesal karena disalahkan.

"Tapikan Pak Pasha si BK super galak itu pasti cek kita ada di wc apa enggak," jelas Tara.

"Gini aja kita diem di wc. Nah kalau ada guru baru deh pura-pura bersihin. Only Fake!!" usul Yoga.

"Waaww! Lo smart Yoga!" Revan begitu antusias dengan ide Yoga.

*****

Yoga's Pov

Pagi ini aku sudah sampai di kelas, kelas sudah ramai karena memang sebentar lagi masuk. Seorang gadis dengan wajah polos baru saja memasuki kelas setelah diantar oleh pria yang kemarin menjemputnya.

Dia, Agatha Daisy. Wanita yang histeris setelah aku bisikan hal tak penting sebenarnya. Dia duduk di sampingku, dan wajahnya yang cantik itu menunduk. Apa kubilang?? Cantik. Iya dia cantik, matanya yang sedikit sipit namun berbinar, hidungnya lancip, bibirnya tipis lembap dan berwarna pink khas bibir alami tanpa polesan lipstik.

Kulihat dia mengangkat wajahnya sejenak menatapku. Kemudian menunduk lagi dengan sorot mata berbeda. Seperti ketakutan. Ohhh tidak!!! Akankah dia seperti kemarin?? 

"Kau baik-baik saja??" tanyaku pelan pada Agatha karena dia pasti bisa mendengarnya, secara dia duduk di sebelah bangkuku.

Kulihat Agatha tidak berubah, dia diam saja. Dan badannya bergetar lagi seperti kemarin.

Kenapa??? Apa dia takut padaku?? Apa aku Yoga Firliansyah Putra nampak menyeramkan di matanya?? Padahal aku si tampan. Iya tampan sekali. Nampaknya aku yang paling tampan di zaman ini. Ini bukan PD tapi ini fakta.  Ingat itu, fakta.

Setelah bel berbunyi, aku, Tara, dan Revan harus ke luar kelas untuk menjalankan hukuman. Cuma fake tentunya. Mana mungkin tiga cowok idola seperti kami membersihkan wc? Menjijikan bukan?

Kita berpencar, aku di toilet perempuan, jangan berpikir kotor aku tak ada niat apa pun. Revan di kamar mandi lelaki dan Tara dia di depan toilet. Kami hanya berdiam saja, kecuali ada guru lewat kami pura-pura mengepel toilet.

Sayup-sayup kudengar ada suara langkah kaki, aku segera mengambil pel dan bergaya sedang mengepel lantai.

"Oohh ternyata elo," ucapku lega saat melihat ternyata yang datang adalah Agatha si gadis polos.

Dan lagi-lagi dia seperti ketakutan. Kuhampiri saja dia.

"Lo kenapa sihh kayak takut sama gue? Emang gue set--" belum aku selesai bicara gadis itu langsung menangis, nyaris histeris seperti kemarin.

"Jangan ... Jangan la--kukan apap--unnnn." Agatha merancau tak jelas. 

Aku kaget mendengarnya aku takut disangka berbuat macam-macam padanya. Is she crazy?? Kurasa iya

"Heh! Lo jangan nangis dong!" kuhampiri tubuh Agatha yang beringsut mundur bahkan kini ia terjatuh.  Kuhampiri tubuhnya yang sudah jatuh. 

Entah kenapa, aku memeluknya. Dia berontak seolah aku akan menyakitinya.

"Lepass! Lepasss! Jangan ... Hiksss." Dia memukul dadaku dengan tangannya.

Aku tak memperdulikannya, semakin erat kupeluk tubuhnya dengan harapan ia akan tenang seperti saat dipeluk pria kemarin yang dipanggil Erick.

"Kenapa kau tidak tenang seperti saat kemarin kau dipeluk pria itu heh?" kesal Yoga namun tetap memeluk Agatha.

Kurasakan gadis itu melemah, dia tidak lagi memberontak tapi masih menangis dalam pelukanku. Kurasakan tangannya yang tadi ia gunakan untuk memukul dadaku kini mulai membalas pelukanku. Bahkan mempererat pelukannya.

Kutatap matanya yang masih jelas sorot ketakutan di matanya. Napasnya yang tidak teratur juga dapat kurasakan.

Ada apa dengan Agatha sebenarnya?

Kuajak Agatha berdiri, namun nampaknya dia lemas. Matanya juga mulai terpejam. Apa dia pingsan? Kuraih tubuhnya dan menggendongnya. Tara terkejut melihatku.

"Wehh!nBro lo apain anak orang??" Ucap Tara dengan tatapan curiga. Aku mengacuhkannya dan membawanya ke UKS. Setelah menghubungi guru mata pelajaran hari ini bahwa aku dan Agatha absent.

Kutatap matanya yang masih betah terpejam.

"Gue penasaran sama Agatha Daisy," desisku.

"Eughhh ..." lenguhan kecil keluar dari bibirnya, matanya mengitari ruang kesehatan ini. Dan saat matanya menangkap sosokku. Dia kembali ketakutan. Bibirnya bergetar menahan tangis. Apa kalian tahu saat anak kecil direbut mainannya?? Seperti itulah ekspresinya saat ini.

"Kau sudah bangun." Aku duduk di samping ranjangnya agar ia tidak takut.

Dia tampak lebih tenang setelah memandangku lebih lama. Mungkin dia ingat aku adalah si tampan yang menenangkannya tadi.

"Minum dulu yaah," ucapku lembut, sungguh ini kejadian langka. Seorang Yoga berbicara lembut!!

Agatha hanya mengangguk, dia lucu sekali.

Kemudian kuberikan gelas berisi air mineral padanya. Dia meraihnya dan saat dia baru minum seteguk Tara dan Revan datang.

"Woyy ngapain berduaan mulu lohh!" ucap Revan.

Sorot ketakutan itu kembali ada saat Agatha melihat mereka. Dia langsung memelukku erat.

"Pergii! Pergii dari sini! Hikss ... Hikss ..." dia mulai histeris lagi. Ohh aku terjebak dengan gadis ini.

Prankkk...

Agatha melemparkan gelas yang dipegangnya ke arah Tara dan Revan, untung saja mereka menghindar hingga gelas itu jatuh ke lantai.

"Hiksss ... Pergiii!" ucap Agatha masih memelukku erat.

"Lebih baik kalian pergi," ucapku tegas pada Tara dan Revan yang nampak syok dan mereka segera pergi.

 Agatha masih saja menangis meski sudah sedikit lebih tenang.

"Ssssttt ... Tenang yaa?" ucapku yang hanya bisa menenangkannya dengan memeluknya.

Kurasakan kepalanya yang ia simpan di dadaku mengangguk.

Apa kalian berpikir posisiku dan dia sekarang terlalu intim?? Kami baru saja kenal dua hari, dan sudah dua kali dia histeris karena ku. Tapi sekarang aku bagaikan tempatnya berlindung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Complicated   Prau

    Perjalanan menuju gunung Prau kini telah dimulai. Revan dan Iren juga turut serta untuk mendaki gunung yang sangat cocok untuk pemula tersebut. Berbeda dengan Tara dan Chandra yang memilih untuk tidak ikut. Yoga terlihat gagah dengan tas carrier yang ada dipunggungnya. Di dalamnya ada 2 tenda, 2 sleeping bag, parapin dan juga gas. Terdapat juga jaket. Tak beda jauh dari Yoga, Erick dan Revan juga membawa tas yang ukurannya besar namun masih dibawah ukuran tas yang dibawa Yoga. Kedua tenda sudah dibawa Yoga, maka mereka tak membawa beban berlebih dalam tas mereka, hanya keperluan pribadi dan persediaan makanan saja. Sedangkan Agatha dan Iren, mereka hanya membawa selt bag yang berisi persediaan minum untuk mereka sendiri selama perjalanan. Dan keperluan lainnya tentu saja dibawa oleh para lelaki. Gunung Prau, gunung setinggi 2565 mdpl yang terletak di provinsi Jawa Teng

  • Complicated   Jalan-jalan

    Sudah seminggu sejak kepulangan Agatha kembali ke Indonesia, dirinya hanya berdiam diri di rumah megah milik sang Kakak. Sampai saat ini belum ada lagi teman yang mengunjunginya. Termasuk Yoga dan Tara. Ah, mengingat Tara membuat Agatha kembali ingat bahwa ia harus mengikhlaskan Tara. Dalam artian ia harus berusaha memposisikan Tara seperti dulu. Sebagai Tara yang menjadi temannya.Rasanya membosankan setiap harinya harus menunggu kepulangan Erick yang mana tak menentu waktunya. Dan pengalihan dari rasa bosannya tak lain dan tak bukan adalah dengan bunga daisy.Seperti saat ini, Agatha tengah merawat bunga-bunga daisy di taman rumahnya. Ia menyemprotkan air, memberi kesan segar pada bunga-bunga daisy. Tak lupa Agatha mengabadikan beberapa photo selfie dengan latar bunga Daisy."Agatha." suara serak-serak yang indah didengar menghentikan aktivitas selfie Agatha. Wanita itu langsung menoleh ke sumber

  • Complicated   Berenang

    Malam ini semua telah kembali berkumpul di rumah milik Yula. Ditambah dengan kehadiran Kirana, kekasih Tara yang telah datang dari tempatnya berkuliah yaitu University Of Oxford. Kirana memang lebih tua dari Tara, dan ia tak masalah dengan status Tara yang masih pelajar SMA.Kirana yang sedang menikmati masa liburannya memutuskan untuk bertemu Tara di Jepang, karena Kirana telah mengetahui bahwa salah satu sahabat Tara yakni Agatha tengah 'sakit'."Agatha mana yaa? Gak nongol." Iren mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di mana ada kemungkinan Agatha muncul dari sana."Gue susul ke kamarnya yaa Rick," Izin Yoga pada Erick yang tengah fokus membaca dokumen. Entah dokumen apa yang dibacanya.Erick menganggukkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. Karena bila ia berkata satu kata saja, itu dapat merusak konsentrasinya pada dokumen yang ia baca.Yoga tersenyum senang dan mulai melangkahkan kak

  • Complicated   Jepang

    Kata orang, tidak ada kata terlambatNamun pada faktanya penyesalan selalu datang terlambat. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.Jantung yang memompa darah Yoga tak hentinya berdetak dengan cepat seolah-olah baru saja berhenti lomba lari maraton. Kecepatan detak jantung Yoga meningkat sejak kakinya menginjak kota Nukata District, Prefektur Aich, Jepang.Bukan kotanya yang istimewa dan mendebarkan. Namun wanita yang akan ditemuinya beberapa saat lagi lah yang membuatnya berdebar."Rick berapa lama lagi??" tanya Yoga dengan wajah pucat pasi seperti orang sakit. Namun jelas, kali ini bukan karena demam atau penyakit lain yang menderanya. Melainkan karena sosok yang menjadi akar rindu dihatinya."Gak sampai lima menit," ujar Erick sambil melirik arlojinya."Pucat amat Ga," ledek Chandra melihat gelagat aneh yang ada pada diri Yoga."Hahahaa! Iyaa kayak mau konser pertama aja," timpal Re

  • Complicated   Menjenguk Agatha

    Yoga memilih untuk memanjakan dirinya di taman sekolah sebelum pulang menuju rumahnya. Dia terduduk sendirian memandang bunga-bunga sederhana berwarna putih, DAISY."Aku kira kamu suka bunga ini karena nama kamu, sekarang aku mengerti." Yoga bermonolog sambil menatap bunga daisy. Dia termenung memikirkan sosok yang jauh di sana. Sosok yang tak ia sangka dapat membuat hidupnya hampa setelah kepergiannya.Yoga merogoh smartphone-nya dan memotret hamparan bunga daisy yang tumbuh liar di taman sekolah. Bibirnya tersenyum tipis dan menjadikannya layar depan. Kenapa? Karena bunga itu dapat menjadi penyaluran rasa rindunya pada Agatha.Yoga menggendong tas ranselnya dan melangkahkan kakinya ke tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menjadi pilihannya untuk menuju tempat yang ia sebut rumah.Seulas senyuman yang teramat tipis timbul di bibir Yoga ketika melihat Revan dan Iren yang tengah mengobrol di halaman rumahnya. Se

  • Complicated   Kepergian Agatha

    Yoga tengah menemani Keyna berbelanja di salah satu mall kenamaan di Jakarta. Dengan tangan kanan yang menggenggam jemari Keyna dan tangan kiri menjinjing paper bag yang berisikan belanjaan kekasihnya itu.Namun tak ada semangat yang terpampang dari wajah Yoga. Kenapa? Dirinya teramat khawatir pada Agatha, bagaimana keadaannya? Huh! Yoga akan tanyakan itu pada Tara atau Revan yang kini ia yakini sedang menjenguk Agatha."Sayang, kamu diem aja!" keluh Keyna mengerucutkan bibirnya seraya mendelikan matanya. Yoga memaksakan bibirnya tersenyum menyadari kekasihnya itu tak nyaman dengan kediamannya."Aku laper, kita makan yuk?" imbuh Yoga berusaha agar Keyna tak curiga jika ia sedang memikirkan Agatha. Keyna menganggukkan kepalanya.Kini mereka duduk di kursi yang berhadapan dengan menu ayam geprek sambal goang telah tersedia di meja mereka. Tak lupa dua buah es teh tawar juga yang menjadi pilihan keduanya."Ayo makan!"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status