"Malas!!" jawab Yoga simple.
"Kamu tak sopan Yoga!!" marah guru BK."Huffttt. Sudah Pak katakan saja apa hukuman buat kita sekarang???" tanya Yoga cuek."Kalian setiap harinya harus membersihkan wc selama 3 hari!!" jelas guru BK memberikan hukuman."Heh ... gak sulit," enteng Yoga tersenyum miring. "Ayo guys! Kita pergi," ajak Yoga pada kedua temannya yang bernama Revan Rivaldi dan Tara Andreas.
Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan BK yang sudah sering mereka kunjungi.Mereka berjalan dengan santai menuju kelas."Bosen gue tiap hari berurusan sama BK!!" gerutu Tara saat mereka berjalan."Iyaaa lo bener Tar, gue juga bosen," timpal Revan."Gue sii santai aja," sambar Yoga dingin.Saat mereka tiba di ambang pintu kelas, Yoga menghentikan langkahnya. Membuat Tara dan Revan menabraknya."Ehh Ga, lo ngapain berhenti dadakan?" Tara menepuk bahu Yoga."Siapa dia??" jawab Yoga tanpa membalas celotehan Tara.Tara dan Revan melihat ke mana arah tatapan Yoga. Kening keduanya berkerut menatap seorang gadis yang kini menduduki kursi paling belakang di samping Yoga.Yoga langsung masuk dan duduk di tempatnya dan menatap tajam wanita yang menundukkan kepalanya di sampingnya."Siapa elo??" tanya Yoga dengan nada dan tatapannya yang tajam.Wanita itu tak menjawab dan tetap menunduk. Namun dapat Yoga lihat, badannya bergetar."Ga, anak baru kali," timpal Revan yang duduk di sebelah Yoga juga."Diam!! Gue gak nanya sama lo Van!" bentak Yoga pada Revan.Tara menyenggol lengan Revan."Ehh lo siapa sii?" geram Yoga pada wanita asing yang ada di kelasnya itu."Selamat pagi!!" sapaan Ibu Guru yang baru saja masuk membuat Yoga membenarkan posisi duduknya."Oh iya sebelum kita mulai pelajaran, baiknya kita kenalan dulu dengan teman baru kita. Agatha, maju ke depan!" panggil Ibu Guru pada gadis yang dari tadi hanya menunduk.Dengan langkah ragu gadis itu ke depan dan memperkenalkan dirinya."Perkenalkan nama saya Agatha Daisy," ucap gadis itu menatap teman-teman baru sekelasnya dengan tatapan polos sekaligus ada rasa takut dalam sorot mata itu."Baiklah, jadi nama kamu Agatha Daisy. Kamu pindahan mana??" tanya Ibu guru lagi."Aku sebelumnya home schooling," jawab Agatha sangat lugu."Baiklah silahkan duduk," jawabnya.Agatha kembali duduk di samping Yoga yang terus meliriknya seakan ingin mengintimidasi.Yoga mencondongkan badannya mendekati Jessica."Cantik dan polos. Cocok buat jadi mainan," bisik Yoga di telinga Agatha.Namun Agatha langsung terlihat ketakutan, ia berdiri dari kursinya dan berjalan mundur ke ujung belakang kelas."Tidakkk! Jangan! Jangan dekati saya! Hiks--hiks-- Ja--jang--ann." Agatha histeris, sorot ketakutan itu terlukis jelas diwajah cantiknya.Yoga sangat kaget dengan reaksi Agatha.Semua orang menatap bingung juga kaget pada Agatha."Ga! Lo apain dia??" bisik Revan.Yoga sama sekali tak menggubris Revan, matanya terus menatap Agatha.Sedangkan Ibu guru yang memang mengetahui keadaan Agatha langsung menghampirinya."Agatha, tenang sayang. Tidak akan ada yang menyakiti kamu di sini!!" Ibu guru yang bernama Farah itu berusaha menenangkan Agatha."Tidak! Pergi dari sini!!! Hiks ... hikss ..." Agatha masih saja histeris."Semuanya tolong tinggalkan kelas ini!!" perintah Bu Farah.Semuanyapun meninggalkan kelas kecuali Yoga."Ga! Ayoo ke luar" ajak Tara."Lo berdua aja, gue mau di sini" jawab Yoga.Tara dan Revan segera Pergi dari kelas. Yoga menghampiri Ibu Farah dan Agatha."Heh! Lo kenapa??" Yoga mendekati Agatha yang duduk ketakutan di ujung kelas."Ahhh! Jangan! Aku mohon jangan!" teriak Agatha semakin histeris.
"Yoga tolong ambilkan handphone Ibu dan telephone nomor bernama Erick Alexander dan katakan segera ke sini!" perintah Ibu Farah.
Yoga kemudian mengangguk dan memenuhi permintaan Bu Farah."Hallo ..." suara seorang pria di sebrang sana."Iya hallo. Tolong datang ke sekolah SMA Bintang," jawab Yoga"Ada apa??" tanya pria itu mulai panik."Ada gadis baru histeris dan Bu Farah--" belum selesai Yoga bicara sambungan sudah terputus."Aihh! Gak sopan," dumel Yoga meletakan kembali ke meja.Dan kembali menghampiri Bu Farah dan Agatha yang masih histeris."Yoga belikan air mineral cepat!!" perintah Bu Farah lagi.Yoga segera keluar dan menuju kantin."Sejak kapan gue jadi babu gini?? Tapi tu cewek kenapa yaa cuma dibisikin gitu aja kok histeris kayak gue apain aja," guman Yoga pada dirinya sendiriKejadian beberapa jam yang lalu membuat Yoga sedikit terganggu. Seperti saat ini, minuman yang ia pesan di kantin hanya menjadi objek pandangannya saja tanpa niatan meminumnya."Ga! Lo ngelamun terus," ucap Tara membuat Yoga meliriknya sekilas, ya sekilas saja."Tahu lo Ga," timpal Revan."Iya kamu tumben Ga," timpal Iren, kekasih Revan."Gue bingung sama cewek tadi," jelas Yoga."Yang mana??" tanya Iren karena memang ia berbeda kelas."Jadi tadi ada anak baru, namanya Agatha tapi dia histeris gitu. Terus dibawa pulang deh sama cowok.""Kok histeris??" tanya Iren lagi."Tahu, abis diajak ngomong sama Yoga langsung gitu." Revan mengangkat bahunya dan melanjutkan makan mie ayamnya yang sempat ia tunda."Jangan-jangan lo ngomong macem-macem sama tuh cewek??" tanya Tara penuh curiga."Apaan sihh lo!" Yoga mendengus kesal dan meninggalkan semuanya.Yoga kembali ke kelasnya, dan du
Sore yang membosankan bagi Yoga, karena ia hanya berdiam diri di kamarnya yang hanya ditemani smartphone miliknya."Huh! Suntuk gue di rumah. Mending gue lari sore dehh!" Yoga melempar smartphone ke sampingnya.Dihampirinya lemari berwarna coklat tua yang menjadi tempatnya menyimpan pakaiannya. Yoga berganti baju dengan hanya menggunakan kaos oblong putih dan celana joger selutut berwarna hitam."Waww.! Baru sadar gue ganteng," ucap Yoga begitu percaya diri ketika memandang dirinya di cermin.Tak lupa Yoga mengenakan sepatu berwarna hitam yang membuat penampilannya kian sempurna untuk olahraga.*****"Capekk gue," Yoga mendudukan dirinya di kursi taman setelah satu jam ke belakang dia berlari kecil.Matanya mengitari seisi taman. Melihat banyaknya anak kecil yang bermain riang dengan teman seusianya.Matanya berhenti pada satu objek yang menurutnya menarik. Agatha!!! Dia duduk di bawah pohon, kakinya selonjo
Yoga sudah duduk manis di kursinya, dilihatnya ke samping Tara dan Revan masih belum menampakkan batang hidung belang mereka. Saat matanya melihat ke ambang pintu dirinya melihat Agatha yang baru saja datang sedang mengobrol dengan Erick yang mengantarnya.Agatha mulai memasuki kelas yang mana hanya ada beberapa orang saja. Semua menatap tajam padanya. Mungkin karena kejadian hari pertamanya.Agatha hanya menunduk, Yoga memperhatikan Agatha. Tubuhnya yang proporsional dibalut sweater pendek warna peach yang mana sangat cocok dengan rok abu selutut yang dikenakannya. Rambutnya yang hitam sedikit bergelombang dibiarkannya terurai. Wajah bersih tanpa make up tapi tetap sangat cantik."Yoga," sapa Agatha setelah tubuhnya duduk di bangku samping Yoga."Hemmm." Yoga tersenyum.Agatha mengambil sesuatu dari sling bag bergambar bunga daisy
Agatha terlihat tak bersemangat hari ini. Dia melipat tangannya di meja dan meletakkan kepalanya. Wajah pucat pasi, tubuhnya memakai jaket. Nampaknya ia tengah sakit.Yoga, Revan dan Tara baru saja memasuki kelas. Mereka melihat Agatha yang tengah memejamkan matanya."Ga, yu cewek sakit deh," bisik Tara saat mereka berjalan mendekati Agatha. Yoga menganggukkan kepalanya."Agatha?" ucap Yoga lembut seraya mengelus rambut Agatha yang membuatnya terbangun menegakan duduknya.Matanya melihat ke arah Yoga, Tara dan Revan secara bergantian. Masih ada sorot ketakutan di sana, namun kali ini lebih tenang."Eeu ... kita cabut deh takutnya dia histeris lagi," bisik Revan pada Yoga dan Tara namun masih dapat didengar oleh Agatha."Gak usah," ucap Agatha menatap Revan dan Tara."Lo udah gak takut sama kita??" tanya Tara yang dibalas gelengan kepala oleh Agatha.Mereka semua tersenyum."Lo sakit bukan??" tanya Yoga memegang dahi Agat
Agatha membuka matanya dengan berat karena rasa mengantuk yang masih menderanya. Diliriknya jam kecil di atas nakas yang menunjukan pukul 06.30 pagi. Seperti kebiasaannya yaitu melihat sang Kakak yang biasa sudah bangun terlebih dahulu. Namun kali ini ada pemandangan yang berbeda di mana Erick Alexander sang kakak masih tertidur. Dan di sampingnya ada seorang pria yang seharian kemarin menemaninya. Agatha menurunkan kakinya pada lantai berwarna hitam yang membuat telapak kakinya merasakan dingin. Dan menghampiri sang Kakak. "Kakakk, bangun," suara manja Agatha juga guncangan dari tangannya membuat Erick segera bangun. Bukan hanya Erick, Yoga pun ikut terbangun. "Eughh ..." lenguhan kecil yang keluar dari mulut Erick dan Yoga berbarengan. "Jam berapa ini?" tanya Erick dengan matanya yang masih terpejam. "Jam setengah tujuh pagi Kak," jawab Agatha. "Udah siang ternyata. Kakak mandi dulu yah." Erick langsung bangkit dan masuk ke k
Yoga's PovAku mengantarkannya lagi kerumahnya. Setelah kejadian di mall aku jadi heran pada Agatha. Sebenarnya dia kenapa? Tingkahnya yang seperti anak kecil, polos, sering histeris dan banyak tingkahnya yang aneh. Seperti tadi dia mengajak ke taman hanya untuk melihat bunga sebentar. Sangat sebentar.Apa dia setengah gila?? Ohh tidak Yoga buang pikiran itu jauh-jauh. Kalau dia seperti itu mungkin sekarang dia berada di rumah sakit jiwa. Tentu kakaknya si formal itu mampu membayarnya. Tapi kalau bukan gila dia kenapa??Kulihat dia hanya melamun sepanjang perjalanan. Jujur saja aku iba melihatnya. Biar dia terhibur aku memutar lagu Sleeping With Sirens kesukaanku. Namun musiknya yang beraliran rock nampaknya mengganggu. Dia menutup telinganya.Kuganti menjadi lagu Lullaby yang dinyanyikan oleh Sia Furler. Nampaknya dia merasa tenang mendengar alunan musik dan suaranya yang halus. Bagaimana tidak, ini kan lagu Nina Bobo. Mana mungkin seperti musik DJ.
"Akan saya jelaskan keadaan Agatha," ucap Erick.Yoga begitu antusias mendengar penuturan Erick. Terlihat dari wajahnya yang begitu bersemangat untuk mendengarkan hal yang akan disampaikan oleh Erick."Tiga tahun lalu Agatha mengalami musibah karena kelalaian saya. Dia hampir saja diperkosa oleh seorang pria, entahlah dia itu preman atau bukan yang pasti dia berniat buruk sama Agatha. Beruntung kejadian itu diketahui warga, namun Agatha luka-luka. Sampai harus dirawat di rumah sakit."Yoga tercengang mendengar penjelasan Erick."Sejak saat itu Agatha mengalami trauma berat. Dia menutup diri, sekolah pun home schooling. Gak pernah keluar rumah, baru sekarang dia mulai berani sekolah." Erick menarik napas gusar."Brengsek banget cowok yang udah buat Agatha kayak gini!!" Yoga terlihat berapi-api sambil mengepalkan tangannya."Begitulah," balas Erick singkat karena mengingat kejadian yang menimpa adi
Seiring berjalannya waktu, trauma yang melekat pada diri Agatha perlahan menipis. Kepercayaan dirinya kini mulai ada, dapat bergaul setidaknya dengan teman-teman kuliahnya. Bersamaan dengan itu, kedekatannya dengan Yoga pun kini semakin terlihat.Mereka yang selalu berangkat dan pulang bersama mengundang praduga banyak orang jika ada hubungan special di antara mereka. Namun, praduga hanyalah praduga. Pada faktanya mereka belum mempunyai hubungan yang lebih dari kata, teman.Mobil berwarna putih berbalut hitam milik Yoga baru saja sampai di halaman rumah yang ditempati Agatha. Tak lama, Agatha muncul dengan setelan seragam putih abu, namun tetap tanpa make up. Rambut yang hitam dan bergelombang diikat asal membuat aura kecantikan alaminya semakin memancar."Yoga," panggil Agatha riang setelah dirinya masuk tanpa dipersilahkan oleh Yoga."Happy banget kamu," balas Yoga tersenyum sedikit sambil mulai menjalankan mobilnya."Hehehe!" Agatha hanya terkek