Share

Lari sore

Penulis: Broken Flower
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 15:25:58

Sore yang membosankan bagi Yoga, karena ia hanya berdiam diri di kamarnya yang hanya ditemani smartphone miliknya.

"Huh! Suntuk gue di rumah. Mending gue lari sore dehh!" Yoga melempar smartphone ke sampingnya. 

Dihampirinya lemari berwarna coklat tua yang menjadi tempatnya menyimpan pakaiannya. Yoga berganti baju dengan hanya menggunakan kaos oblong putih dan celana joger selutut berwarna hitam.

"Waww.! Baru sadar gue ganteng," ucap Yoga begitu percaya diri ketika memandang dirinya di cermin.

Tak lupa Yoga mengenakan sepatu berwarna hitam yang membuat penampilannya kian sempurna untuk olahraga.

*****

"Capekk gue," Yoga mendudukan dirinya di kursi taman setelah satu jam ke belakang dia berlari kecil.

Matanya mengitari seisi taman. Melihat banyaknya anak kecil yang bermain riang dengan teman seusianya.

Matanya berhenti pada satu objek yang menurutnya menarik. Agatha!!! Dia duduk di bawah pohon, kakinya selonjoran dan tangannya sibuk memasukkan permen kapas berwarna pink ke mulutnya.

Di sampingnya ada Erick sang Kakak yang duduk bersila dengan mata dan tangan yang berkutik pada laptop.

Ada rasa ingin menghampiri keduanya. Namun rasa gengsi menyelimuti.

"Masaa gue samperin? Kan baru ken--" ucapan Yoga terhenti ketika ada suara yang memanggilnya.

"Yogaaaa!" panggil Agatha sambil melambaikan tangannya, percis seperti anak TK memanggil temannya. Yoga menganggukkan kepalanya dan berjalan menghampiri keduanya.

Yoga mendudukkan dirinya di samping Agatha. Jadi kini gadis itu duduk di antara Yoga dan Erick.

"Kalian lagi ngapain di sini??" tanya Yoga sekedar basa-basi.

"Main," jawab Agatha dam kembali memakan permen kapasnya.

Dia seperti anak kecil, Yoga berbicara dalam hati sambil memperhatikan Agatha.

"Ehemm," suara deheman Erick mengalihkan pandangan Yoga.

"Kakak senang kamu sudah mendapat teman," lanjut Erick sambil menutup laptopnya.

"Iyaa! Aku juga," jawab Agatha dan terus melanjutkan makannya.

"Tapi baru satu." Agatha terlihat sedih.

"Besok aku kenalkan sama temenku," Yoga angkat bicara ketika melihat kesedihan di mata Agatha.

"Beneran??" Agatha kegirangan sampai dia memeluk Yoga.

Yoga kaget dan malu pada Erick karena Agatha memeluknya. Namun Erick hanya tersenyum.

"Asal jangan histeris ajaa," perkataan Yoga membuat Agatha mengeratkan pelukannya. Yoga bingung ketika merasakan dadanya mulai basah. Apakah gadis ini menangis?? Atau ini keringatnya karena sudah olahraga??" 

Yoga melihat Erick yang mengeraskan rahangnya. Nampaknya ia marah.

"Tolong jangan bahas itu Yoga!!!" tekan Erick mengelus rambut Agatha yang masih memeluk Yoga.

"Maaf," jawab Yoga gugup. Tangannya mulai membalas pelukan Agatha.

"Maaf." satu kata yang Yoga ucapkan membuat Agatha meleraikan pelukannya.

"Iyaa." Agatha tersenyum dan memakan kembali permen kapasnya yang hampir habis. Ternyata gadis dihadapan Yoga sangat mudah berubah moodnya, baru saja ia menangis dan sekarang bertingkah seakan baik-baik saja.

"Euu ... Gue pulang dulu yaa,"  pamit Yoga sebelum berdiri.

"Iya. Dadahh Yogaa" Agatha melambaikan tangannya, benar-benar seperti anak kecil.

Yoga pun meninggalkan Kakak beradik itu.

"Agatha?" panggil Erick

"Hemmm??" jawab Agatha yang masih memandang kepergian Yoga.

"Apa yang kamu rasakan saat bersama dia??" tanya Erick.

Agatha mengalihkan pandangannya pada Erick. Ohh! Seharusnya Erick mengetahui ini. Agatha tak mengerti siapa dia yang Erick maksud.

"Yogaa," lanjut Erick.

"Nyaman aja," jawabnya polos.

"Seperti sama Kakak??" tanya Erick lagi. Dan Agatha menggelengkan kepalanya.

"Berbeda," jawab Agatha, Erick terdiam menatap Agatha. Entah apa yang dipikirkannya kini.

"Kak," suara Agatha membuat Erick tersadar.

"Iya kenapa??" tanya Erick lembut, sangat lembut. Mungkin dia adalah kakak yang paling menyayangi adik perempuannya di dunia ini.

"Ituu," suara manja yang menggelitik hati keluar dari mulut Agatha dengan telunjuk yang ia arahkan pada seorang pedagang ice cream.

"Baiklahh, baiklahh. Ayoo!" seolah mengerti dengan maksud Agatha Erick membawa laptopnya dan mengajak Agatha menghampiri pedagang ice cream.

"Pak beli ice cream rasa coklat dan strawberry jangan pakai vanilla." Erick memesam ice cream yang mana ia tahu adiknya tak menyukai rasa vanilla.

Agatha pernah mengeluhkan pusing setiap apapun makanan yang mengandung rasa vanilla.

"Ini." pedagang tersebut menyodorkan ice cream yang langsung diterima oleh Agatha.

"Yeayy! Makasih," ucap Agatha girang dan langsung mulai memakan ice nya saat itu juga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Complicated   Prau

    Perjalanan menuju gunung Prau kini telah dimulai. Revan dan Iren juga turut serta untuk mendaki gunung yang sangat cocok untuk pemula tersebut. Berbeda dengan Tara dan Chandra yang memilih untuk tidak ikut. Yoga terlihat gagah dengan tas carrier yang ada dipunggungnya. Di dalamnya ada 2 tenda, 2 sleeping bag, parapin dan juga gas. Terdapat juga jaket. Tak beda jauh dari Yoga, Erick dan Revan juga membawa tas yang ukurannya besar namun masih dibawah ukuran tas yang dibawa Yoga. Kedua tenda sudah dibawa Yoga, maka mereka tak membawa beban berlebih dalam tas mereka, hanya keperluan pribadi dan persediaan makanan saja. Sedangkan Agatha dan Iren, mereka hanya membawa selt bag yang berisi persediaan minum untuk mereka sendiri selama perjalanan. Dan keperluan lainnya tentu saja dibawa oleh para lelaki. Gunung Prau, gunung setinggi 2565 mdpl yang terletak di provinsi Jawa Teng

  • Complicated   Jalan-jalan

    Sudah seminggu sejak kepulangan Agatha kembali ke Indonesia, dirinya hanya berdiam diri di rumah megah milik sang Kakak. Sampai saat ini belum ada lagi teman yang mengunjunginya. Termasuk Yoga dan Tara. Ah, mengingat Tara membuat Agatha kembali ingat bahwa ia harus mengikhlaskan Tara. Dalam artian ia harus berusaha memposisikan Tara seperti dulu. Sebagai Tara yang menjadi temannya.Rasanya membosankan setiap harinya harus menunggu kepulangan Erick yang mana tak menentu waktunya. Dan pengalihan dari rasa bosannya tak lain dan tak bukan adalah dengan bunga daisy.Seperti saat ini, Agatha tengah merawat bunga-bunga daisy di taman rumahnya. Ia menyemprotkan air, memberi kesan segar pada bunga-bunga daisy. Tak lupa Agatha mengabadikan beberapa photo selfie dengan latar bunga Daisy."Agatha." suara serak-serak yang indah didengar menghentikan aktivitas selfie Agatha. Wanita itu langsung menoleh ke sumber

  • Complicated   Berenang

    Malam ini semua telah kembali berkumpul di rumah milik Yula. Ditambah dengan kehadiran Kirana, kekasih Tara yang telah datang dari tempatnya berkuliah yaitu University Of Oxford. Kirana memang lebih tua dari Tara, dan ia tak masalah dengan status Tara yang masih pelajar SMA.Kirana yang sedang menikmati masa liburannya memutuskan untuk bertemu Tara di Jepang, karena Kirana telah mengetahui bahwa salah satu sahabat Tara yakni Agatha tengah 'sakit'."Agatha mana yaa? Gak nongol." Iren mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di mana ada kemungkinan Agatha muncul dari sana."Gue susul ke kamarnya yaa Rick," Izin Yoga pada Erick yang tengah fokus membaca dokumen. Entah dokumen apa yang dibacanya.Erick menganggukkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. Karena bila ia berkata satu kata saja, itu dapat merusak konsentrasinya pada dokumen yang ia baca.Yoga tersenyum senang dan mulai melangkahkan kak

  • Complicated   Jepang

    Kata orang, tidak ada kata terlambatNamun pada faktanya penyesalan selalu datang terlambat. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.Jantung yang memompa darah Yoga tak hentinya berdetak dengan cepat seolah-olah baru saja berhenti lomba lari maraton. Kecepatan detak jantung Yoga meningkat sejak kakinya menginjak kota Nukata District, Prefektur Aich, Jepang.Bukan kotanya yang istimewa dan mendebarkan. Namun wanita yang akan ditemuinya beberapa saat lagi lah yang membuatnya berdebar."Rick berapa lama lagi??" tanya Yoga dengan wajah pucat pasi seperti orang sakit. Namun jelas, kali ini bukan karena demam atau penyakit lain yang menderanya. Melainkan karena sosok yang menjadi akar rindu dihatinya."Gak sampai lima menit," ujar Erick sambil melirik arlojinya."Pucat amat Ga," ledek Chandra melihat gelagat aneh yang ada pada diri Yoga."Hahahaa! Iyaa kayak mau konser pertama aja," timpal Re

  • Complicated   Menjenguk Agatha

    Yoga memilih untuk memanjakan dirinya di taman sekolah sebelum pulang menuju rumahnya. Dia terduduk sendirian memandang bunga-bunga sederhana berwarna putih, DAISY."Aku kira kamu suka bunga ini karena nama kamu, sekarang aku mengerti." Yoga bermonolog sambil menatap bunga daisy. Dia termenung memikirkan sosok yang jauh di sana. Sosok yang tak ia sangka dapat membuat hidupnya hampa setelah kepergiannya.Yoga merogoh smartphone-nya dan memotret hamparan bunga daisy yang tumbuh liar di taman sekolah. Bibirnya tersenyum tipis dan menjadikannya layar depan. Kenapa? Karena bunga itu dapat menjadi penyaluran rasa rindunya pada Agatha.Yoga menggendong tas ranselnya dan melangkahkan kakinya ke tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menjadi pilihannya untuk menuju tempat yang ia sebut rumah.Seulas senyuman yang teramat tipis timbul di bibir Yoga ketika melihat Revan dan Iren yang tengah mengobrol di halaman rumahnya. Se

  • Complicated   Kepergian Agatha

    Yoga tengah menemani Keyna berbelanja di salah satu mall kenamaan di Jakarta. Dengan tangan kanan yang menggenggam jemari Keyna dan tangan kiri menjinjing paper bag yang berisikan belanjaan kekasihnya itu.Namun tak ada semangat yang terpampang dari wajah Yoga. Kenapa? Dirinya teramat khawatir pada Agatha, bagaimana keadaannya? Huh! Yoga akan tanyakan itu pada Tara atau Revan yang kini ia yakini sedang menjenguk Agatha."Sayang, kamu diem aja!" keluh Keyna mengerucutkan bibirnya seraya mendelikan matanya. Yoga memaksakan bibirnya tersenyum menyadari kekasihnya itu tak nyaman dengan kediamannya."Aku laper, kita makan yuk?" imbuh Yoga berusaha agar Keyna tak curiga jika ia sedang memikirkan Agatha. Keyna menganggukkan kepalanya.Kini mereka duduk di kursi yang berhadapan dengan menu ayam geprek sambal goang telah tersedia di meja mereka. Tak lupa dua buah es teh tawar juga yang menjadi pilihan keduanya."Ayo makan!"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status