Agatha Daisy, Kejadian tiga tahun lalu membuat duniaku berubah. Aku kehilangan rasa percayaku pada orang lain, aku tak dapat beradaptasi lagi dengan orang lain. Aku trauma dengan kejadian itu. Sejak saat itu, aku tak lagi mengenal dunia luar. Nyaris tak pernah keluar rumah lagi. Keluargaku mengambil jalan Home Schooling agar aku tetap belajar. Tak lagi punya teman, tak bergaul membuatku menjadi anak yang polos dan lugu. Keluargaku memaklumi itu,bagaimana aku tak polos jika aku tak bergaul? Temanku ada dua, Kakakku dan Bunga Daisy.
view more"Malas!!" jawab Yoga simple.
"Kamu tak sopan Yoga!!" marah guru BK."Huffttt. Sudah Pak katakan saja apa hukuman buat kita sekarang???" tanya Yoga cuek."Kalian setiap harinya harus membersihkan wc selama 3 hari!!" jelas guru BK memberikan hukuman."Heh ... gak sulit," enteng Yoga tersenyum miring. "Ayo guys! Kita pergi," ajak Yoga pada kedua temannya yang bernama Revan Rivaldi dan Tara Andreas.
Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan BK yang sudah sering mereka kunjungi.Mereka berjalan dengan santai menuju kelas."Bosen gue tiap hari berurusan sama BK!!" gerutu Tara saat mereka berjalan."Iyaaa lo bener Tar, gue juga bosen," timpal Revan."Gue sii santai aja," sambar Yoga dingin.Saat mereka tiba di ambang pintu kelas, Yoga menghentikan langkahnya. Membuat Tara dan Revan menabraknya."Ehh Ga, lo ngapain berhenti dadakan?" Tara menepuk bahu Yoga."Siapa dia??" jawab Yoga tanpa membalas celotehan Tara.Tara dan Revan melihat ke mana arah tatapan Yoga. Kening keduanya berkerut menatap seorang gadis yang kini menduduki kursi paling belakang di samping Yoga.Yoga langsung masuk dan duduk di tempatnya dan menatap tajam wanita yang menundukkan kepalanya di sampingnya."Siapa elo??" tanya Yoga dengan nada dan tatapannya yang tajam.Wanita itu tak menjawab dan tetap menunduk. Namun dapat Yoga lihat, badannya bergetar."Ga, anak baru kali," timpal Revan yang duduk di sebelah Yoga juga."Diam!! Gue gak nanya sama lo Van!" bentak Yoga pada Revan.Tara menyenggol lengan Revan."Ehh lo siapa sii?" geram Yoga pada wanita asing yang ada di kelasnya itu."Selamat pagi!!" sapaan Ibu Guru yang baru saja masuk membuat Yoga membenarkan posisi duduknya."Oh iya sebelum kita mulai pelajaran, baiknya kita kenalan dulu dengan teman baru kita. Agatha, maju ke depan!" panggil Ibu Guru pada gadis yang dari tadi hanya menunduk.Dengan langkah ragu gadis itu ke depan dan memperkenalkan dirinya."Perkenalkan nama saya Agatha Daisy," ucap gadis itu menatap teman-teman baru sekelasnya dengan tatapan polos sekaligus ada rasa takut dalam sorot mata itu."Baiklah, jadi nama kamu Agatha Daisy. Kamu pindahan mana??" tanya Ibu guru lagi."Aku sebelumnya home schooling," jawab Agatha sangat lugu."Baiklah silahkan duduk," jawabnya.Agatha kembali duduk di samping Yoga yang terus meliriknya seakan ingin mengintimidasi.Yoga mencondongkan badannya mendekati Jessica."Cantik dan polos. Cocok buat jadi mainan," bisik Yoga di telinga Agatha.Namun Agatha langsung terlihat ketakutan, ia berdiri dari kursinya dan berjalan mundur ke ujung belakang kelas."Tidakkk! Jangan! Jangan dekati saya! Hiks--hiks-- Ja--jang--ann." Agatha histeris, sorot ketakutan itu terlukis jelas diwajah cantiknya.Yoga sangat kaget dengan reaksi Agatha.Semua orang menatap bingung juga kaget pada Agatha."Ga! Lo apain dia??" bisik Revan.Yoga sama sekali tak menggubris Revan, matanya terus menatap Agatha.Sedangkan Ibu guru yang memang mengetahui keadaan Agatha langsung menghampirinya."Agatha, tenang sayang. Tidak akan ada yang menyakiti kamu di sini!!" Ibu guru yang bernama Farah itu berusaha menenangkan Agatha."Tidak! Pergi dari sini!!! Hiks ... hikss ..." Agatha masih saja histeris."Semuanya tolong tinggalkan kelas ini!!" perintah Bu Farah.Semuanyapun meninggalkan kelas kecuali Yoga."Ga! Ayoo ke luar" ajak Tara."Lo berdua aja, gue mau di sini" jawab Yoga.Tara dan Revan segera Pergi dari kelas. Yoga menghampiri Ibu Farah dan Agatha."Heh! Lo kenapa??" Yoga mendekati Agatha yang duduk ketakutan di ujung kelas."Ahhh! Jangan! Aku mohon jangan!" teriak Agatha semakin histeris.
"Yoga tolong ambilkan handphone Ibu dan telephone nomor bernama Erick Alexander dan katakan segera ke sini!" perintah Ibu Farah.
Yoga kemudian mengangguk dan memenuhi permintaan Bu Farah."Hallo ..." suara seorang pria di sebrang sana."Iya hallo. Tolong datang ke sekolah SMA Bintang," jawab Yoga"Ada apa??" tanya pria itu mulai panik."Ada gadis baru histeris dan Bu Farah--" belum selesai Yoga bicara sambungan sudah terputus."Aihh! Gak sopan," dumel Yoga meletakan kembali ke meja.Dan kembali menghampiri Bu Farah dan Agatha yang masih histeris."Yoga belikan air mineral cepat!!" perintah Bu Farah lagi.Yoga segera keluar dan menuju kantin."Sejak kapan gue jadi babu gini?? Tapi tu cewek kenapa yaa cuma dibisikin gitu aja kok histeris kayak gue apain aja," guman Yoga pada dirinya sendiriPerjalanan menuju gunung Prau kini telah dimulai. Revan dan Iren juga turut serta untuk mendaki gunung yang sangat cocok untuk pemula tersebut. Berbeda dengan Tara dan Chandra yang memilih untuk tidak ikut. Yoga terlihat gagah dengan tas carrier yang ada dipunggungnya. Di dalamnya ada 2 tenda, 2 sleeping bag, parapin dan juga gas. Terdapat juga jaket. Tak beda jauh dari Yoga, Erick dan Revan juga membawa tas yang ukurannya besar namun masih dibawah ukuran tas yang dibawa Yoga. Kedua tenda sudah dibawa Yoga, maka mereka tak membawa beban berlebih dalam tas mereka, hanya keperluan pribadi dan persediaan makanan saja. Sedangkan Agatha dan Iren, mereka hanya membawa selt bag yang berisi persediaan minum untuk mereka sendiri selama perjalanan. Dan keperluan lainnya tentu saja dibawa oleh para lelaki. Gunung Prau, gunung setinggi 2565 mdpl yang terletak di provinsi Jawa Teng
Sudah seminggu sejak kepulangan Agatha kembali ke Indonesia, dirinya hanya berdiam diri di rumah megah milik sang Kakak. Sampai saat ini belum ada lagi teman yang mengunjunginya. Termasuk Yoga dan Tara. Ah, mengingat Tara membuat Agatha kembali ingat bahwa ia harus mengikhlaskan Tara. Dalam artian ia harus berusaha memposisikan Tara seperti dulu. Sebagai Tara yang menjadi temannya.Rasanya membosankan setiap harinya harus menunggu kepulangan Erick yang mana tak menentu waktunya. Dan pengalihan dari rasa bosannya tak lain dan tak bukan adalah dengan bunga daisy.Seperti saat ini, Agatha tengah merawat bunga-bunga daisy di taman rumahnya. Ia menyemprotkan air, memberi kesan segar pada bunga-bunga daisy. Tak lupa Agatha mengabadikan beberapa photo selfie dengan latar bunga Daisy."Agatha." suara serak-serak yang indah didengar menghentikan aktivitas selfie Agatha. Wanita itu langsung menoleh ke sumber
Malam ini semua telah kembali berkumpul di rumah milik Yula. Ditambah dengan kehadiran Kirana, kekasih Tara yang telah datang dari tempatnya berkuliah yaitu University Of Oxford. Kirana memang lebih tua dari Tara, dan ia tak masalah dengan status Tara yang masih pelajar SMA.Kirana yang sedang menikmati masa liburannya memutuskan untuk bertemu Tara di Jepang, karena Kirana telah mengetahui bahwa salah satu sahabat Tara yakni Agatha tengah 'sakit'."Agatha mana yaa? Gak nongol." Iren mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di mana ada kemungkinan Agatha muncul dari sana."Gue susul ke kamarnya yaa Rick," Izin Yoga pada Erick yang tengah fokus membaca dokumen. Entah dokumen apa yang dibacanya.Erick menganggukkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. Karena bila ia berkata satu kata saja, itu dapat merusak konsentrasinya pada dokumen yang ia baca.Yoga tersenyum senang dan mulai melangkahkan kak
Kata orang, tidak ada kata terlambatNamun pada faktanya penyesalan selalu datang terlambat. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.Jantung yang memompa darah Yoga tak hentinya berdetak dengan cepat seolah-olah baru saja berhenti lomba lari maraton. Kecepatan detak jantung Yoga meningkat sejak kakinya menginjak kota Nukata District, Prefektur Aich, Jepang.Bukan kotanya yang istimewa dan mendebarkan. Namun wanita yang akan ditemuinya beberapa saat lagi lah yang membuatnya berdebar."Rick berapa lama lagi??" tanya Yoga dengan wajah pucat pasi seperti orang sakit. Namun jelas, kali ini bukan karena demam atau penyakit lain yang menderanya. Melainkan karena sosok yang menjadi akar rindu dihatinya."Gak sampai lima menit," ujar Erick sambil melirik arlojinya."Pucat amat Ga," ledek Chandra melihat gelagat aneh yang ada pada diri Yoga."Hahahaa! Iyaa kayak mau konser pertama aja," timpal Re
Yoga memilih untuk memanjakan dirinya di taman sekolah sebelum pulang menuju rumahnya. Dia terduduk sendirian memandang bunga-bunga sederhana berwarna putih, DAISY."Aku kira kamu suka bunga ini karena nama kamu, sekarang aku mengerti." Yoga bermonolog sambil menatap bunga daisy. Dia termenung memikirkan sosok yang jauh di sana. Sosok yang tak ia sangka dapat membuat hidupnya hampa setelah kepergiannya.Yoga merogoh smartphone-nya dan memotret hamparan bunga daisy yang tumbuh liar di taman sekolah. Bibirnya tersenyum tipis dan menjadikannya layar depan. Kenapa? Karena bunga itu dapat menjadi penyaluran rasa rindunya pada Agatha.Yoga menggendong tas ranselnya dan melangkahkan kakinya ke tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menjadi pilihannya untuk menuju tempat yang ia sebut rumah.Seulas senyuman yang teramat tipis timbul di bibir Yoga ketika melihat Revan dan Iren yang tengah mengobrol di halaman rumahnya. Se
Yoga tengah menemani Keyna berbelanja di salah satu mall kenamaan di Jakarta. Dengan tangan kanan yang menggenggam jemari Keyna dan tangan kiri menjinjing paper bag yang berisikan belanjaan kekasihnya itu.Namun tak ada semangat yang terpampang dari wajah Yoga. Kenapa? Dirinya teramat khawatir pada Agatha, bagaimana keadaannya? Huh! Yoga akan tanyakan itu pada Tara atau Revan yang kini ia yakini sedang menjenguk Agatha."Sayang, kamu diem aja!" keluh Keyna mengerucutkan bibirnya seraya mendelikan matanya. Yoga memaksakan bibirnya tersenyum menyadari kekasihnya itu tak nyaman dengan kediamannya."Aku laper, kita makan yuk?" imbuh Yoga berusaha agar Keyna tak curiga jika ia sedang memikirkan Agatha. Keyna menganggukkan kepalanya.Kini mereka duduk di kursi yang berhadapan dengan menu ayam geprek sambal goang telah tersedia di meja mereka. Tak lupa dua buah es teh tawar juga yang menjadi pilihan keduanya."Ayo makan!"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments