“Kalo lo konsisten posting foto atau video-video tentang Evolution, lama-lama juga bakalan banyak yang notice lo,” kata Rita.“Semoga ya,” sahut Dania, “tapi emangnya bakalan boleh kalo gue nyambi-nyambi akting sama Sisil?”“Boleh sih kayaknya,” sahut Rita, “asal nggak sinetron stripping saja. Kalo serial kan syutingnya nggak sepadet itu. Jadi, kayaknya gak bakalan ganggu jadwal lo sama Evolution.”Dania mengangguk-angguk. Dia lalu melanjutkan makan. Dengan serius dia memotong pizza-nya.“Eh, Dan ... Dan,” kata Rita sambil menepuk-nepuk lengan Dania.“Apaan sih lo ganggu orang konsentrasi makan aja,” balas Dania. Dia mendongak menghadap Rita dengan mulut penuh dengan pizza.“Ada Endra sama sekertarisnya,” kata Rita.“Mana?” tanya Dania. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri.“Itu lagi mesen kayaknya di kasir,” balas Rita.Dania lalu mengarahkan pandangannya ke meja kasir. Apa yang Rita katakan benar. Di sana ada Endra dan asistennya. Gadis itu sangat cantik. Rambutnya yang dicat cokelat mu
Dania berjalan mendekati lobi sambil menelfon Rita. Beberapa kali dia menghubungi gadis itu tapi panggilannya tidak direspon. Saat memasuki lift, Dania lalu memasukkan ponselya ke dalam tas selempangnya.Dania menghampiri Rita ke apartemennya karena anting Lea jatuh dan tertinggal di mobilnya. Dia tidak tahu kontak manager Rita itu.Setelah keluar dari lift dan berjalan menyusuri koridor, Dania tiba juga di depan apartemen Rita. Dia merasa ada yang janggal karena pintu itu terbuka. Sepengetahuannya, Rita bukanlah orang yang ceroboh.Perlahan, Dania lalu masuk ke dalam apartemen. Dia lalu membelalakkan mata saat mendengar suara tangis.“Rita ... Ta!” kata Dania sambil berjalan menuju kamar karena dia mendengar suara tangis itu dari sana.D depan pintu kamar Rita, Dania menghentikan langkah. Dia mendekatkan telinganya ke pintu. Untuk memastikan suara tangis itu lagi. Setelah benar-benar yakin bahwa sumber suara yang dia dengar memang dari dalam kamar, Dania lalu membuka pintu. Dia membe
Zevan menghentikan langkahnya di pintu rumah. Dia melihat Jojo, Raden dan Okan di teras rumah. Jojo dan Okan duduk di kursi yang ada di teras sementara Raden berdiri di depan mereka berdua. “Kalian udah lama di sini?’ tanya Zevan.“Lumayan sih,” sahut Raden, “sekitar lima belas menit.”“Kenapa nggak langsung masuk aja?” tanya Zevan.“Ah, nggak enak lah kita, Van,” sahut Okan, “bertamu itu harus sopan.”Zevan terbahak. “Dih, sejak kapan lo tahu sopan santun?” katanya usai tertawa, “kalo di rumah gue aja lo maen nyelonong udah kayak masuk hutan.”“Ya, kalo rumah lo sih pengecualian,” kata Jojo. Dia lalu tertawa.Zevan geleng-geleng kepala. “Yaudah ayo masuk,” katanya.Zevan lalu menggiring ketiga temannya menemui Sisil di ruang kerjanya di lantai dua rumah Sisil.“Hei, Boys,” kata Sisil ketika Evolution memasuki ruang kerjanya.“Gue mau minta pendapat kalian,” kata Sisil lagi, “kira-kira bagian mana saja yang mau dimasukin dan mau di-cut dari hasil syuting video klip kemaren?”“Oh,” sah
Dania makan mi instan di atas meja riasnya sambil melihat serial di Netfix di laptopnya. Kaki jenjangnya dia naikkan di atas kursi, membuatnya semakin nyaman. Sedang enak-enaknya menonton, Tiba-tiba ponsel dania yang tergeletak di meja rias berbunyi. Dania lalu mengeceknya. Rupanya ada chat WhatsApp dari nomor tak dikenal. Orang itu juga tidak memasang foto profil.“Siapa sih malem-malem gini iseng banget nge-chat?” gerutu Dania. Dia lalu meletakkan ponselnya lagi dan lanjut makan sambil menatap layar laptop.Selang beberapa menit, ponsel Dania berbunyi lagi. Dania lalu mengecek ponselnya lagi. Dia membelalakkan mata saat melihat chat kedua dari nomor tak dikenal itu.The Cheetah:emang Gue Endra. Gue dapet nomor lo dari Rita. Sory kalo gue ganggu. Gue cuma pengen kenal lo lebih deket. Dania mengetik balasan dengan cepat.IshaDania:Kenapa namanya Cheetah? Kalau dari awal gue tahu yang chat lo pasti gak bakalan gue cuekin soalnya kita udah kenal. Btw, maaf ya. Gue emang gak bisa lade
“Dan, gue takut,” kata Rita. Tangisnya semakin parah, “gimana kalo gue ternyata beneran hamil dan darah bercampur gumpalan-gumpalan yang keluar itu adalah ....”“Udah, Ta,” kata Dania, beusaha menenangkan Rita, “nggak usah dipikirin.”“Gue nggak bisa, Dan,” kata Rita, “gue menrasa bersalah banget. Gue pembunuh, Dan.”“No,” sangah Dania cepat, “bukan niat lo kan buat minum obat itu. Jadi stop nyalahin diri lo sendiri. Fathannya aja yang kurang ajar.”***Dania mempersiapkan segala kebutuhan Evolution untuk acara on air dengan cekatan. Setelah memasukkan satu demi satu kebutuhan masing-masing personel, dia mengecek lagi isi tas. Setelah memastikan semuanya lengkap, dia lalu berjalan mendekati Sisil yang duduk di kursi ruang tamu rumah Zevan.“Sil, hari Minggu ini Evolution cuma ada satu acara kan ya?” tanya Dania. Dia duduk di samping Sisil.Sisil menaruh ponselnya di pangkuan. “Iya,” jawabnya, “kenapa?”“Enggak ...,” balas Dania. Dia tersenyum canggung, “gue ada acara.”Sisil menganggu
Endra melipat laptopnya saat Kara masuk ruangannya. Sekertarisnya itu membawa secangkir kopi untuknya.“Makasih,” kata Endra setelah Kara meletakkan cangkir di atas meja.Dulu, Endra selalu melarang setiap kali Kara melakukan itu untuknya. Betapa tidak, membuat minuman untuk orang kantor adalah tugas office girl atau office boy. Tapi karena sudah terlalu sering, bahkan hampir setiap hari Kara melakukannya, akhirnya Endra membiarkannya. Lama-lama lelah juga dia menegur karena Kara tak bisa dilarang.”“Oh iya, Kar, gue boleh nanya sesuatu nggak?” tanya Endra ketika Kara duduk di depannya.“Tanya apa?”“Menurut lo, apa semua cewek tuh suka kalau diajak dinner di restoran yang suasananya romantis?”Kara tak langsung menjawab. Gadis itu gelisah. Dia curiga Endra sedang mendekati seorang wanita.“Kar ...?”“Eh ... tergantung sih, pak,” sahut Kara, “kadang ada cewek yang suka merhatiin tempat, kadang ada juga yang enggak.”“Kebanyakan gimana?” tanya Endra.“Kalo kesan pertama sih kayaknya ya
Para personel Evolution sedang berada di dalam studio musik. Mereka berempat melakukan latihan untuk acara ulang tahun salah satu kampus swasta besar yang ada di Jakarta. Sementara itu, Dania dan Sisil ada di depan studio musik. Mereka membahas serangkaian promosi yang akan dilakukan Evolution dalam rangka pengeluaran album baru mereka. “Jadi promo album Evolution akan memakan waktu sekitar dua minggu,” kata Sisil, “dia menjelaskan dengan hati-hati pada Dania yang duduk di depannya, “promo dua minggu ini akan dilakukan seminggu sebelum perilisan album dan seminggu setelah perilisan album.” Dania mengangguk-angguk sambil terus memperhatikan Sisil. “Jadi selama dua minggu ini Evolution akan ada acara di TV terus?” tanyanya. Sisil menggeleng. “Nggak selalu di TV,” balasnya, “rencananya sih dibagi. Kalau dalam seminggu awal empat hari di TV dan tiga hari di radio. Terus minggu keduanya empat hari di radio lalu tiga hari di TV.” Dania mengangguk-angguk. Dia takjub karena Sisil begitu de
Hari ini Evolution ada jadwal promosi di sebuah stasiun radio jam sepuluh pagi. Oleh karena itu, Dania berangkat dari rumahnya jam enam pagi. Setidaknya dia harus sampai rumah Zevan jam tujuh tepat paling molor. Meskipun barang yang dipersiapkan tak sebanyak saat akan melakukan konser atau festival musik, Dania tetap harus datang lebih awal. Baginya itu adalah suatu bentuk profesionalisme.Karena jalanan belum terlalu padat, Dania bisa sampai di rumah Zevan dalam waktu empat puluh menit. Kalau macet, jarak dari rumah Dania ke rumah Zevan bisa memakan waktu sampai satu jam.Setelah memarkirkan mobil di pelataran rumah Zevan, Dania lalu buru-buru turun. Dia berjalan dengan cepat menuju ruang tengah, ruang yang selalu dipakai untuk mengumpulkan barang-barang kebutuhan Evolution.“Gue nggak telat kan?” kata Dania ketika dia melihat Sisil di ruang tengah.“Nggak,” sahut Sisil. Dia fokus membalas chat seseorang.“Eh, by the way, gue kebelet pipis deh,” kata Dania, “anterin ke toilet dong.”