Happy Reading . . . *** Sinar cahaya yang masuk melalui celah-celah mata, membuat ketidaksadaran wanita itu perlahan demi perlahan mulai membuka kedua matanya. Pencahayaan yang masih ingin disesuaikan oleh sang pemilik mata, langsung teralihkan oleh sebuah genggaman hangat yang terasa di tangannya itu. "Jacob..." Panggil Nalla dengan nada yang terdengar sangat lemah setelah melihat keberadaan pria itu yang ternyata sedang menggenggam tangannya. "Hei, apa yang kau rasakan?" "Sakit. Seluruh tubuhku terasa sangat sakit." "Dan sekarang kau sudah baik-baik saja. Dokter sudah menanganimu, dan kau tidak perlu merasa cemas apalagi takut akan hal apapun itu, okay?" "Okay." "Saya senang kau bisa menepati janjimu yang ingin bertahan dari apapun itu kondisi yang sudah kau dapatkan." "J, bagaimana aku bisa berada di sini? Dan, bagaimana kau bisa menemukanku?" "Apa yang kau ingat dari semua kejadian sebelum kau sampai akhirnya berada di sini?" "Tidak semuanya. Tetapi aku ingat beberapa h
Happy Reading . . . *** Dua minggu waktu sudah berlalu, dan Nalla pun melewati masa pemulihannya dengan Jacob yang selalu berada di sampingnya. Pria itu tidak pernah meninggalkan wanita itu sedetik pun. Dan dalam waktu pemulihan tersebut, keduanya pun juga menyusun rencana yang akan dilakukan dalam misi pembalasan dendam, dengan target pembunuhan yang akan dilakukan kepada Benjamin. Dan saat ini, Nalla sedang merapikan kembali rambut palsu yang sudah dikenakannya. Gaun bewarna merah menyala yang juga melekat pada tubuh wanita itu, semakin menyempurnakan penampilan Nalla yang tersamar dengan rambut pendek bewarna pirang yang cukup membuat wajahnya tidak dikenal oleh siapapun yang pernah melihat dirinya. "Dimana apapun itu benda yang bisa menutupi bekas luka memarmu ini?" Ucap Jacob saat ia sedang melangkah menghampiri Nalla. "Foundation?" "Berikan kepada saya." Nalla pun memberikan alat make-up yang dimaksud Jacob tadi, dan tubuhnya pun langsung dibalik hingga membelakangi pria
Happy Reading . . . *** "Apa yang kau lakukan, Nalla? Sudah saya katakan untuk jangan berlari, bukan? Lalu mengapa sekarang kau berlari?" Teriak Jacob yang berusaha menyusul kencangnya lari Nalla di depan sana. "Maafkan aku. Aku begitu ketakutan dan refleks." "Berhenti berlari." "Tidak bisa. Mereka justru sudah mengejar kita, J." "Sial! Alihkan perhatian mereka, lumpuhkan jika bisa. Saya akan mengambil mobil secepat mungkin. Kita bertemu di lobby, okay?" "Jangan tinggalkan aku, J!" Tanpa mendengarkan ucapan Nalla, Jacob pun tetap meninggalkan wanita itu menuju basement dimana mobilnya terparkir. Sedangkan Nalla yang merasa cukup kesal karena pria itu meninggalkan dirinya begitu saja, memilih untuk turun melalui tangga darurat menuju lobby hotel. Keadaan dirinya yang sedang dikejar oleh beberapa anak buah Benjamin dan situasi yang juga tidak memungkinkan untuk menaiki lift, membuat wanita itu harus merelakan kedua kakinya yang pasti akan terasa sakit setelah berlari menuruni la
Happy Reading . . . *** Wanita itu membuka mata disaat ia merasakan sebuah pijatan lembut pada kedua kakinya itu. Senyuman Nalla pun langsung mengembang disaat ia melihat seorang pria yang dengan terampil sedang memijat kedua kaki miliknya. Posisi tubuh wanita itu yang kini bersandar pada pintu mobil di belakangnya, membuat kedua kakinya itu bisa dipijat di atas pangkuan Jacob. "Selamat pagi. Rupanya..., pria sepertimu memiliki bakat juga dalam memijat." "Memangnya kau pikir, saya ini pria seperti apa?" Balas pria itu dengan senyuman kecil di sudut bibir. "Seperti..., kau inginnya seperti apa?" "Seperti yang kau idamkan." Senyuman yang dengan cepat langsung terbit itu pun tidak bisa Nalla sembunyikan lagi. Bagaimana ia bisa menahan raut wajah bersemunya? Disaat setelah terbangun dari tidur saja ia langsung mendapatkan sikap manis yang diberikan oleh Jacob. "Dimana kita sekarang?" Tanya Nalla yang berusaha menghilangkan perasaan aneh yang sedang menyerang dirinya. "Saya harap
Happy Reading . . . *** Kesunyian itu sudah terjadi semenjak perjalanan dari pantai tadi hingga entah kemana Jacob saat ini sedang mengendarai mobilnya. Semua itu karena ia yang sudah merasa marah dan kesal terhadap Nalla yang tiba-tiba saja mengatakan ingin pergi darinya. "J, kau benar-benar marah denganku?" Entah sudah kesekian kalinya wanita itu terus bertanya dan berusaha untuk bisa mengajak bicara Jacob, namun selalu diacuhkan oleh pria itu. Tentu Nalla sudah merasa kesal juga karena setiap ucapannya itu hanya dianggap angin lalu saja oleh Jacob, tetapi ia juga mengerti dengan kemarahan pria itu terhadap dirinya setelah keinginan yang sudah dikatakan kepada Jacob tadi. "Aku mengerti dengan kemarahanmu. Tetapi jangan mengacuhkanku seperti ini." "Apa dengan saya yang tidak mengacuhkanmu, kau bisa membatalkan kepergian itu?" "Kau tidak mengerti." "Bisa kau jelaskan dimana letak ketidak mengertian yang saya miliki?" "Aku hanya ingin pergi, dari kehidupan yang berbahaya ini."
Happy Reading . . . *** Jacob membuka mata disaat ia sudah tidak merasakan tubuh Nalla yang sebelum tertidur ia dekap dalam pelukannya. Sisi ranjang yang ditempati wanita itu sebelumnya juga sudah terasa dingin, dan membuat Jacob langsung beranjak dari posisi tidur untuk mencari keberadaan Nalla. Perasaan pria itu langsung merasa tidak enak disaat ia tidak menemukan keberadaan Nalla di sampingnya setelah terbangun dari tidur tadi. "Nalla!" Panggil Jacob dengan sedikit berteriak sambil memeriksa satu per satu ruangan di apartemen-nya itu. Perasaan cemas dan khawatir tidak akan semakin pria itu rasakan jika kemarin Nalla tidak mengatakan keinginannya yang hendak pergi dari pria itu. "Ini tidak lucu, okay? Kau berada dimana?" Jacob masih tidak menyerah disaat dirinya sudah mengelilingi dan melihat setiap sudut ruangan apartemen-nya itu, dan ia tetap tidak bisa menemukan keberadaan Nalla. "Nalla! Sialan! Kau benar-benar pergi meninggalkan saya." Dengan sedikit lemas, pria itu mendudu
Happy Reading . . . *** Lima Tahun Kemudian | [Paris, Perancis] ~ "Selamat pagi Madam Lesley, saatnya anda mendapatkan sinar matahari di pagi hari yang sangat indah ini." Sapa seorang wanita yang baru memasuki sebuah kamar, dimana sang pemilik nama yang baru saja dipanggilnya itu berada di dalamnya dan sedang membaca buku dengan nyamannya di sebuah sofa tunggal. "Selamat pagi. Bagaimana Harry?" "Harry?" Tanya wanita itu dengan senyuman canggungnya sambil melangkah menuju bagian jendela untuk membuka semua tirai, hingga cahaya matahari di luar sana pun langsung menembus masuk melalui jendela dan menerangi seluruh ruangan kamar tersebut. "Ya. Bagaimana kencan kalian semalam? Saya sangat penasaran sejak semalam." "Hhmm..., Harry pria yang baik. Menurut saya dia juga cukup menyenangkan ketika diajak berbicara. Tetapi sepertinya dia lebih tertarik dengan ponsel yang tidak pernah terlepas dari genggaman tangannya, dari pada seorang wanita yang duduk di hadapannya." Balasan kalimat i
Happy Reading . . . *** Setelah menutup pintu utama panti dari luar dengan perlahan, Nalla pun melangkah menghampiri seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. "Kau tidak ingin berbincang di dalam saja?" Tanya wanita itu setelah mendudukkan diri di anak tangga penghubung pintu masuk, tepat di samping Jacob. "Dimana permintaan maafmu?" Balas pria itu dengan sedikit ketus tanpa menolehkan kepalanya kepada Nalla. "Aku pikir kau sudah melupakannya." "Lupa? Huh, saya rasa kau mungkin juga sudah lupa dengan saya, jika saat ini kita tidak bertemu lagi." "J, kau tidak pernah menghilang dari ingatanku. Asal kau tahu, sedikit pun aku tidak pernah melupakanmu." "Omong kosong!" "Hei, itu terdengar kasar kau tahu?" Lalu Jacob pun memilih untuk terdiam dan tetap tidak ingin menatap wajah wanita itu. Lima tahun berpisah dan hanya dengan perpisahan melalui surat saja, tentu saja pria itu masih begitu marah terhadap Nalla. Bahkan semakin marah disaat Jacob yang sangat tidak menyangka bahwa