Happy Reading . . . *** Dengan terus menatap sang suami yang sudah beberapa hari ini belum juga tersadar dari luka tembakan yang terakhir ia dapatkan dari pertempuran malam itu, membuat Nalla menjadi merasa tidak tahu harus berbuat apalagi. Rasa khawatir dan cemas setiap harinya sudah begitu ia rasakan. Peluru kecil yang mengenai bagian dada dan hampir saja mengenai jantung yang merupakan organ vital, membuat Benjamin menjadi tidak sadarkan diri selama satu Minggu lamanya. Bahkan pria itu sudah dinyatakan koma sejak pertama kali dibawa ke bagian ruangan pemulihan di Mansion-nya dan diperiksa oleh dokter pribadi yang sudah biasa menangani Benjamin yang selalu memiliki kondisi seperti itu di setiap pulang setelah berkelahi dengan rivalnya. "Sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau tidak lelah? Dimana sosok Benjamin yang kuat dan tidak pernah takut yang aku kenal ini? Aku akan marah kepadamu jika hari ini kau tidak memiliki niatan untuk tersadar juga!" Seru Ravena dengan sangat kesa
Happy Reading . . . *** Senyuman Nalla mengembang bersamaan setelah pintu lift yang ia naiki terbuka di saat wanita itu yang juga langsung mendengar suara sang suami di depan sana sedang meluapkan rasa amarah, dan yang pasti para anak buahnya itulah yang menjadi sasaran. Ia sudah tidak menggelengkan kepala dengan heran lagi, setelah melihat kondisi ruangan basement yang saat ini sudah seperti sehabis terkena bencana alam. Kursi dan meja yang berantakan, dan belum lagi pecahan-pecahan beling yang berasal dari bekas botol minuman beralkohol berserakan di lantai. "Seberapa besar kekuatan gempa yang baru saja terjadi di sini?" Ucap Nalla yang membuat semua orang yang berada di sana mengalihkan pandangan kepada asal suara. "Semua keluar!" Perintah Benjamin dengan berteriak hingga mengejutkan semua orang yang mendengarnya. Setelah semua anak buah Benjamin meninggalkan ruangan basement, Nalla pun menghampiri keberadaan sang suami dan langsung memeluk pinggang pria itu dari sampingnya.
Happy Reading . . . *** Wanita itu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja sang suami sambil membawa selembar gulungan kertas yang berukuran cukup besar di tangannya. Setelah memasuki ruangan tersebut, Nalla langsung menaruh gulungan kertas tersebut di atas meja dan membuat Benjamin yang sedang duduk di kursi kebesaran ruang kerjanya itu mulai mengalihkan pandangan dari layar ponsel di tangannya, menuju tangan yang tepat berada di depannya dan terdapat luka memar yang begitu membekas di pergelangannya. "Semua rencananya sudah berada di sini," ucap Nalla sambil membuka gulungan kertas tersebut hingga terlihatlah setiap langkah akan rencana yang hendak dilakukan oleh wanita itu di atas meja besar di hadapan keduanya. "Bagaimana jika masih tidak bisa?" Tanya pria itu sambil menaikkan pandangannya menuju wajah Nalla. "Aku baru melihat sikap pesimismu ini." "Aku hanya tidak ingin rencana ini akan semakin lama mencapai tujuannya, Sayang." "Tenang saja. Karena aku akan menyerang orang
Happy Reading . . . *** Tubuh pria itu terlihat menegang ketika merasakan sentuhan kecil di bahunya. Sambil mengerjapkan kedua mata, Jacob menengokkan kepala ke pemilik tangan yang kini sudah menggenggam tangannya kanannya. "Ada apa?" Tanya Norah yang kini sudah duduk di samping pria itu. "Apanya?" "Saat aku sedang mencuci piring tadi, katanya kau ingin mengajakku berbicara. Memangnya ada apa? Aku merasa ada sesuatu hal yang terdengar penting." "Hmm..." "Apa kau sudah menemukan yang sempurna di luar sana?" Balas wanita itu dengan asal yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang suami. "Lalu ada apa? Tidak biasanya kau seperti ini. Belakangan ini kau juga menjadi sosok yang lebih banyak diam. Apakah kau sadar akan hal itu?" "Aku sedang memikirkan klien baru yang memiliki banyak permintaan." "Keith mengatakan kau menghentikan menerima misi baru beberapa hari yang lalu. Jadi jangan berbohong, okay?" Jacob pun langsung terdiam seketika karena ia yang tidak tahu bagaimana c
Happy Reading . . . *** Jacob menekan kombinasi sandi angka pada sebuah layar kecil yang berada tepat pada salah satu pintu yang begitu besar, berwarna coklat, serta terlihat begitu ekslusif itu dengan cepat. Setelah pintu tersebut terbuka, ruangan yang begitu mewah nan megah langsung menyambut penglihatan Nalla. Sebuah Penthouse di lantai sembilan puluh ternyata Jacob membawa wanita itu, setelah cukup lama mereka berada di dalam perjalanan tanpa arah untuk kabur dari teror tembakan yang secara tiba-tiba saja menyerang keduanya. "Untuk sementara waktu, kau bisa memakai Penthouse ini untuk menjadi tempat tinggalmu sejenak sampai beberapa waktu ke depan, hingga keadaannya nanti sudah terasa lebih baik. Saya masih tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan adanya penembakan tadi, jadi saya masih harus mencari tahu terlebih dahulu siapa pelakunya. Jadi, sementara waktu lebih baik kau berada di sini terlebih dulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diingankan." Ucap Jacob sambil melangkah
Happy Reading . . . *** Sudah satu minggu waktu berlalu, dan Nalla benar-benar sengaja pergi untuk menghilang dari Jacob. Ia ingin tahu apakah pria itu akan mencari-cari keberadaannya sampai seperti orang gila atau tidak? Setelah terakhir kali Nalla yang memutuskan untuk pergi dari Penthouse milik pria itu secara diam-diam, karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari rencana yang wanita itu miliku untuk mempermainkan perasaan Jacob. Dan setelah satu minggu ini, wanita itu hanya berada di Mansion dan menghabiskan waktu bersama sang suami seperti sedia kala. Dan rencananya, setelah Nalla cukup memberikan waktu untuk sengaja menghilang sejenak dari Jacob, hari ini Nalla akan melintasi jalanan yang biasa seorang Aideen lalui dan mungkin saja dengan seperti itu ia bisa bertemu dengan seorang Jacob di jalanan, layaknya hal yang secara tidak disengaja. Dan benar saja, di saat wanita itu yang sedang berjalan kaki melewati wilayah restaurant yang siang hari itu pernah ia datangi da
Happy Reading . . . *** Pagi ini, Jacob terlihat memakan roti panggang di piringnya dengan sangat tidak bersemangat. Sudah satu minggu waktu berlalu sejak perpisahannya dengan Nalla, sikap pria itu entah mengapa benar-benar langsung berubah. Ia yang menjadi lebih banyak diam dan tidak fokus dengan segala sesuatu hal yang ia lakukan. Hanya karena seorang wanita bernama, Nalla. Ingin rasanya ia melupakan wanita yang sama sekali tidak memiliki korelasi apapun di hidupnya, tetapi hal tersebut entah mengapa tidak bisa Jacob lakukan. Pikiran pria itu sudah dipenuhi dengan bagaimana nasib kehidupan yang saat ini wanita itu sedang alami setelah pertemuan terakhir mereka satu minggu yang lalu. Dan tidak bisa sedikit pun pria itu menghilangkan pikiran mengenai, apakah Nalla akan benar-benar melakukan bunuh diri atau tidak? "Kau masih belum juga menyelesaikan sarapanmu?" Tanya Norah sambil menepuk bahu Jacob dan dengan seketika membangunkan pria itu dari lamunannya. "Aku ingin langsung pergi
Happy Reading . . . *** "Sialan! Apa yang kau lakukan, Aideen?!" Teriakan yang terdengar cukup memekakan telinga itu pun secara langsung membuat Nalla membuka mata dan terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih begitu berat, wanita itu merasakan tubuh polosnya langsung merasakan dinginnya udara dari pendingin ruangan yang terasa hingga menusuk tulangnya. "Ada apa?" Balas wanita itu dengan malas. "Dimana pakaianmu? Dan kenapa kau telanjang seperti ini?" "Aku terbiasa tidur tidak menggunakan apa-apa. Lagi pula kenapa kau tiba-tiba saja langsung membuka selimutnya? Apakah kau ingin melihat tubuh polosku yang tidak tertutupi apa-apa ini?" Ucap Nalla dengan nada bicara menggodanya sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh telanjangnya itu kembali. Mata yang semula masih terasa begitu berat untuk dibuka, namun kini justru dapat Nalla buka dengan mudah ketika ia melihat raut wajah Jacon yang masih memperlihatkan keterkejutannya tersebut akibat secara tidak disengaja meli