Share

Kemana Silvianita ?

last update Huling Na-update: 2025-09-18 09:17:19

Fafa, Ome, Ocha, Atha dan Naga memenuhi panggilan dan berkumpul (lagi) di ruangan BK SMA Bakti Jaya. Namun, entah karena apa Silvianita belum menampakkan tubuh gembulnya di ruangan itu.

Setelah menunggu beberapa saat, dengan tidak sabar Fafa akhirnya berinisiatif menanyakan kepada guru BK lain yang ruangannya bersebelahan dengan ruangan Silvianita.

Setelah bertanya, Fafa mendapat kepastian bahwa Silvianita sedang ada urusan mendadak dan akan kembali ke ruang BK pukul 11.00 nanti. Secepat kilat, Fafa segera memberi tahu teman-teman senasibnya, kemudian bersama-sama keluar dari ruangan BK untuk kembali ke kelas masing-masing.

“Yahhh.. payah tuh Bu Sil.” keluh Naga.

“Udah bikin kita nunggu lama pula” Ocha menambahkan.

Ome hanya mengangguk-angguk.

Atha mencoba menenangkan, “Mungkin memang ada urusan mendadak”

“Ya sudahlah.. kita kembali ke kelas dulu, kita kumpul lagi jam 11, ya?” ucap Fafa.

Namun tiba-tiba, Fafa menghadang langkah ke-empat temannya, kemudian mengamati mereka satu per satu seakan sedang mencoba memastikan sesuatu, mata mereka sama-sama merah, khas orang kurang tidur.

“Kalian juga begadangan tadi malam? Haha...” Fafa kemudian lari mendahului ke-empat temannya itu setelah bermaksud meledek teman-temannya. Hampir saja Ia terpeleset di depan kelas Ome yang lantainya agak licin.

Unfortunately, saat itu keadaan cukup ramai, beberapa kelas tengah melakukan jam olahraga. Secara otomatis mereka menertawakan Fafa yang langsung memasang wajah bodohnya, semuanya tertawa lepas terkecuali Atha yang sedikit menahan tawanya. Mungkin Ia berusaha menjaga perasaan Fafa.

“Sial!”

Fafa dengan cepat masuk ke dalam kelas sambil menundukkan wajahnya yang merah padam karena malu.

❖ ❖ ❖

Mereka berlima berkumpul lagi diruang BK, saat itu udara cukup panas ditambah dengan suasana deg-degan. Naga terlihat santai dengan gaya cool-nya meskipun agak was-was, sesekali Ia memikirkan hukuman misterius dari si pemilik senyuman aneh itu.

Sementara Fafa menghentak-hentakan sepatu kets bututnya ke lantai dengan berirama, Ome membolak-balik buku yang sebenarnya tidak ia baca, Atha memainkan ujung bajunya sementara Ocha merapikan poni lalu sesekali bolak-balik bercermin dengan cermin kecil berwarna pink yang selalu ada di saku kemeja sekolahnya.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari luar ruangan, tentu saja mereka berpikir itulah langkah si pemilik senyuman aneh itu. Spontan, mereka segera ‘memasang’ tampang baik dan memperbaiki posisi duduk mereka yang  awalnya asal-asalan, kecuali Atha yang selalu sopan.

“Siang Bu....” sapaan mereka berlima dengan kompak dan sedikit menundukkan wajah.

Namun ternyata bukan sosok yang mereka idam-idamkan yang baru saja tiba di ruangan itu, melainkan salah satu staf tata usaha yang wajahnya cukup familiar di SMA Bakti Jaya karena beliau yang melayani pembayaran SPP seluruh siswa, Pak Rio. Ia tidak terlalu tua, umurnya baru sekitar 40 tahun 3 bulan 21 hari

“Menunggu Bu Silvianita?” tanya Pak Rio.

Mereka berlima mengangguk kompak dengan raut wajah kecewa.

Pak Rio menjelaskan, “Begini.. beliau ada urusan mendadak ke luar kota untuk hari ini, menurut pesan yang beliau sampaikan kalian bisa kembali ke sini esok hari.”

“Baik, Pak” ujar kelimanya kompak.

“Itupun jika Bu Silvianita sudah kembali dari urusan itu.” kali ini dengan nada sinis  yang tak teridentifikasi.

❖ ❖ ❖

Naga menendang kaleng bekas minuman isotonik yang ada di depannya dengan kencang.

“Sial! Tau gini , gue ngga bakal nunggu sampai gue bete kaya tadi!”

Atha tersenyum, “Mungkin Beliau memang sedang ada urusan Ga, maklumi saja.”

“Atha selalu tenang ya di mana pun dia berada...” ledek Ocha.

“Ah nggak kok, Aku pulang duluan ya...”  Atha kemudian menghilang dalam waktu 15 detik.

“Ga, gue nebeng elo ya? Gue males naik angkot!” pinta Fafa.

Naga diam sejenak, seperti memikirkan sesuatu.

“Tenang, kalo Marza ngambek cemburu, gue yang tanggung jawab!” jelas Fafa.

“Beneran lo yaa?”

“Iyaa ah..  bawel! Buruan gue udah kangen kamar gue!”

Naga dan Fafa melesat menuju parkiran kendaraan di sekolah, 30 detik kemudian mereka keluar dari pintu gerbang lalu menghilang dari pandangan Ocha dan Ome.

Saat itu tinggal Ocha dan Ome saja yang belum beranjak.

“Ocha nunggu jemputan?” Ome bertanya dengan tampang lugu.

Ocha mengangguk tanpa menjawab.

“Mau bareng sama Ome nggak naik vespa butut Ome?” kali ini nadanya malu-malu.

Ocha melirik ke vespa yang Ome sebut butut, tapi menurutnya sama sekali tidak ada bagian yang butut dari vespa Ome itu karena modifikasinya keren dan chic.

“Kayanya nggak deh, gue nunggu sopir gue aja”

Ome mendengus pelan, “Ya udah, Ome duluan ya?”

Ome menstarter vespanya lalu mulai bergerak menjauhi Ocha yang berdiri sendirian di depan pintu gerbang sekolah berwarna coklat yang menjulang megah itu. Jelas sekali Ia sengaja memperlambat laju vespanya. Ini trik, tentu saja.

Baru beberapa meter vespa Ome berjalan (kondisi vespa), Ocha berteriak, “Ome!! Masa elo tega ninggalin gue sendirian disini? Gue nebeng!”

Mendengar itu, Ome menghentikan laju vespanya seketika, Ia menoleh sambil tersenyum  ke arah Ocha yang sedang berjalan dengan malas-malasan ke arah vespa Ome. Ia pun menunggu hingga Ocha tepat duduk di kursi belakang vespanya.

Ocha mengomel, “Kalo bukan karena sopir gue lagi di bengkel, gue males nebeng vespa lo.” 

Ome hanya tersenyum kecil.

❖ ❖ ❖

Tawa membludak dari ruangan BK SMA Bakti Jaya tempat ‘tongkrongan’ Bu Silvianita.

“Saya tidak tega melihat wajah mereka yang kecewa karena ketidakhadiran Ibu. Mereka menunggu agak lama, bahkan sampai dua jam lebih, belum lagi tadi pagi mereka juga sempat menunggu Ibu di ruangan ini.” ujar Pak Rio.

Silvianita tertawa, “Biarkan saja.. haha..”

“Saya sudah membohongi mereka karena Ibu.”

“Tenang saja Pak, Saya memiliki maksud yang jelas dengan metode ini...”

Pak Rio terlihat bingung, “Metode?”

“Iya”

Silvianita melanjutkan tawanya dengan tanpa beban.

“Baiklah Bu, tapi Saya penasaran juga dengan hukuman yang tidak biasa ini? Apakah nantinya tidak menyita waktu mereka?”

“Saya menjamin itu tidak akan terjadi!” ujar Silvianita dengan yakin.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Lazulite dan Surat Palsu Silvianita

    Setelah Fafa, Naga, Ome, Atha dan Ocha selesai makan, Doffies wanita segera membereskan meja makan. Gerakan mereka sangat cepat dan lincah meskipun ukuran tubuh mereka kecil sehingga dalam hitungan beberapa menit, meja makan sudah rapi dan bersih seperti sedia kala.“Kenyaaaaanggg..” Naga berteriak senang“Setelah ini kita kemana Doff?” Atha membersihkan sisa saus di bajunya menggunakan tisu.“Doff antar kalian ke Crystalville, mari!” Doff melangkah mendahului mereka, kemudian berjalan keluar dari bangunan tempat tinggal para Doffies itu untuk segera menuju Crystalville.“Apa lagi ini?” Fafa terkejut melihat sesuatu di depan matanya.Lazulite. Para Doffies menggunakan kendaraan itu untuk mengantarkan surat, pergi ke ladang, serta pergi ke Kementerian Bahan Pangan Crystalville. Kendaraan ini diberikan secara cuma-cuma bagi setiap Doff untuk menjalankan pekerjaannya. Lazulite yang terlihat unik itu memiliki panjang sepuluh meter dan lebar hampir tiga meter, warnanya hijau pucat dan te

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Pengabdian Para Doffies untuk Crystalville

    Entah berapa lama Doff menghilang untuk membujuk teman-temannya, hingga Fafa dan yang lainnya duduk kelelahan setelah puas berkeliling ruangan yang sangat besar ini. Kini, mereka duduk bersandar pada meja besar seperti bagian resepsionis di hotel-hotel mewah. Terdapat lambang huruf DF ditengah meja besar itu, huruf itu dikelilingi untaian daun-daun kecil berwarna hijau. Mungkin itu lambang milik sekumpulan Doff disini.Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dalam ruangan, Doff muncul dari balik pintu besar itu, kemudian diikuti dua sosok yang sangat mirip dengan Doff. Muncul 3, 4, 5, 6, 10, 14 dan banyaaaaak makhluk yang sama persis dengan Doff yang kini berjalan beriringan menuju tempat mereka berlima duduk melepas lelah.Melihat serombongan besar berjumlah lebih dari tiga ratusan itu memenuhi ruangan aula besar, kelimanya segera berdiri menyambut dengan senyum mengembang di wajah masing-masing. Ocha sempat bergidik merinding melihat serombongan makhluk ya

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Makhluk Bernama Doff

    Makhluk kecil itu bernama Doff, memiliki tinggi tak lebih dari satu meter. Kulitnya berwarna putih, telinganya panjang seperti telinga kelinci, tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut halus, bersih dan putih, seperti bulu hamster. Hidung kecil menonjol di wajahnya yang berbentuk bulat. Matanya bulat penuh dan terlihat lucu karena bulu mata yang lentik, bola matanya berwarna kemerahan.Pintu gerbang itu menutup dengan sendirinya, begitu mereka berjalan semakin menjauh mengikuti langkah kecil Doff yang lumayan cepat. Doff seperti boneka!Jika sekilas dilihat, tentu saja dapat disimpulkan bahwa Doff seekor hewan. Tetapi yang membuat ragu, Doff memakai pakaian berwarna abu-abu gelap dengan penutup bagian luarnya seperti bentuk rompi abu-abu cerah serta celana tanggung dengan warna yang sama seperti bajunya. Ditambah satu hal yang mencengangkan, Doff dapat berbicara, walaupun suaranya terdengar lucu. Jadi kesimpulan sementara adalah seperti ini, bahwa Doff bukanlah hewan biasa, te

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Gua Crystal yang Mengecewakan

    Esok paginya, Fafa, Ome, Naga dan Atha masih tertidur pulas, sedangkan Ocha sudah siuman sejak lima belas menit yang lalu. Ocha masih merasakan tubuhnya sedikit pegal, tetapi Ia tak berani membangunkan keempat temannya itu, karena mereka terlihat kelelahan.Tiba-tiba Ome terbangun dengan sendirinya begitu merasakan tangan Ocha yang berusaha lepas dari genggaman tangan Ome.“Ocha?” sapa Ome dengan wajah berseri-seri.Ocha terlihat sedikit terkejut.“Kamu udah nggak papa kan? Kamu lapar? Kamu haus? Atau kamu mau sesuatu?” Ome tidak bisa menyembunyikan rasa senang.Ome senang tidak hanya lantaran Ocha siuman, tetapi juga dikarenakan ramuan yang dulu sempat dicancel olehnya untuk mengikuti lomba karya ilmiah menjadi terbukti saat ini.“Gue mau beef burger sama spageti!”Ome ternganga begitu mendengar jawaban dari Ocha yang terdengar sangat serius.Gue becandaaa hahaha..” Ocha tertawa lepas.❖ ❖

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Ramuan Hasil Karya Ome

    Ocha dibaringkan di sebuah gubuk reot, sampai saat ini Ia masih belum siuman. Fafa membuka sepatu dan kaos kaki Ocha, kemudian memijit-mijit kecil jempol kaki Ocha. Sementara Atha menumpuk dua tas miliknya dan Fafa untuk dijadikan alas untuk kepala Ocha. Naga melihat ke atas langit, cuaca pada saat itu berawan, lama-kelamaan awan itu makin banyak berkumpul sehingga membuat langit tampak gelap.Naga menghampiri Atha dan Fafa, “Sepertinya mau hujan.”“Dan dengan sangat terpaksa kita harus menunda perjalanan menuju gua Crystal” Fafa menunjuk ke arah barat daya, tempat dimana gua Crystal berada.Atha merespon dengan sedikit gemetar, “Itu artinya kita tidak mengikuti instruksi Bu Silvianita?”“Nggak apa-apa. Mana mungkin kita meninggalkan Ocha sendirian, Ocha jauh lebih penting dari gua kristal itu, kan?” Fafa mencoba menenangkan.“Betul!” seru Naga, kemudian memegangi

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Memulai Perjalanan Menuju Gua Crystal

    Fafa mengamati peta tua lusuh berwarna coklat itu dengan seksama, Ia mengamati tiap detil gambar, tulisan, serta kode yang tertera di dalamnya. Bagian awal dari peta itu adalah tempat dimana mereka duduk saat itu. Hal itu diperkuat dengan deretan pohon yang membentuk bujur sangkar disekeliling mereka serta sebuah tugu yang bertuliskan tulisan kuno yang sama persis seperti yang tertera pada peta. Finish line dari peta lusuh itu tentu saja suatu tempat bertuliskan gua crystal.Ome, Ocha, Atha dan Naga secara bergantian juga ikut melihat peta lusuh nan tua tersebut. Untuk menyingkat waktu, Fafa sedikit memberi penjelasan pada mereka berempat tentang apa yang bisa Ia tangkap dari peta tua tersebut, tetapi Ocha nampak terlihat tidak antusias dibanding teman-temannya yang lain.“Bagaimana menurut kalian?” tanya Fafa kepada yang lain.Usai mendengarkan sedikit penjelasan tentang rute yang akan dilewati, mereka memutus

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status